Share

Dompet di Rumah Pevita

Kuulurkan tangan mengambil ponsel Mas Yudis yang masih berdering. Dengan perasaan tidak suka kuangkat telepon dari Pevita.

"Assalamualaikum," sapaku.

"Waalaikumsalam. Ini Mba Mayang ya? Mas Yudisnya ada?" tanyanya dengan suara mendayu-dayu.

"Lagi main sama Farel. Ada apa, Vit? Biar nanti aku sampaikan," tanyaku dengan suara kubuat seramah mungkin.

"Ini loh, Mba. Aku cuma mau bilang kalau dompet Mas Yudis ketinggalan di rumahku semalam."

Suara mendayu Pevita seperti dentuman bom yang meluluhlantakan diriku. Hancur lebur.

Kutekan dada yang berdenyut nyeri. Sangat nyeri. Seperti ada belati membara yang perlahan tapi pasti menghunus tepat di ulu hati.

Tak mau Pevita menyadari kehancuranku, segera kujawab dengan nada sebiasa mungkin. "Oh, iya. Nanti aku sampaikan sama Mas Yudis ya, Vit. Makasih ya!" ucapku dengan suara kubuat ceria.

Tanpa kata Wanita itu memutuskan sambungan ponsel kami.

Aku masih terpaku. Mencengkeram ponsel Mas Yudis sekuat tenaga. Mengingat kembali kepulangannya bebera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status