"Gue tau apa yang gue lakukan, Maira! Dan lu, enggak usah banyak mikirin persoalan orang lain!""Tapi setidaknya aku itu lebih tahu Rani itu gimana orangnya, dia-""Dia mengkhianati lu yang udah baik sama dia, dia merebut segalanya dari lu, sekarang, apa yang lu khawatirkan? Dia kerja sama gue di sini apa yang lu khawatirkan?""Aku cuma khawatir kedatangan dia di sini itu, cuma diperalat seseorang untuk mengawasi kamu.""Dafa?""Aku enggak tahu, tapikan -""Kembali kerja, enggak usah banyak ikut campur dalam urusan penerimaan karyawan, gue tau apa yang gue lakukan!"Maira menghela napas panjang. Moreno memang sangat sulit untuk dibujuk, pria itu sangat keras, Maira tahu itu, tapi kenapa ia tidak bisa mengabaikannya?Entah kenapa, Maira merasa ada sesuatu yang membuat Rani bergabung di perusahaan Moreno, tapi Maira tidak tahu apakah itu benar, karena sekarang ia belum memiliki bukti.Ketika ia keluar dari ruangan Moreno, Maira melihat ke arah di mana Rani berada. Seperti biasa, Rani se
"Ada apa dengan dadamu?" tanya Moreno pada Rani. "Ah, enggak, Pak. Enggak ada apa-apa, memangnya kenapa? Bapak lihat?"Meskipun kesal dengan pertanyaan Moreno yang di luar dugaan, Rani tetap menahan diri untuk tidak marah. Siapa tahu, Moreno hanya belum tergoda, begitu pikirnya."Bajumu itu tidak ada yang lebih besar? Dadamu tidak muat, sampai kancing tidak ditautkan dengan baik, kenapa percaya diri ke kantor dengan penampilan seperti itu? Apa bosmu yang terdahulu mengajarkan kamu berpakaian seperti ini?"Wajah Rani merah mendengar ucapan Moreno yang sangat menohok. Dadanya yang tadi sengaja dibusungkan, buru-buru dinormalkan kembali oleh Rani, dan ia juga mengancingkan kembali kemejanya setelah itu pamit keluar tanpa banyak bicara. "Wanita murahan! Lu pikir gue demen liat body obralan?" gerutu Moreno lalu ia kembali fokus lagi dengan pekerjaannya setelah Rani pergi dari ruangannya.Sementara itu, setibanya di luar, Rani langsung mencak-mencak. Ia tidak sadar, tingkahnya diperhatika
"Baiklah, mumpung sekarang Anda membahas tentang masalah itu, bagaimana jika sekarang saya juga ikut membahasnya, Anda sepertinya banyak tahu tentang masalah saya di masa lalu dan saya rasa itu sedikit tidak masuk akal, kasus itu sudah sangat lama dan dari pihak kami juga tidak mau khalayak luas tahu tentang itu karena menjaga hati masing-masing orang, setahu saya, orang seperti Anda tidak mungkin tahu detail tentang masalah itu, kan?"Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Pak Salim terdiam untuk sesaat, seolah tidak menyangka, Moreno bisa bicara demikian di hadapannya.Kenapa dia bisa berubah sebanyak itu? Aku pikir anak ingusan ini tidak bisa mengendalikan diri jika aku membahas masalah tersebut, tapi dia terlihat tenang, ada apa, hebat sekali?Hati Pak Salim bicara. Sembari berpikir, kalimat apa yang tepat untuk menanggapi apa yang dikatakan oleh Moreno."Untuk kasus kriminal apalagi yang terjadi di kalangan atas seperti itu, kurasa tidak ada yang sulit untuk diketahui, memang
"Hanya sementara, Salim, tidak selamanya, hanya saat hutang kita sudah lunas!""Aku tidak percaya dengan mereka, apalagi si Moreno itu, Pi! Bisa aja ini trik mereka agar mereka menguasai selamanya perusahaan kita!""Terus, kau mau menjual aset perusahaan?""Kalau itu adalah jalan keluarnya, kenapa tidak?""Kau takkan bisa membayar lunas semuanya hanya dengan menjual aset perusahaan, Salim, meskipun bisa, ketika kau menjualnya, kau juga akan kesulitan untuk mengembalikan apa yang sudah kau jual, perusahaan akan kolaps dan kau akan di penjara, apakah kau mau?"Telapak tangan Pak Salim mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang ayah. Detik berikutnya, ia langsung pergi meninggalkan sang ayah meskipun ayahnya masih ingin bicara dengannya.Pak Salim benar-benar tidak bisa membayangkan jika ia harus menyerahkan tampuk kekuasaannya di perusahaan pada Moreno. Akan dikemanakan harga dirinya jika itu sampai terjadi?Masalah dirinya yang belum memiliki anak pun masih membuat orang tuanya
"Apa yang akan kau lakukan padanya jika kalian bertemu?" tanya Dragon seraya menatap wajah Moreno dengan sorot mata yang serius."Gue mo mastiin apakah dia yang mau ngebunuh gue tempo hari?"Dragon diam sesaat. Rasanya ia sedikit sulit untuk mengabulkan apa yang diinginkan oleh Moreno. Akan tetapi, ia penasaran juga apa benar Ridwan pelaku yang dikatakan oleh Moreno bahwa pria adik Red One itu yang mencoba melakukan pembunuhan pada Moreno?Pada akhirnya, Dragon menyanggupi permintaan Moreno karena ia juga ingin tahu tentang kebenaran prasangka Moreno pada Ridwan yang ia sendiri saja tidak yakin dan tidak percaya bahwa Ridwan bisa melakukan hal tersebut.***Maira melangkah masuk ke dalam sebuah cafe ketika ia melihat dari jauh, Viona sudah menunggunya. Semenjak bersandiwara dan ia selalu mengikuti apa yang diinginkan oleh Viona, mereka memang sangat jarang bertemu khawatir ada yang curiga terutama Pak Salim suami Viona. Viona mempersilakan Maira duduk ketika perempuan itu sudah tiba
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, Mitha menghentikan gerakannya, dan menatap ke arah Moreno yang saat itu melakukan hal yang sama padanya."Kamu tuh ngomong apa sih? Bisa enggak kalau ngomong jangan suka sembarangan, enggak baik."Mitha mengucapkan kata-kata itu untuk merespon apa yang diucapkan oleh Moreno. "Aku enggak ngomong sembarangan, aku bicara yang sebenarnya, kau ingat kasus kematian Red One itu, kan?""Iya.""Orang yang ingin aku mati ada sangkut pautnya dengan Red One.""Benarkah? Apa itu alasannya kenapa Maira membahas masalah itu?""Aku tidak tahu untuk tujuan Maira, tapi yang jelas ada beberapa orang yang sekarang ini menerorku, nanti malam aku akan menemui salah satunya agar masalah ini selesai.""Kenapa kamu enggak menyerahkan masalah itu pada polisi aja?""Terus, ayahku tahu dan dia semakin sakit lalu rekan bisnis ayahku tidak mau bekerjasama lagi dengan ayahku?""Tapi-""Tidak ada jalan keluar selain menghadapi mereka dengan cara mandiri.""Tapi, Reno-""Ka
"Syarat apa itu?" tanya Pak Salim sembari menatap wajah Dafa dengan tatapan mata yang serius tapi juga ada kesan menyelidik yang tersirat dari nada bicaranya."Aku rasa, tujuan kita mungkin sama, sama-sama tidak suka dengan Moreno, bagaimana jika kita bersepakat untuk menghancurkan bocah tengil itu bersama?""Menghancurkan, dalam kategori apa?" "Dalam karir dan pernikahannya."Pak Salim terdiam untuk sesaat ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Dafa. Sebenarnya, ia bukan seseorang yang suka melakukan sesuatu yang ekstrim hanya untuk hal yang harus ia capai. Namun, karena apa yang dilakukan Moreno akhir-akhir ini baik untuk masalah cinta dan perusahaan, membuat Pak Salim sedikit kesal dengan pria tersebut hingga akhirnya tawaran Dafa ia setujui.Dafa tersenyum puas. Jika pada awalnya, Pak Salim adalah orang yang memiliki andil untuk mengendalikan semuanya, sekarang posisi justru terbalik, ia yang memegang kendali hingga Dafa yakin kali ini ia mampu membuat Moreno menjadi seseorang
"Persetan dengan apa yang lu katakan!! Mana ada maling mengaku!?"Ridwan memang berteriak demikian di hadapan Moreno, akan tetapi ia tidak sambil menatap wajah Moreno saat mengucapkan kata-kata itu, namun hanya menundukkan kepalanya pertanda ia sebenarnya antara percaya dan tidak atas apa yang diucapkan oleh Moreno tentang sang kakak.Sampai Moreno pergi meninggalkan Ridwan pun, adik Red One tersebut tetap diam di tempatnya seolah tidak sadar bahwa Moreno sudah pergi meninggalkan dirinya.Beberapa saat hanya diam di tempat, tiba-tiba saja Ridwan dikejutkan oleh sepasang kaki beralaskan sepatu hitam berdiri di hadapannya. Membuat Ridwan seketika menengadahkan kepalanya, dan ia beringsut mundur tatkala melihat seorang laki-laki menatapnya dengan wajah yang tertutup masker separuh.Ridwan buru-buru berusaha bangkit meskipun ia sulit untuk berdiri dengan benar lantaran pukulan yang dilakukan oleh Moreno cukup membuat perut dan punggungnya terasa sakit."Siapa lu?" tanya Ridwan setelah ia