Share

Pacar Pembantu
Pacar Pembantu
Author: Asterona

Nabilla Shiletta

Seorang cewek berambut sebahu tampak fokus menata lukisannya, kuasnya bergerak ke sana-kemari memadukan setiap warna di kanvas putih itu. Sesekali melirik ke wadah cat di atas meja.

Ketika menyadari cat warna birunya sudah habis, cewek dengan celana jeans overall berpadu kaos putih itu menghela berat lalu berseru.

"DAMAR! WARNA BIRUNYA HABIS, AMBILIN DI NAKAS!"

Suara lengkingan itu cukup membuat seorang Damar—cowok berkacamata yang tengah sibuk memajang lukisan ke dinding buru-buru turun dari tangga dan berjalan ke arah nakas. Segera ia mencari barang yang diminta Nabilla.

"DAMAR CEPETAN IH! LAMA!!"

"Sabar Na, ini aku lagi cari, kayaknya ketimpuk sama warna lain deh," jawab Damar berusaha sabar, tangannya sibuk mencari-cari cat warna biru dari sekian banyaknya cat warna dalam nakas.

"Ah ketemu," gumam Damar ketika berhasil menemukan catnya. Wajahnya langsung berbinar. Damar segera melangkah lebar menghampiri Nabilla.

"Ini Na, catnya." Damar mengulurkan catnya. Nabilla menerima sambil mendengus kasar.

"Damar ih lama banget sih!"

Damar nyengir. "Hehe, maaf Na, catnya paling bawah sih, jadi harus singkirin yang atas dulu. Lagian cat kamu banyak banget."

"Bodo amat, kamu aja yang lelet kayak siput. Makanya kalau disuruh itu geraknya cepet. Nanti aku bilangin ke mama deh kalau Damar nggak suka disuruh-suruh lagi. Aku cari pembantu lain aja yang geraknya cepet."

"Yah Na, jangannn, Damar masih suka kok di suruh apapun sama Nabilla. Sekalipun Nabilla minta ambilin bulan Damar siap." Damar menggeleng cepat, takut Nabilla memecatnya, maksud pembantu di sini adalah orang yang siap disuruh-suruh apapun oleh Nabilla. Bukan pembantu rumah tangga.

"Bagus, Damar emang sahabat aku paling baik deh hehe," puji Nabilla menoel hidung Damar.

Yaiya baik, orang aku jadi babu disuruh mulu, batin Damar kesal.

Nabilla mulai mencampur cat birunya ke wadah khusus, perlahan kuasnya menyatu dengan cat itu, lalu Nabilla memoleskannya ke atas Kanvas. Berselang detik kemudian, perut Nabilla berdendang minta dikasih makan.

"Damar."

Cowok yang baru saja dua langkah menuju tangga itu menoleh, Damar mendengus berat lalu menatap Nabilla.

"Kenapa Na?"

"Aku laper, kamu siapin mie ayam ya, sekalian kita makan bedua di sini," pinta Nabilla memasang puppy eyesnya.

Damar hanya mengangguki pasti, namun jauh dalam lubuk hatinya Damar ingin sekali marah. Jika tidak dibayar, Damar dari dulu sudah mengundurkan diri jadi pembantu Nabilla.

"Iya. Kamu tunggu di sini, lima menit ya."

Nabilla mengangguk. "Oke. Sekalian jus jeruk pake lemon Dam."

Cowok itu menggangguk pelan seraya berjalan keluar ruangan, menuju lantai bawah tempat dapur berada.

Nabilla tersenyum menatap kepergian Damar, kebiasaan memerintah dan manja dari cewek itu membuat siapa merasa risih. Hanya Damar salah satunya, yang masih bisa menahan rasa sabar atas sikap Nabilla.

"NABILLA!" Suara khas ibu-ibu itu mengalihkan perhatian Nabilla dari kanvasnya. Wanita berhijab cantik itu menghampiri Nabilla dengan terburu-buru.

"Kenapa, Bun?"

"Nabilla kamu diterima di SMA Favorit itu."

"Apa? Jadi Nabilla bakal sekolah di sana? Yeay, Nabilla seneng banget. Pasti banyak banget cowok gantengnya. Tapi Damar juga satu sekolah sama aku, 'kan?"

Nara-ibunya Nabilla mengangguk. "Iya. Tapi besok Damar gak bisa berangkat bareng kamu, tante Rana bareng Om Hans mau anter anaknya sendiri. Jadi, kamu berangkat bareng Bunda aja ya."

Nabilla langsung cemberut, ia menaruh kuasnya di tempat cat. Melipat tangan di dada, cewek berlesung pipi sebelah kanan itu berkata.

"Nabilla mau sama Damar. Pokoknya besok harus berangkat bareng Damar, titik!"

"Nabilla dengerin Bunda dulu."

Ngambek, Nabilla menghentakkan kaki kesal, dia meninggalkan ruangan tanpa peduli mamanya yang berusaha mengejar.

"NGGAK! POKOKNYA HARUS BARENG DAMAR!"

"Nabilla Shiletta! Kali ini kamu harus turutin Bunda sayang ..."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status