Saking marahnya, Celine tidak bisa berkata-kata. Dia menatap lemari sepatu yang kosong untuk cukup lama, lalu menutup pintu lemari dengan kuat.Ratna berbisik padanya, "Pak Carlos gengsian. Sepertinya pagi ini dia ada rapat, Pak Revin sudah beberapa kali menelepon untuk mendesaknya, tapi dia hanya duduk di sofa. Dia pasti ingin mengantarmu ke kantor, tapi malu untuk mengatakannya."Carlos yang berjalan mendekat kebetulan mendengar ucapan Ratna. Carlos hanya mendelik Ratna tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi Ratna merasakan adanya hawa dingin yang menyelimuti telapak tangannya. Dia tersenyum canggung dan segera kembali bekerja.Setelah keluar dari rumah, Celine melihat ada yang berdiri di samping mobil. Dia mengerutkan kening, orang itu bukan sopir perusahaan, tetapi sopir pribadi Carlos. Melihatnya mengeluarkan ponsel untuk menelepon, Carlos tiba-tiba membungkukkan badan untuk menggendongnya menuruni tangga.Sopir segera menghampiri mereka dengan membawa kursi roda.Celine berka
Rumah tua tidak kedap suara. Orang-orang di luar dapat mendengar pertengkaran di dalam dengan jelas.Celine memandang Carlos yang tiba-tiba muncul di hadapannya sambil bertanya, "Kok kamu bisa masuk?"Carlos menatapnya dengan kesal. "Takut kamu dipukuli sampai mati."Amarah Hasan masih belum mereda. "Carlos, jangan mencampuri masalah ini. Hari ini aku akan menghajar pembangkang ini."Sembari berbicara, dia mencoba untuk menarik tangannya, tetapi tidak berhasil mengeluarkan tangannya. Amarahnya perlahan-lahan mereda. Tatapannya pada Carlos agak rumit, terlihat tidak percaya, tetapi juga lega.Ayah mana yang tidak mengharapkan anak-anaknya hidup bahagia? Carlos adalah menantu yang disukai oleh Hasan. Sejak Celine memaksa Carlos menikahinya, hubungan kedua keluarga menjadi renggang.Dia merasa malu pada Keluarga Gutama karena telah mendidik anak perempuan tidak bermoral seperti Celine. Jadi selama beberapa tahun ini, dia tidak pernah menceritakan hubungan Carlos dan Celine pada orang luar
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng
"Da ... Davin, menginginkanku.""Kayla, lihat baik-baik, siapa aku?"Lampu menyala. Setelah melihat wajah pria di samping dengan jelas, Kayla Sandio langsung membelalakkan matanya!"Theo? Kok jadi kamu?!"Pria itu mencengkeram dagunya sambil berkata dengan dingin, "Setelah tidur denganku, seharusnya kamu tahu aku bukan orang yang mudah dihadapi.""Bukan seperti itu, aku salah ...."Kayla berusaha kuat untuk melepaskan diri, tapi semuanya sudah terlambat. Rasa sakit yang luar biasa menyerangnya, dia benar-benar lenyap di tengah kegelapan ....Setelah itu, Theo Oliver melemparkan sebuah kartu kepada Kayla, tetapi dia malah menampar Theo!Theo menyentuh sudut bibirnya, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Bukannya ini yang kamu mau, hah?"Kalimat itu benar-benar menghancurkan Kayla. Sekarang, dia bahkan tidak punya kesempatan untuk menyesal."Theo, aku nggak mau uang, aku mau kamu menikahiku!"Tiga tahun kemudian, di Vila Aeris.Kayla sedang menonton berita hiburan yang disiarkan di TV,
"Kayla, apa maksud kontrak perceraian itu?"Setelah mendengar suara suram Theo, Kayla langsung tersadar."Seperti yang tertulis."Theo berkata sambil menyeringai, "Sebelum bekerja, datanglah ke kantorku untuk mengambil kembali sampah ini. Jam 8 malam, aku mau melihatmu dan ... barang-barangmu sudah berada di Vila Aeris."Kayla juga menjawabnya sambil menyeringai, "Theo, apa otakmu ...."Bermasalah?Dia tertegun. Seketika, dia menyadari makna lain dari panggilan ini."Kamu nggak perlu khawatir Raline akan disebut sebagai wanita simpanan. Hanya orang tua kita dan beberapa teman yang mengetahui soal pernikahan kita. Di mata orang lain, kamu tetap adalah pria sejati yang bersedia memikul semua kesulitan untuk membiarkan sang kekasih pergi menggapai cita-cita. Kini, kebahagiaan sudah menghampirimu, selamat."Semalam, Theo dipotret oleh para wartawan saat mengantar Raline ke rumah sakit. Hari ini, kalau berita Kayla mengajukan gugatan cerai terungkap ke media, Raline akan dicap sebagai wanit
Mendengar kata pisah rumah, hati Kayla seolah-olah dicubit dengan keras, terasa sedikit perih dan nyeri.Sejak menikah, sepuluh jari cukup untuk menghitung berapa kali Theo pulang ke Vila Aeris setiap tahunnya, tidak ada bedanya dengan pisah rumah."Lagian sisa tiga bulan, kurasa kita nggak perlu tinggal bersama."Theo menatap Kayla selama beberapa detik, lalu berkata sambil tersenyum sinis, "Perlu atau nggak, aku yang tentukan. Hari ini, Axel akan memberimu cuti dua jam, pindahkan kembali barang-barangmu.""Aku ...."Saat Kayla hendak menolak, terdengar suara ketukan pintu. Axel mengingatkan dari luar. "Pak Theo, rapat akan segera dimulai."Theo mengancingkan manset yang dibuka tadi sambil berkata, "Keluar."Kayla tidak bergerak dan masih berkata dengan kukuh, "Theo, aku nggak akan kembali ke sana."Theo tidak menanggapinya dengan serius. "Sudah berapa kali kamu berkata demikian?"Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, juga bukan pertama kalinya Kayla pindah, tapi tak lama kemud
Kayla menggesek kartu Theo, dia tidak ingin menghambur-hamburkan uangnya sendiri ... untuk tinggal di hotel.Dia pun menelepon Bella. Setelah tahu bahwa Bella berada di rumah, dia langsung pergi ke sana.Mobil Paman Dafa terus mengikuti di belakang, tetapi Kayla mengabaikannya sepanjang jalan.Setelah keluar dari mobil, Kayla pergi mengambil kopernya di bagasi dan tangannya tidak sengaja tergores sudut mobil.Tangannya berdarah, tetapi tidak parah.Bella tinggal di lantai 17 dan pintu rumahnya selalu terbuka lebar saat tahu Kayla akan datang.Melihat Kayla masuk dengan membawa koper, Bella tertegun sejenak. Ketika bertelepon, Kayla tidak mengatakan bahwa dia datang dengan membawa koper.Sepertinya dia kabur dari rumah.Bella mengabaikan masker wajahnya dan segera mengulurkan tangannya untuk mengambil koper Kayla."Kok nggak bilang kamu bawa koper? Aku 'kan bisa turun menjemputmu .... Haih, kenapa tanganmu terluka?"Melihat Bella tampak panik dan hendak pergi mencari kotak P3K, Kayla pu
Di sepanjang jalan, keadaan di dalam mobil sangat hening. Suasana tegang ini membuat Paman Dafa tidak berani mengubah kecepatan mengemudi.Setelah sampai di tempat parkir sebuah vila yang terletak di pinggiran kota, dia baru menghela napas panjang dan turun untuk membuka pintu mobil.Kayla tidak sesombong Theo dan tidak suka "dilayani". Ketika dia hendak membuka pintu, Theo berkata dengan santai, "Aku suka cewek bodoh yang berdada besar?"...Kayla hampir tersedak. Kalau Theo tidak mengungkit hal itu, dia mungkin sudah lupa. Dia mengucapkan hal seperti itu hanya untuk memfitnah Theo, bagaimana mungkin dia tahu jenis wanita yang disukai Theo!Dia menoleh dan mata Theo kebetulan mendarat di bawah tulang selangkanya. Baik disengaja ataupun tidak, terkandung maksud lain dari tatapan Theo.Kayla dapat memahami maksud lain dari tatapan ini, yaitu merendahkan."Bukannya wajar kalau pria suka dada besar?"Karena itu, setelah tiga tahun menikah, Theo bahkan tidak mempunyai sedikit pun hasrat pa