“Seharusnya ini tak pernah terjadi di antara kita,” ucap Joe kesal.Pria itu tersentak kaget saat terjaga dan berada dalam satu ranjang yang sama dengan Riana. Meski dia seorang playboy yang sudah tidur dengan banyak wanita penghibur, tapi Joe sedikit pun tak pernah berpikir untuk mengambil kesempatan dari orang-orang yang dia kenal.Linda berapa kali merayunya tapi Joe selalu punya alasan untuk menolaknya.Joe saat ini sedang memakai bajunya lagi, dia harus segera pulang. Saat ini padahal waktu masih menunjukan pukul 03.00 waktu setempat, bila biasanya dia akan memilih untuk kembali terlelap bersama wanita yang disewanya, tapi tidak dengan kali ini.Riana tanpa tahu malu menyibak selimut yang tadi menutupi tubuh polosnya lalu memeluk Joe dari belakang.“Sudahlah Joe, kita hidup di Kota New Capitol. Kota bebas dan modern, tidak usah merasa bersalah seperti ini. Bukankah di kota ini terbiasa orang saling bertukar pasangan? Lalu kenapa sekarang kamu justru seakan hidup di lingkungan yan
Hari yang ditunggu pun tiba, dokter sudah mulai mempersiapkan operasi hari ini. Sang anak sudah puasa sejak semalam, tak semenitpun Laura bisa memejamkan matanya.Di rumah sakit sejak tadi malam, David dan Laura ditemani pengawal dan pengasuh si kembar, juga ada Joe, Ryan, Alex. Sedangkan Angel baru ke sampai di rumah sakit sepuluh menit yang lalu.“Ma, apa nanti akan sakit banget?” tanya Dita.Biasanya mereka tak pernah menginap di rumah sakit bila sedang melakukan pemeriksaan rutin bulanan. Kalau mereka tak salah mendengar sang papa sempat bilang kalau ini seperti saat mereka kontrol tiap bulannya, tapi ini sungguh membuat Dita takut.Laura tersenyum, dia memaklumi kegelisahan putri kecilnya. Jangankan Dita, Laura saja sangat ketakutan.“Dita percaya kalau doa Mama bisa mengurangi sakit?” tanya Laura.Dita mengangguk lemah sambil sedikit tersenyum. Senyum yang tampak dipaksakan.“Kalau Dita yakin doa Mama bisa mengurangi rasa sakitnya, maka Mama rela berdoa sepanjang hari agar Tuhan
“Laura, minumlah,” ucap Alex. “Tuan, ini untuk anda,”sambungnya lagi.Alex menyerahkan dua botol air mineral untuk Laura dan David. Saat ini sudah tiga jam mereka menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan hancur lebur. Dokter bilang operasi ini akan memakan waktu sekitar 5-6 jam lamanya. Dan satu menit saja bagi Laura dan David rasanya seperti satu tahun.Mereka bergerak gelisah menunggu kabar baik dari dalam ruang operasi. Namun waktu yang sudah berlalu baru tiga jam. Benak Laura terus menerka tentang rasa sakit yang mungkin diderita oleh sang anak tercinta.“Apa mereka baik-baik saja Lex?” tanya Laura pada sang sahabat.Padahal Laura tahu tak ada satupun dari mereka yang diizinkan untuk masuk, namun tetap saja dia membutuhkan jawaban dari Alex.“Mereka pasti baik-baik saja. Mereka akan kembali dalam keadaan sehat,” jawab Alex.Hanya dengan begitu saja Laura sudah merasa jauh lebih baik.“inumlah sayang, jangan sampai kamu dehidrasi,” ujar sang suami.David menyerahkan air mi
Tiga minggu berlalu hingga kini Dita belum sadarkan diri. Sedangkan Dika sudah diizinkan pulang karena kondisinya sudah dinyatakan sehat. Namun baik Laura maupun Dika terpaksa menetap di rumah sakit, karena kondisi David yang sempat memburuk. Beruntung David akhirnya kembali pulih.Suara nyaring monitor di ruang ICU terdengar sangat nyaring dan menakutkan, David masuk ke ruang ICU untuk pertama kalinya setelah dia menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang sama dengan sang anak.Air mata kembali mengalir ketika melihat Dika terlelap di ruang ICU menemani saudara kembarnya.“Sayang, anak Papa yang ganteng,” panggil David.Dika mengerjap berkali-kali, lalu mengucek matanya untuk menetralkan penglihatannya.“Papa,” sahutnya.“Iya sayang, ini Papa. Dika istirahat di kamar dulu ya nak, biar Papa yang menjaga Dita di sini,” ujar sang papa.Sang jagoan tampak menggeleng sebagai jawaban penolakan atas permintaan sang papa.“Papa janji tidak akan meninggalkan Dita sendirian di sini,” bu
David langsung menekan tombol yang ada di dekat ranjang pasien, tak butuh waktu lama dokter pun masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi Dita.David masih menangis haru lalu meminta izin untuk keluar sebentar pada sang anak.“Sayang, Papa keluar sebentar ya, mau kasih tahu Mama dan Dika,” ucapnya dalam tangisan. Dita yang masih menangis pun mengangguk lemah memberi izin pada sang papa untuk memanggil Mamanya. Dita merindukan Dika dan sang mama.David pembuka pintu ruang ICU hingga membuat Laura dan yang lainnya panik, karena sang pria tampan masih menangis."Jangan bilang kalau Dita benar-benar pergi meninggalkanku?” tanya Laura. Tubuh wanita itu melorot ke lantai, beruntung Alex dengan sigap menopang tubuh sang sahabat. Debaran jantung seluruh orang yang menunggu kabar baik dari Dita menggila di dalam rongga dadanya.David berlutut di depan sang istri lalu berujar, “tidak sayang, Dita sudah kembali. Dita kita sudah siuman,” ujarnya.“Huaaaaaaaaaa huaaaaaaaaaaa.”Tiba-tiba tangis ke
Malam harinya David dan Laura meminta Alex untuk tidur di rumah, setidaknya Dita sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.“Tidurlah di rumah Alex, biarkan aku dan Papanya anak-anak di sini. Kamu pasti sangat lelah,” ucap Laura pada sang sahabat.Alex melirik ke arah sang istri yang sedari tadi terus menguap, pria itu pun bertanya, “apa kamu yakin mau menjaga Dita sendiri, sedangkan Tuan baru saja pulih. Bagaimana kalau kalian saja yang pulang?”Laura menggeleng sebagai jawaban penolakan atas permintaan sahabatnya, “tidak Alex, kamu pulanglah, lagian Dita tidak mungkin mau berpisah dari Dika dan aku. Nanti Papanya anak-anak biar istirahat di kamar saja.’Alex menghela nafas kasar, dia tak punya alasan lagi untuk memaksa Laura yang pulang, sedangkan Joe dan Ryan sudah kembali lebih awal.“Baiklah, kalau nanti ada apa-apa tolong segera hubungi aku ya,” pintanya tulus.“Iya, aku pasti akan menghubungimu kalau membutuhkan bantuan.”Laura merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Alex
“Kenapa sayang?” tanya Laura bingung saat melihat sang suami tampak kaget setelah menerima telepon melalui ponsel pintarnya.“Joe kecelakaan sayang saat mau mengantarkan Riana pulang, tapi kata Ryan sudah dibawa ke rumah sakit terdekat,” jawab David.Laura mengernyit heran, seharian ini Riana tak ada datang ke rumah sakit, lalu bagaimana bisa Joe bertemu Riana? tanyanya pada diri sendiri.David seolah tahu kalau sang istri tampak bingung, karena dirinya tak pernah memberitahu mengenai kedekatan Joe dengan Riana.“Joe sepertinya mulai ada hati dengan Riana, karena beberapa kali Joe menjemput Riana di kantornya. Mungkin tadi Riana sedang lembur.”David mencoba memberi penjelasan setidaknya sang istri tidak tampak bingung.Laura hanya mengangguk, “lalu bagaimana sekarang keadaanya?” tanya Laura.“Ryan sih bilang hanya mobilnya yang sedikit parah sayang, orangnya tidak apa-apa tapi tetap dibawa ke rumah sakit oleh penduduk yang melihat kejadian itu, lalu Joe menghubungi Ryan."David hanya
“Apa katamu? Menyerahkan mobil dan semua barang berharga?” David membeo.Sang CEO tidak akan membiarkan siapapun berbuat sok berkuasa terhadapnya ataupun orang lain. Salah satu orang dari enam kawanan preman itu memang nampak berbeda dari segi penampilan dan juga kendaraan yang digunakan.Kalau David tak salah menebak orang itu pasti pimpinan dari preman-preman ini.Joe, Ryan dan sang sopir mematung melihat David yang seakan menantang maut.Joe tahu David ahli bela diri dan jago menembak tapi kondisi sang sahabat saat ini sudah tidak seperti dulu. Tentu saja hal itu membuat Joe cemas.“Maju kalian!” tantang David.“David, ingat kondisimu!” seru Joe penuh peringatan.Tapi sepertinya sang sahabat sudah tersulut emosi sampai akhirnya perkelahian di tempat itu terelakan. Bila yang lainnya satu lawan satu, berbeda dengan David yang dikeroyok tiga orang sekaligus. Hanya kurang dari sepuluh menit semua kawanan preman itu tersungkur di lantai. David berhasil melumpuhkan tiga orang, sedangkan