Share

Bab_6

"Tuan, pelan-pelan, Tuan! Saya tahu Anda panik. Tapi... Ingatlah , Tuan. Bahwa nyawa tidak bisa disimpan di keranjang oren. Apalagi di cek-out, Tuan!" seru Julius, memegangi dadanya saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

"Jangan cerewet, Julius. Aku takut Berlian bertemu dengan Geral. Sudah dipastikan jika istriku dalam bahaya, Julius," jawab Luke dengan suara tegang.

Luke melesat menuju kasino dengan perasaan campur aduk. Pikirannya berkecamuk dengan kekhawatiran tentang istrinya.

Saat ini, Luke yang mengambil alih kemudi. Luke tidak mengizinkan asistennya itu untuk mengemudi. Luke sangat panik—cemas ketika ia mendapatkan laporan jika istrinya tengah berjudi dan mabuk di Kasino pusat kota. Jika demikian, Berlian tentu dalam bahaya.

---

Sementara di dalam kasino, Geral duduk dengan angkuh di sebuah meja poker, Berlian di pangkuannya. Tangan Geral yang besar dan kasar mencengkeram pinggang Berlian dengan erat, seakan memastikan wanita itu tidak akan pergi ke mana-mana.

"Sayang, apa yang kau pikirkan? Jangan menyusahkan otakmu menyusun rencana melarikan diri dari situasi ini. Karena hal itu percuma!" ujar Geral, memperhatikan Berlian dengan tatapan mencibir.

Berlian merasa mual oleh bau alkohol yang menyengat dari napas Geral. "Lepaskan aku, sialan! Kau pikir aku mau duduk di sini?" Berlian mencoba melawan, tapi tubuh wanita itu terlalu lemah karena pengaruh alkohol.

"Wahaha!" Geral tertawa keras, menarik Berlian lebih dekat. "Kau ini lucu sekali. Sudah mabuk tapi masih berani melawan. Kau tidak sadar sedang berada di mana, ya?"

Berlian menggeram, matanya yang setengah tertutup menatap Geral dengan marah. "Aku hanya bercanda dengan taruhan tadi. Jangan diambil serius," ucap Berlian, tubuhnya bergetar ketakutan.

Geral menyeringai, tangan Geral yang besar dan kasar mengelus pipi Berlian dengan gerakan mengancam. "Sayang, di dunia kita, taruhan adalah hal yang serius. Kau tahu itu, bukan?"

Berlian mencoba mengangkat kepalanya yang terasa berat, bibirnya menggumamkan kata-kata tak jelas. "Aku tidak peduli dengan taruhan itu. Aku hanya ingin keluar dari sini," kata Berlian, suaranya pelan.

Geral mencengkeram pipi Berlian lebih keras. "Aakkhh... Sakit, brengsek!" Berlian menjerit kesakitan, merasakan kedua pipinya remuk oleh telapak tangan Geral yang mencengkram kuat.

Geral mendekatkan bibirnya di belakang telinga Berlian. "Dengar baik-baik. Kau sudah masuk ke dalam permainanku, dan kau harus menyelesaikannya. Saat kau memutuskan masuk ke tempat ini, itu artinya kau juga harus siap dengan peraturan dalam permainan ini," desis Geral.

Tubuh Berlian refleks memberontak mendengar permintaan Geral. "Heh, melayani? Kau pikir aku costumer service? Tidak! Aku tidak mau! Pelayananku jelek. Tentu saja, aku tidak akan melayanimu dengan sepenuh hati. Sudah dengar, 'kan? Jadi biarkan aku pergi!" tolak Berlian, mendorong wajah Geral menjauh.

Brak!

Tidak terima dengan penolakan Berlian, Geral memukul meja poker dengan keras, membuat suara gemuruh yang menggetarkan dada Berlian. Suara nyaring dari hentakan tangan itu mengundang pandangan dari para pemain yang sedang bermain.

Seolah menunjukkan kekuasaannya, Geral lebih mencengkram pipi Berlian yang duduk dipangkuan membelakanginya. "Kau hanya perlu melayaniku dan permasalahan kita aku anggap lunas—" belum sempat Geral menyelesaikan kalimatnya, dobrak pintu terdengar begitu keras.

Brak!

Pintu kasino terbuka. Luke masuk dengan langkah cepat, sorot mata Luke seketika menangkap pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Berlian, istrinya, duduk di pangkuan Geral, terlihat lemah dan tak berdaya.

"Kurang ajar! Beraninya dia menyentuh istriku." geram Luke, kedua rahang pria berdarah Latin itu mengeras.

Tanpa membuang waktu, Luke berjalan menghampiri Geral dengan tatapan membunuh. "Lepaskan dia, Geral," suara Luke menggema di aula kasino.

Bibir Geral menyeringai lebih lebar melihat kehadiran Luke. "Ah, Luke Kendrick. Kau datang untuk menyelamatkan wanita murahan ini?" Geral mencengkram pipi Berlian, menempel pipinya di pipi mulus Berlian.

Melihat Geral memperlakukan Berlian seperti itu, membuat pembuluh darah kapiler di dalam otak Luke pun mendidih. "Singkirkan wajah dan tanganmu, Geral. Atau aku benar-benar memecahkan kepalamu," hardik Luke.

Berlian yang mendengar suara Luke, mencoba membuka mata. "Luke... Ah, si pinguin Alaska...," gumam Berlian pelan.

Geral hanya tertawa keras, melihat wajah emosi Luke. Ia tampak senang karena dari dulu, ia ingin sekali membuat rivalnya itu cemas. Kali ini, Geral tidak menyangka jika Berlian, wanita yang sedang duduk di pangkuannya itu begitu berarti bagi Luke.

Geral mencengkeram lebih erat, menciptakan ekspresi kesakitan di wajah Berlian. "Lihatlah wajah wanita ini, Luck. Kau datang untuknya, bukan? Bagaimana kalau kita bertaruh? Jika kau menang, kau bisa bawa wanita ini pergi. Tapi kalau kau kalah, kau harus menyerahkan satu daun telingamu."

Luke menatap Geral dengan tatapan menantang. Luke tahu, jika Geral mengambil kesempatan tersebut. Salah satu alasan Luke tidak ingin membiarkan Berlian berkeliaran. Karena dunia Luke begitu sangat berbahaya.

"Aku terima tantanganmu, Geral. Sebaliknya, Jika kau kalah dalam taruhan ini, maka aku akan meminta kepalamu!" Luke menantang, tatapannya nyaris menusuk

"Hahaha...!" Geral tertawa lebih keras lagi, penuh dengan keyakinan bahwa Luke tidak akan bisa menang. "Sepakat! Mari kita mulai permainannya."

Permainan dimulai dengan ketegangan yang menguar di udara. Luke duduk di seberang meja, matanya tak pernah lepas dari Berlian yang tampak semakin lemah. Geral masih mencengkeram Berlian di pangkuannya, tangannya yang kasar terus bergerak bebas.

Berlian yang mabuk, mencoba mengangkat kepalanya yang berat, namun gagal. Kepala itu jatuh tergolek di atas meja poker sambil bibir Berlian bergumam dengan kata-kata tak jelas.

"Hmm... Luke... Brengsek, si jantung batu, si pinguin menyebalkan! Mengapa kau mengabaikan rasaku? Iya ... Karena kau adalah pangeran Es, hatimu memang membeku, hingga kau tak pernah peduli padaku!" racau Berlian.

Luke menatap Berlian yang merancau itu dengan alis bergetar, meski wajah pria itu tetap datar. 'Apa-apaan dengannya? Dalam kondisi tegang seperti ini, dia masih bisa mengumpatku? Wanita ceroboh ini, apa kau pikir aku ini es serut? Kenapa kau selalu mendeskripsikan diri ini seperti tuan tanah pemilik negeri Alaska?' Luke bergumam dalam hati.

"Putaran terakhir!" suara bandar menyadarkan Luke untuk tetap fokus pada permainan.

Geral menyeringai puas setiap kali Berlian meracau, memanfaatkan hal tersebut untuk mengintimidasi Luke. "Dengar, Luke. Wanita ini sudah lelah denganmu. Kenapa tidak kau biarkan saja dia bersamaku? Aku bisa memberikan apa yang kau tidak bisa."

Tangan Luke mengepal di bawah meja, menahan amarah yang mendidih. "Jangan bicara omong kosong, Geral. Kau tidak tahu apa-apa tentang kami. Fokus saja dengan permainan ini."

Putaran terakhir dimulai. Kartu demi kartu dibuka, dan akhirnya tiba waktunya bagi mereka untuk menunjukkan kartu mereka masing-masing.

Geral tersenyum lebar, menunjukkan kartunya. "Full house," kata Geral dengan nada angkuh.

Deg!

Luke tertegun mimik wajah Luke menjadi cemas. "Aku terkejut dengan kartu dewa yang kau tunjukkan, Geral," ucap Luke, membuka kartu ditangannya. "Straight flush!" seru Luke, bibir Luke terpatri senyum tipis yang menakutkan.

Deg!

Geral membeku, tidak percaya dengan kartu yang diperlihatkan oleh Luke. "Tidak mungkin," gumam Geral, tatapan Geral fokus pada kartu sakti yang Luke tunjukkan.

"Sudah waktunya kau menepati janjimu, Geral," kata Luke dengan tegas. "Kepalamu."

Geral tersenyum masam, tidak terima dengan kekalahan di dalam kasino milikinya sendiri. "Kau pikir aku akan menepati janji pada bajingan sepertimu? Kau bermimpi!" Geral mengangkat satu tangan, ia menjentikkan jari.

Tiba-tiba, anak buah Geral mengeluarkan senjata mereka, mengarahkan senjata tersebut kepada Luke.

"Bunuh dia! Jangan biarkan ada satu nyamuk pun yang keluar dari sini!" Perintah Geral.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status