Share

Bab_5

Berlian menggenggam setir mobil dengan erat, tatapannya penuh amarah. "Kau mencoba menghalangiku? Maka aku juga akan menabrakmu, Luke!" geram Berlian, suara Berlian bergetar oleh emosi yang saat ini meluap-luap.

Di depan sana, Luke berdiri tegap di tengah jalan dengan kedua tangan terentang, seakan menantang Berlian untuk melaju lebih cepat. Tatapan Luke dingin dan tak tergoyahkan, seolah-olah dia yakin bahwa Berlian tidak akan berani melakukan hal itu.

Berlian tersenyum sinis. "Kau ingin menantang? Baiklah!"

Berlian menginjak pedal gas sedikit lebih dalam, mesin mobil menggeram keras. Namun, saat mobil mulai melaju dengan kecepatan yang semakin tinggi, pandangan mata Luke tetap tak berubah. Dia tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri.

"Hentikan mobilnya, Berlian! Tolong!" teriak Luke, suara pria itu nyaris tenggelam oleh deru mesin.

Berlian merasakan adrenalin mengalir deras di pembuluh darahnya. Dia tahu bahwa ini adalah titik balik, momen di mana dia harus menunjukkan keberaniannya. "Aku lelah dengan semua ini, Luke! Aku lelah dengan sikap dinginmu dan semua kebohongan ini!" teriaknya kembali, tangannya gemetar di atas setir.

Mobil semakin mendekat, jarak antara mereka semakin menyempit. Berlian bisa melihat dengan jelas ekspresi tak kenal takut di wajah Luke. Hati Berlian mulai berdebar kencang, penuh dengan campuran antara kemarahan dan ketakutan. Tetapi Berlian terus melaju.

"Sial!" umpat Luke, dia berlari ke samping ketika melihat aksi istrinya semakin gila.

Para petugas penjaga gerbang pun segera berlari ke pinggir, menghindari mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dengan satu gerakan cekatan, mereka berhasil membuka gerbang tepat waktu.

Mobil Berlian melaju kencang melewati gerbang yang terbuka. "Whooaa! Aku bebas!" seru Berlian kegirangan.

Namun napas Berlian masih tersengal-sengal saat ia melaju di jalan utama. "Aku tidak akan membiarkan diriku terkurung lagi," gumamnya pada diri sendiri, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih berdetak kencang

Di belakang, Luke masih tercengang di tengah jalan masuk mansion, masih berusaha mencerna kejadian yang baru saja berlangsung. Napas Luke memburu, sementara tatapan Luke tidak lepas dari punggung mobil Berlian yang semakin menjauh.

"Astaga, dia benar-benar melakukannya," gumam Luke dengan suara bergetar, campuran antara kelegaan dan ketakutan mengguncang pria itu. Luke benar-benar tidak menyangka jika Berlian melakukan hal nekad seperti tadi.

Para petugas keamanan saling pandang, bingung dan panik melihat tindakan Nyonya mereka yang pendiam dan selalu menjadi gadis yang penurut. Salah satu dari mereka pun memberanikan diri mendekati Luke. "Tuan, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Luke menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Biarkan dia pergi. Tapi tetap pantau pergerakan istriku. Aku ingin tahu ke mana dia pergi," perintah Luke dengan nada tegas meski hatinya masih kacau.

Sementara Berlian, melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan mansion yang selama ini menjadi penjara baginya. Setiap meter yang ia tempuh terasa seperti beban berat yang perlahan terlepas dari pundak. Namun, di balik kebebasan itu, ada rasa cemas yang terus mengintai.

Berlian mengambil jalan menuju pusat kota, berpikir keras tentang tujuan kemana ia akan pergi. "Aku butuh tempat di mana aku bisa melupakan semua ini, setidaknya untuk sementara," gumam Berlian pelan sambil terus menyetir.

Akhirnya, Berlian memutuskan untuk menuju kasino. Tempat itu selalu menawarkan pelarian dari realita, meski hanya sesaat. Berlian tahu risiko yang ada di sana, tapi dia tidak peduli lagi. Saat ini, yang ia inginkan hanyalah melupakan semua beban dan sakit hati yang selama ini membelenggu dirinya.

Sesampainya di kasino, Berlian langsung menuju ke meja poker. Tatapan Berlian tajam. Dia pun segera duduk di salah satu kursi, menarik napas dalam-dalam sebelum memulai permainan. "Mari kita lihat seberapa jauh aku bisa melarikan diri dari kenyataan ini," pikir Berlian.

Di seberang meja, Seorang pria duduk dengan tatapan tajam yang memiliki seringai yang licik. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Geral, namun Berlian tidak menyadari bahwa dia adalah ketua dari sebuah organisasi mafia yang terkenal.

"Mari kita mulai," kata Geral dengan nada santai namun penuh ancaman terselubung.

Berlian mengangguk, meneguk minuman keras di depannya untuk mengusir rasa gugup yang merayap di dalam diri Berlian. "Ya, aku ingin semua ini cepat selesai. Aku bertaruh segalanya."

Geral tersenyum, menyeringai penuh kepuasan. "Segalanya? Apa itu termasuk dirimu sendiri?"

Berlian menatap Geral dengan mata penuh tekad. "Ya, termasuk diriku sendiri."

Suasana di meja poker semakin tegang. Para penonton yang ada di sekitar meja memperhatikan dengan penuh minat, menyadari bahwa taruhan ini lebih dari sekadar uang.

Berlian memegang kartu-kartu di tangannya yang gemetar, berusaha menyembunyikan ketegangan yang merambat ke seluruh tubuh wanita itu. Dan pada setiap putaran kartu, membuat keadaan semakin mendebarkan. Geral, di sisi lain, tetap tenang dan penuh percaya diri.

"Taruhanmu menarik," kata Geral, menyeringai. "Tapi apa kau yakin bisa menang?"

"Aku yakin. Kerena aku harus menang," gumam Berlian, lebih pada dirinya sendiri daripada kepada Geral.

Putaran terakhir dimulai, dan Berlian merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Kartu demi kartu dibuka, dan akhirnya tiba waktunya bagi mereka untuk menunjukkan kartu mereka masing-masing.

Geral tersenyum lebar, menunjukkan kartunya. "Full house." Geral melempar kartu itu pada meja poker.

Deg!

Berlian tertegun, dia melihat kartunya sendiri yang tidak cukup kuat untuk mengalahkan Geral. Wajah Berlian seketika memucat, sadar akan apa yang baru saja terjadi mulai meresap.

"Sepertinya kau kalah," kata Geral dengan nada dingin. "Dan sekarang, kau adalah milikku."

Berlian merasa seluruh dunianya runtuh. Ia terjebak, dan tidak ada jalan keluar oleh taruhan bodoh yang ia lakukan ketika ia sedang terjebak emosi sesaat.

"Sial. Aku harus kabur dari sini. Aku tidak rela jika pria ini menyentuhku," pikir Berlian, matanya liar menelisik keadaan kasino. Berharap ada cela untuk melarikan diri.

---

Sementara itu, di mansion, Luke merasa gelisah. Ia mencoba menelpon nomor Berlian berkali-kali namun tidak ada jawaban dari sang istri.

"Kemana dia? Berlian, jangan membuatku cemas," gumam Luke, pria itu mondar-mandir tidak tenang.

Luke merasakan kekhawatiran semakin memuncak. Hingga ia teringat dengan ucapan Berlian yang ingin ke rumah kakeknya. "Ya ... Kakek. Aku harus menghubungi Kakek." Luke mulai menekan nomor kediaman Ethan, berharap Berlian ada di sana.

"Ethan Kenneth di sini," suara Ethan terdengar di ujung telepon.

"Kakek, ini Luke. Apakah Berlian ada di sana?" tanya Luke dengan nada cemas.

"Berlian? Tidak, Luke. Dia tidak di sini. Ada apa?" Ethan terdengar bingung.

"Berlian meninggalkan mansion, Kek. Dia sangat marah. Aku pikir dia akan pergi ke kediaman kalian."

"Oh Tuhan, Luke. Kami belum mendengar kabar dari Berlian. Apakah sesuatu terjadi?" Suara Ethan kini terdengar cemas.

"Iya, kami bertengkar hebat. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya," kata Luke, suara pria itu penuh dengan rasa bersalah.

"Kami akan mencari tahu. Jika Kakek mendapatkan informasi, Kakek akan segera menghubungimu, Luke." janji Ethan sebelum menutup telepon.

Luke menutup telepon dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Pikiran tentang Berlian yang berkendara dalam keadaan emosi semakin membuat Luke khawatir. Dengan cepat, Luke mengambil blazer hitam dan bergegas menuju garasi, berniat untuk mencari keberadaan istrinya sendiri.

Saat Luke menarik gagang pintu mobil, ponsel di dalam saku Luke berdering. Dengan cepat, Luke meraih ponselnya dan menggeser tombol jawab.

"Halo," ucap Luke ketika sambungan teleponnya tersambung.

"Tuan, kami mendapatkan informasi bahwa seorang wanita dengan ciri-ciri seperti Nyonya Berlian terlihat di sebuah kasino di pusat kota," kata suara dari ujung telepon.

Luke merasa hatinya mencelos. "Kasino? Astaga. Aku akan segera ke sana. Terima kasih," jawab Luke, ia segera menutup telepon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status