Aku baru saja memarkirkan mobilku. Capek, hari ini jadwal mengajarku di kampus full. Ditambah membimbing para mahasiswa yang mengikuti lomba desain arsitektur "Spectaculer" di Jogja.
"Assalamu’alaikum.""Wa’alaikumsalam."Kulihat ada tamu Abah, nampaknya mereka juga para kyai. Aku segera menyalami Abah dan para tamunya."Wah, Azzam kayak njenengan Pak Kyai. Pas muda dulu. Gagah." Puji salah satu teman Abah yang kuketahui bernama Kyai Mahfud."Bener Kyai Mahfud, kok gak jadi tentara Gus kayak abahnya?" sambung Kyai Habib."Mboten Pak Kyai," jawabku."Oh iya sekarang sibuk apa Gus?" tanya Kyai Mahfud lagi."Sibuk mengajar saja Kyai sama kerja," jawabku singkat."Njenengan kok gak pernah cerita kalau putramu itu kuliah arsitek sih Kyai? Malah kuliahnya sampai ke Australia lagi." Seseorang yang dari tadi diam saja mulai bertanya. Aku tahu namanya Kyai Sholeh, ayah dari Furqon sahabatku."Hehehe. Memangnya saya harus cerita ap"Umi ...""Iya Zam." Umi sedang melipat baju. Walau ada khadamah, Umi tak pernah menyuruh mereka mencucikan baju kami sekeluarga. Katanya malu, kalau sampai lihat barang pribadi dicuciin sama orang lain."Tadi Furqon main.""Owh.""Dia tanya Caca udah punya calon apa belum.""Terus kamu jawab apa?""Azzam bilang aja kayaknya Umi udah punya calon. Kan Caca anak angkat kesayangan Umi. Azzam aja kalah saing sama dia." Sungutku sambil ndusel ke keteknya."Ya Allah Zam, udah gede masih saja suka ndusel sama Umi." Umi terkekeh melihat kelakuanku."Biarin, nanti kalau Azzam sudah punya istri, Umi gak boleh iri.""Gak, Umi gak bakalan iri, malah Umi seneng jadi Umi cukup ngurusi bayi tua sama bayi remaja. Bayi bujangnya sudah punya pawang. Kalau kamu sering ndusel kan nanti Umi cepet dapat cucu.""Ckckck ... Umi ... Umi ... pasti kesitu lagi bahasnya." Aku memilih merebahkan kepalaku pada pangkuan Umi. Umi pasti akan menyisiri ra
*Cahaya Mustika*Aku dan para khadamah yang berniat sholat tahajud di masjid mendengar suara kegaduhan di ndalem. Tampak Kang Bimo sedang menyiapakan mobil."Ada apa Kang?" tanyaku."Gus Azzam pingsan Ca. Ini kita mau bawa ke klinik dulu."Apa? Gus Azzam sakit apa? Perasaan tadi malam baik-baik saja."Caca!" teriak umi."I-iya Um. Eh ... nggih Um pripun?""Kamu ikut, cepetan!""Nggih Um."Aku segera berlari ke kamar dan mengganti bajuku. Dan ikut mengantar Gus Azzam. Aku tak sadar malah ikut duduk di tengah bersama Umi dan Gus Azzam."Duh Bim, yang cepet ini tangan Azzam dingin banget.""Nggih Umi," sahut Kang Bimo."Sabar Umi, jangan panik. Bimo tetap jaga keselamatan.""Nggih Bah."Aku ikut terenyuh melihat Gus Azzam yang biasa garang tampak terkulai lemas. Keringat dingin, wajah pucat bahkan kulihat bibirnya seperti menahan sakit. Duh gus, jangan sakit kenapa? Mending aku lihat njenengan macam singa daripada sa
"Caca.""Nada."Aku berpelukan dengan salah satu sahabatku selama kuliah, Nada. Aku baru tahu kalau dia itu Ning asal Bumiayu. Lebih gilanya lagi dia sepupu jauh Gus Azzam sekaligus saudara sepersusuan. Hadeh."Kamu ikut juga?""Huum ini, tahu sendiri Gus Azmi udah kayak adikku. Dari umur 12 tahun udah nemplok sama aku."Gus Azmi mondok dan sekolah di pondok milik orang tuanya Nada."Hahaha. Lihat sepupu garangku gak?""Tadi sih ada, Umi, Abah dan Kang Bimo juga cuma sekarang gak tahu pada dimana.""Ya wislah, ayuk duduk. Acara wisuda kelulusannya bakalan dimulai."Hari ini adalah wisuda Gus Azmi untuk sekolah menengah pertamanya. Niatnya dia akan sekolah di Purwokerto untuk tingkat menengah atasnya. Dia mau ngambil sekolah di Telkom karena memang sekolah itu sesuai bakat dan hobbynya."Ca ... masih ingat Jamal kan?""Masihlah, anak PAI yang udah lama ngincer kamu kan? Tapi akhirnya kandas gegara dia dijodohkan oleh
Azzam sangat kesal. Baru saja turun dari mobil sudah disuguhi pemandangan menyebalkan. Adik Gus Furqon yang tak tahu malu langsung menghampirinya dan mengekori Azzam menuju ke dalam rumah. Sepintas Azzam melihat Caca tengah keluar sambil menunduk. Terlihat raut sedih pada mukanya. Andai tak ada Ning Asyifa pasti Azzam sudah menghampirinya. Mengajaknya ribut seperti biasa. Jangan salah, bagi orang lain keromantisan dilihat dari perlakuan bucin nan lebay. Tapi bagi Gus Singa Garang dan Gadis Juteknya, romantis itu kalau bertengkar gak kelar-kelar."Asalamua’alaikum.""Wa’alaikumsalam.""Umi ...." Ning Asyifa langsung bermanja-manja pada uminya. Azzam menyalami Umi dan menangkupkan tangannya kepada Bu Nyai Nur."Baru pulang Zam?" tanya Umi Aisyah."Nggih Umi.""Sudah sana bersih-bersih lalu istirahat kamu pasti capek.""Nanti kesini lagi ya Gus, ngobrol sama Asyifa. Hihihi.""Hush." Bu Nyai Nur menghardik putrinya.Azzam memilih
*Cahaya Mustika*"Umi sama Abah mau ziarah Wali Songo dengan para jamaah kami. Umi nitip pondok sama sekolah ya Nduk. Kalau butuh apa-apa bilang sama Azzam.""Nggih Umi. Beres pokoknya.""Ya sudah. Eh, kamu mau minta didoain apa?""Didoain dapat jodoh yang baik, ganteng, rajin menabung, sayang keluarga, dan menerima Caca apa adanya.""Baik. Nanti Umi doakan semoga dapat Singa Garang yang tampan rupawan rajin menabung dan penyayang," celetuk Umi."Amin Ya Rabb. Eh ... siapa tadi Umi, Singa Garang?""Memangnya Umi tadi ngomong apa?""I-tu kriteria suami Caca. Singa Garang?""Kayaknya Umi bilang penyayang deh.""Sebelumnya Umi?" antara yakin dan tak yakin dengan yang kudengar."Apa sih Ca. Umi lupa bilang apa."Aku tak berani mendesak Umi lagi. Jadi kuputuskan lebih baik membantu Umi berkemas.*****"Ustazah, besok acara kelulusan santri wajib memakai kebaya loh, kan seminggu lagi lulusan pondoknya." Usta
Hiruk pikuk suasana pelepasan santri pondok tengah berlangsung. Acara yang begitu menguras tenaga dan pikiran akhirnya selesai juga. Setelah sesi foto-foto selesai, aku memilih duduk menikmati nasi kotak yang dibagikan.Sempat terjadi kehebohan dimana salah satu kang pondok yaitu Kang Hasbi melamar salah satu lulusan bernama Iffah. Rupanya Kang Hasbi memilih move on dari Syarifah karena berulang kali ditolak.Aku curiga Syarifah sedang mengharapkan seseorang. Dan seseorang yang diharapkan Syarifah itu tengah duduk manis menikmati nasi kotaknya di barisan laki-laki. Dia memakai koko warna biru.Selesai makan, aku melanjutkan berkeliling. Ingin mengecek keadaan regu Srikandi dan The Owl.Aku bertemu dengan Ustazah Shafa yang tengah menggendong putrinya."Sofia cantik sekali Us?" pujiku."Iyalah kayak emaknya," sahut Ustazah Shafa."Mirip bapaknya kok bukan mirip njenengan," ledekku."Ish ... sebel, aku yang hamil malah semua orang bilang m
*Azzam Dafa Al Kaivan*"JAMAL," teriak kedua gadisku.Aku menatap heran kearah Jamal, Nada dan Caca."Jamal. Kamu disini. Kok bisa?" tanya Caca."Bisalah Oryza sativa, aku kan lagi punya misi rahasia hihihi," sahut Jamal.Aku sebal melihat interaksi mereka yang begitu akrab. Kalau tahu akan begini aku tak akan menerimanya. Alasanku mau menerimanya karena melihat CV-nya juga ancang-ancang untuk menghadang Ning Zulaikha. Karena Mas Fadil sudah kembali ke rumahnya lagi. Tapi kok ada yang aneh, kulirik adik sepupuku yang menjadi pendiam bahkan cenderung gugup. Hah ... aku melongo. Ya ampun bukan Nada banget kalau jadi putri malu begini.Kucoba perhatikan lagi interaksi mereka, terlihat Ustaz Hilman yang selalu mencoba mengajak adikku ngobrol. Apa jangan-jangan yang dikatakannya padaku waktu itu adalah Nada. Dia mau move on dan pedekate sama Nada.Dan Jamal, dia memang dari tadi asik ngobrol dengan Caca, tapi sesekali kulihat dia melirik kep
*Cahaya Mustika*Boleh aku mengisi ruang hatimu?"Deg.Mataku ikut melebar karena ucapannya."M-maksud Gus Azzam, apa?" tanyaku gugup."Aku ingin menjadi orang yang mengisi hatimu. Boleh?" jawabnya. Kudengar nada ketulusan dari suaranya."Ta-tapi ke-kenapa?""Karena satu alasan," jawabnya tegas."Apa?" lirihku."I LOVE YOU," jawaban lembut tapi membuat jantungku berdetak tak karuan.Aku hanya menatapnya dengan tatapan polos. Apa ini? Gus Azzam nembak aku gitu? Ini beneran kan? Ini sungguhan kan?Waktu untuk seperkian detik berhenti. Hening. Kami hanya saling menatap, berusaha menyelami isi hati masing-masing lewat tatapan mata.Klontang .... Suara benda terjatuh.Baik aku dan Gus Azzam melirik ke sumber suara. Mataku tambah melebar."Hehehe. Maaf ya ... Umi lagi nyari kacamata Abah. Kayaknya tadi disini tapi gak ada. Ya sudah lanjutin gih. Umi pergi dulu ya."Sepintas kulihat Umi mengedipkan matan