"Ara." Panggil seseorang dari arah belakang yang langsung membuat Ara dan Tian yang sedang berdebat itu menoleh ke sumber suara.
"Aksa." Gumam Ara saat melihat sosok mantan kekasihnya itu berada tepat di hadapannya kini.
Aksa menatap Tian dengan tatapan dingin dan siap membunuh, sedangkan Tian ia hanya tersenyum saja mendapatkan tatapan seperti itu dari Aksa. Malahan ia menikmati sarapan yang ia pesan tadi. Bukankah tadi Ara mengajaknya untuk pergi? Akan mubazir jika ini tidak di makan saat ini. Mumpung ada mantan Ara, ia akan memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan sarapannya itu.
"Kita harus bicara sayang." Ucap Aksa kepada Ara namun matanya masih menatap Tian dengan begitu intens.
"Sayang?" Ara mengulang ucapan
Setelah lepas dari Aksa air mata Ara benar-benar jatuh saat ini. Tian yang melihat itu hanya diam saja. Ia tak tahu harus seperti apa.Tian diam, ia menunggu sampai tangis Ara reda, karena hanya seperti itulah ia bisa menanyakan kepada Ara.Mungkin saat ini Ara membutuhkan waktu sendiri dulu. Dan itulah kenapa ia hanya berdiam diri tanpa berniat mengganggu Ara.Ara menoleh ke arah Tian yang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya memang tidak tertarik dengan keadaannya itu."CK! Tidakkah keadaan ku ini membuatmu khawatir sebagai teman tuan?" Tanya Ara,Tian yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya diam, ia tak tahu harus bereaksi berlebihan seperti apa yang diinginkan oleh Ara saat ini."Apa yang mau inginkan nona pelacur?" Tanya Tian.Ara menaikkan alisnya sambil menghapus jejak air mata nya."Dalam keadaan seperti i
Ardan mondar mandir di ruangan tamu, sejak tadi malam ia benar-benar Tidak mendapatkan jawaban apapun itu mengenai keberadaan adiknya.Rasa khawatir kian menjalari tubuhnya serta beberapa asumsi yang mempengaruhi dirinya saat ini.Kemana ia bisa menemukan adiknya itu? Kota Ini begitu besar dan tak akan bisa ia periksa satu persatu daerah itu.Ardan melihat ponsel nya, sejak tadi ia terus saja melihat ponselnya itu dan berharap Ara akan menelponnya dan meminta dirinya untuk menjemput.Ia masih begitu ingat bagaimana Ara dulu begitu manja padanya itu. Bahkan banyak kali ia melihat Ara yang tak bisa jauh dari jangkauan nya."Duduklah nak, apa berdiri itu adalah sebuah hobi mu saat ini hm?" Tanya ayahnya yang entah datang dari mana itu.Ardan menoleh singkat ke arah Ayahnya dan kemudian langsung pergi meninggalkan ayahnya itu yang baru saja tiba bersama kopi dan
Setelah terdiam cukup lama di dalam mobil sambil terus melafazkan kata masuk atau tidak. Akhirnya Ardan mengambil keputusan untuk masuk juga.Ditatapnya kiri dan kanan terlebih dahulu dan kemudian langsung mengambil sebuket bunga.Matanya menatap pagar yang bertuliskan pemakaman umum itu. Ardan menarik sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman sekilas. Tidak, itu bukan sebuah senyuman melainkan kesinisan.Dengan langkah gontai setelah memantapkan hatinya itu selama satu jam akhir Ardan memilih untuk masuk lebih dalam saat ini. Mencari keberadaan Dimana makam sang kembaran nya itu berada.Iya, saat ini ia sedang berada di pemakaman Karina. Setelah dirinya mengantarkan Karina menjemput kematiannya malam itu, inilah pertama kalinya dirinya datang untuk mengunjungi kembarannya itu lagi.Rasanya begitu canggung saat ini, entahlah dirinya juga Tidak tahu kenapa bisa menjadi seper
"Mau ngapain kamu datang kesini hm?" Ucap seseorang yang langsung membuat Ardan menoleh ke sumber suara.Wanita yang mengenakan baju serba hitam itu menatap sinis ke arah Ardan Yang sedang terduduk itu.Di tangan nya ia membawa bunga Lily untuk wanita yang sedang mendapatkan kunjungan itu."Ara." Ucap Ardan.Ara melepas kan kaca mata hitamnya saat mata mereka beradu tatap.Karina Pratiwi Pradipta, itulah nama yang di kunjungi oleh Ara.Tak ingin membuat rusuh di pemakaman sang kakak dan tak ingin membuat dirinya terlibat perdebatan seperti setiap kali bertemu, Ara langsung berjalan mendekati kuburan Karin dan meletakkan bunga Lili sambil mengembangkan senyumnya."Aku datang lagi kak, kakak apa kabarnya sekarang? Baik atau sudah bahagia dan tenang disana hm?" Ucap Ara membuka obrolan nya kepada Batu nisan yang dianggap sebagai Karin itu.
Ara kembali ke kost nya, niatnya ia ingin menangis Bombay di dalam kamar sambil mengingat perkataan nya dengan Ardan tadi di pemakaman. Tapi semuanya itu sirna saat ia sampai di depan rumah, Tian sudah dengan Sangat santai menunggu nya di depan kosnya sambil memainkan ponselnya.Seperti nya laki-laki itu sudah menunggu terlalu lama hingga membuat ia terjebak dalam sebuah situasi membosankan. Terbukti dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya laki-laki itu.Jas dan kemeja sudah kemana-mana, tidak Serapi biasanya. Ah, seperti inikah tuan muda yang sebenarnya itu?"Apa yang kau lakukan disini hm? Kost ku bukan tempat sesuka mu untuk datang dan pergi seperti ini tuan.""Aku menunggumu Sejak tadi nona pelacur, apa seperti ini balasanmu padaku?""CK, aku tidak memintamu untuk menunggu ku atau Datang kerumahku tuan.""Tapi aku merindukanmu Ara." 
Ara telah selesai membersihkan dirinya dan kini juga sudah selesai berdandan. Malam ini ia akan kembali lagi masuk ke club malam itu, ia harus mendapatkan informasi yang mendekati tentang kejadian itu. Bagaimanapun semua ini harus Bergerak dengan cepat. Karena ia juga ingin cepat-cepat bebas dari club malam itu.Harapannya seperti itu tapi hasil nya belum ada sama sekali. Bahkan tanda-tanda nya juga tidak ada, Ara benar kesusahan dalam menemukan titik terang dari kasus ini, semuanya seperti telah disimpan dengan begitu rapat.Ara duduk di kasur nya dan kemudian langsung membuka lemari yang ada di samping mejanya itu. Ia mengambil sebuah ponsel dari dalam lemari itu dan kemudian langsung menghidupkan ponsel tersebut.Ia tahu bahwa menghidupkan ponsel ini sama saja ia memulai sebuah hal baru yang akan merubah dunia nya ini. Namun apa mau dikatakan lagi, ia benar-benar capek hidup menunggu seperti ini tanpa bisa bergerak.
Setelah selesai acara rindu-rinduan dan kangen-kangenan itu kini disinilah mereka berdua berada.Ken membawa Ara ke salah satu restoran termahal di kota mereka itu.Ara menatap takjub pada restoran yang sedang ia datangi itu. Interior Eropa yang digunakan itu benar-benar membuat dirinya tak berkedip sama sekali.Ia benar-benar sibuk mengagumi interior yang ada di restoran itu hingga tak mendengar sejak tadi Ken mengajak dirinya bicara."Ara." Panggil Ken dengan Begitu lembut.Inilah hal yang paling ia sukai dari Ken, apapun yang sedang terjadi laki-laki itu selalu saja bersikap lembut kepadanya.Dirinya benar-benar diperlakukan layaknya seorang wanita."Iya, kenapa?" Tanya Ara, matanya masih sibuk memandang kesana kesini meneliti setiap sudut ruangan yang nampak di matanya itu."Lo mau pesan apa hm?"
Terdengar helaan nafas kasar dari Ken, "Duduklah terlebih dahulu tuan. Mari makan bersama, aku sedang memesan banyak malam ini. Atau ada yang tak ingin kau makan disini? Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan untuk mu yang baru." Ucap Ken mempersilahkan Tian untuk duduk.Tian tak menolaknya, ia bahkan duduk dengan begitu rapi saat ini. Ia tidak akan pulang tanpa Ara, begitu lah yang ada dalam pikirannya saat ini.Ara menatap tajam ke arah Tian, entah Kenapa laki-laki di hadapan ini bukannya pergi malah duduk di hadapannya."Bolehkah aku meminta sebuah steak tuan?" Tanya Tian kepada Ken."Tentu Tuan, pesan saja apa yang ingin kau pesan itu." Jawab Ken.Ara benar-benar tak tahu apa yang ada dalam pikiran Tian saat ini. Berdekatan dengan dua laki-laki yang sungguh ribet seperti mereka berdua ini sangat memusingkan kepala.Seorang waiters datang saat Ken melam