Kota Yorda.Kilat petir menyambar dan suara guntur bergemuruh memenuhi langit. Hujan turun dengan begitu deras hingga membuat percikan darah yang menggenang di jalanan tampak seperti tengah menari-nari. Suara teriakan histeris di tengah hujan juga memenuhi tempat tersebut.Dengan tangan sedikit gemetar, Aluna menggenggam ponselnya. Tetesan air yang begitu deras membasahi tubuhnya hingga membuat sekujur tubuhnya terasa ngilu. Kepalanya terasa semakin ringan dan jejak darah membuat pandangannya semakin buram.Tidak jauh dari sana terdengar suara ledakan dan teriakan histeris yang begitu menyeramkan. Sambil menggenggam ponselnya, dia teringat dengan foto yang dia lihat setengah jam yang lalu. Sudut bibirnya membentuk seulas senyum putus asa.Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahannya dengan Jason. Meski hubungan pernikahannya hanya sebatas status saja, dua tahun sebelumnya lelaki itu pasti akan pulang setiap ulang tahun pernikahan mereka. Aluna ingin memanfaatkan kesempatan kali ini u
Mobil kembali dihidupkan dan suara manis Tina bersenandung berkata, “Ok, apakah kamu sudah tersadar? Tenang saja, aku akan mencarikan pengacara terhebat di kota ini untuk mengurus perceraianmu. Setelah itu aku carikan kakak tampan untuk kamu bersenang-senang.”Aluna meminta Tina mengantarnya kembali ke Britan Residence. Vila yang ada di perumahan tersebut merupakan rumah pernikahan Aluna dan Jason. Tiga tahun yang lalu, mereka berdua sudah tinggal di sana semenjak menikah. Namun, Jason sering sekali tidak kembali ke rumah mereka.Semua perabotan dan rancangan rumah ini dipilih dan dibeli sendiri oleh Aluna. Dulu dia juga membayangkan bahwa dirinya dan Jason akan tinggal di sana selamanya. Meski keinginannya untuk menikah dengan Jason terkabul, Aluna tidak berhasil meluluhkan hati lelaki itu selama tiga tahun ini.Dia membuka pintu sambil memikirkan kembali kejadian yang lalu. Begitu pintu terbuka, sebuah suara manja yang cukup familiar terdengar di telinganya.“Kak Jason, pengering ram
Penderitaannya selama tiga tahun ini berubah menjadi amarah yang begitu besar. Emosi tersebut merusak semua akal sehat Aluna. Dengan emosi yang membuncah dia berteriak histeris. Jarinya tampak memutih karena mencengkeram pintu dengan kuat.Kamar dan aroma yang paling dia sukai justru membuatnya jijik dan mual. Sedangkan Julie hanya memasang wajah kasihan sambil berkata, “Nggak tahu apa yang terjadi dengan Kak Aluna di luar sana. Kenapa dia bisa terluka begitu parah?”Tatapannya jatuh ke tangan Jason dan dia membekap mulutnya sambil berkata, “Kak Jason, sebaiknya cepat buang benda itu.”Benda itu terkena darah Aluna, sungguh sangat menjijikkan sekali.Jason melirik tangannya yang tengah menggenggam perban. Keningnya berkerut seketika. Kenapa dia tidak langsung membuang benda kotor ini? Namun justru memegangnya di tangan dengan perasaan gusar yang tidak dia sadari.Setelah itu dia membuang perban tersebut ke tempat sampah dan mencuci tangannya.Setelah itu dia keluar, terlihat sosok Juli
Jason secara otomatis melepaskan Julie dan menangkap Aluna. Tangannya mengenai tubuh perempuan itu yang terasa sangat panas. Ternyata Aluna demam.Lelaki itu membopong tubuh Aluna dan berjalan masuk ke kamarnya dengan cepat. Dengan raut dingin dia menghubungi dokter keluarga untuk datang.Di koridor hanya tersisa Julie yang hanya mengenakan handuk putih. Dia menggigit bibirnya tidak rela, kemudian bergegas mengganti pakaian dan masuk ke kamar.“Kak Jason.”Jason menyapu pandangannya ke arah meja rias, kemudian menatap Julie dengan datar sambil bertanya, “Kamu menyentuh barang-barangnya?”Meski dia dan Aluna tidak ada perasaan seperti suami istri selayaknya dan tidak tidur satu kamar dengan perempuan itu, dia mengetahui sifat Aluna dengan jelas. Perempuan itu tidak akan sembarangan menata barang-barangnya.Aluna menunduk sambil menggigit bibir dan meremas roknya. Dengan mata memerah dia menjawab, “Kak, aku nggak sengaja menyentuh barang-barang milik Kak Aluna. Kamu tahu kalau keadaan ke
Panasnya sudah menurun, wajah Aluna kembali menjadi pucat. Matanya menyorotkan kekecewaan sambil berkata, “Jason, kita cerai saja.”Keadaan di dalam ruang rawat terasa begitu menyesalkan. Aluna menyambut tatapan dingin Jason dan dengan penuh keyakinan dia kembali berkata, “Kita cerai.”“Aluna, kamu berani mengancamku?” tanya Jason dengan alis terangkat.“Aku nggak mengancammu. Aku memohon padamu dengan tulus. Cerai saja denganku,” kata Aluna sambil meremas selimut.“Cerai? Jason mendekatkan wajahnya. Jari tangannya yang panjang mencengkeram dagu perempuan itu sambil berkata,“Kamu pikir aku apa? Kamu mau jadi istriku, maka kamu bisa mewujudkannya. Sekarang kamu mau cerai, maka aku harus menceraikanmu? Aluna, jangan lupa, kamu yang dengan nggak tahu malu naik ke ranjangku!”Tatapannya bertemu dengan mata gelap Jason. Di sana hanya terdapat kebencian dan kemarahan yang begitu dalam hingga membuatnya tidak mampu menghirup oksigen.Bibir pucatnya bergerak dan dengan pelan berkata, “Makanya
Wajah Julie seketika memucat dan berkata, “Tante, dengarkan penjelasanku.”Jason mengerutkan keningnya dan membela Julie dengan berkata, “Ma, Julie datang menjenguk Aluna.”Mendengar itu seketika membuat emosi Lili memuncak dan berkata, “Panggil beberapa anak buah buat jaga Aluna! Jangan biarkan sembarangan orang masuk! Jorok dan membuat polusi udara saja!”Bi Asih mengangguk dan berkata, “Baik, Bu. Saya akan segera aturkan.”Julie menggigit bibirnya dengan kuat sambil menahan air mata yang sudah menggenang di matanya. Dia berlari keluar dari ruang rawat. Melihat itu Jason hendak mengejarnya, tetapi suara dingin Lili menghentikan langkah lelaki itu, “Berhenti!”“Masih ada urusan di kantor, aku pergi dulu.”Lili menunjuk ke arah kasur dan berkata, “Yang ada di sana itu istrimu dan kamu masih mau ke kantor? Jason, kamu ada anggap Aluna atau nggak?!”“Ma ….”“Tunggu Mama di luar!”Lelaki itu menatap Aluna sekilas sebelum pergi dari sana. Lirikan tersebut penuh dengan kesinisan.Lili berja
Aluna terbatuk dan menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Tubuhnya masih sangat lemah dan kepalanya masih pusing karena terkena angin malam.Orang yang mengantarkan makanan untuknya tampak sedang amrah. Dia membuka pintu kamar dengan kasar hingga menimbulkan suara berdebam yang cukup kuat. Setelah itu dengan dingin dia berkata, “Bi Asih masak sup buat kamu.”Aluna menoleh dan menatapnya. Lelaki itu tengah mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam yang membuatnya terlihat tampan. Lengan kemejanya dilipat hingga sebatas lengan serta kerah kemejanya terkancing rapi.Meski sifat Jason sangat kejam padanya, Aluna tetap mengakui kalau lelaki itu sangat tampan. Dia yang sudah sukses dan mapan semakin terlihat dewasa. Ini adalah sosok Jason yang sudah dia sukai sejak kecil, tetapi Jason tidak pernah menyukainya.Ketika dia tengah melamun, Jason tampak sudah tidak sabar dan berkata, “Bangun.”Setelah sup ini dihabiskan, dia bisa laporan dengan ibunya. Namun saat ini Aluna tidak
Lampu kamarnya sudah dimatikan, tetapi gorden jendela masih terbuka. Dia bisa melihat cahaya bulan dari dalam kamar. Meski langit sedang cerah, cahaya bulan tetap terlihat tidak begitu terang. Sama seperti dia yang tidak bisa melihat jalan di depannya.Aluna mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Tina.“Sudah bantu aku cari pengacara?”Tidak butuh waktu lama bagi perempuan itu untuk membalasnya, “Sudah ketemu. Tapi setelah mendengar dia akan membantu Nyonya Wijaya untuk mengurus perceraian, dia nggak berani menerimanya.”Semua orang merasa jika hendak cerai, seharusnya Jason yang akan memintanya terlebih dahulu. Tanpa persetujuan dari lelaki itu, tidak akan ada yang berani mencari Aluna untuk membuat surat perceraian. Bagaimana pun, ini berkaitan dengan pembagian harta.Tidak ada yang berani mencoba membagi harta Jason.“Bilang sama mereka kalau aku nggak ada permintaan apa pun. Aku hanya perlu berpisah dengan tangan kosong,” balas Aluna.“Kamu nggak mau dapat apa pun?” tany