16."Dean Kamu terlambat!" sungut Dera cemberut menerima kedatangan Dean yang ditunggunya. "Kamu tahu alasan aku telat kan Ra dan kamu aja yang nggak sabaran. Kali ini ada apa? Kamu mau apa?""Apa? Kamu masih tanya?! Aku muak sama sikap kamu yang terus berlagak nggak mau tahu!" sentak Dera jengkel."Aku mau kita segera resmikan hubungan kita sebelum perut aku membesar dan buat aku malu oh dan jangan lupakan keluarga aku. Rasanya kepalaku mau pecah mikirin ini. Harusnya aku nggak seceroboh ini," ucap Dera kalut, tak memperdulikan wajah kesal Dean."Aku udah berulang kali peringatkan kamu untuk minum pil KB itu kan," desis Dean menipiskan bibirnya.Dera mencebikkan bibirnya kesal "Kamu tahu efek sampingnya kan, aku nggak mau jadi gemuk dan aku nggak punya waktu ke rumah sakit hanya untuk suntik KB atau apapun itu tapi ya, sudahlah toh ada efek positifnya kan,""Apa maksud kamu?" tanya Dean menunggu."Efek positifnya adalah kamu punya alasan kuat untuk meresmikan hubungan kita dan cuma
Linar membuang wajahnya demi menjauh dari aroma yang membuatnya mual ia berusaha menegakkan lengannya, hendak bangkit dari tubuh suaminya. Tapi pria itu malah melemparnya ke samping. Kemudian menindihnya. Saat itulah Linar menyadari bahwa Dean masih sadar sepenuhnya. Mata mereka bertemu dengan alasan berbeda Dan Linar paham jika penolakannya akan berakhir sia-sia, hasrat dan gairah yang berkabut di kedua mata Dean sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan apa yang akan terjadi berikutnya. Pria itu mendekati wajahnya yang langsung dibalas oleh tepisan di wajah, Dean menggeram kesal dengan tak sabar ia mencekal kedua tangan Linar ke atas dan satu tangannya lagi melucuti pakaiannya dan menyentuhnya lagi dan lagi. Dan pengaruh alkohol semakin memperburuk semuanya. "Aaww, Mas sakit! Tolong lebih pelan!!" jerit Linar tertahan. Dean bergerak kasar, pria itu menyentuhnya seakan akan ingin melampiaskan amarah dan gairah sebagai hukuman untuk kesalahannya yang sebagai istri sudah mengacuhk
"Apa ini ada kaitannya sama kemarin, kalian kelihatan jelas lagi ada masalah?"Linar terdiam, mendesah pelan dan mengangkat bahunya "Gue lakuin ini agak terlambat dan gue baru kepikiran untuk memulainya setelah tabungan gue juga mulai cukup untuk memulai," ucapnya sembari menyantap strawberry shortcakenya."Tapi suami lo masih tanggung jawab, menuhin kebutuhan lo kan. Maaf kalau kedengarannya lancang gue cuma khawatir." Linar tersenyum maklum, ia bisa menyelami raut wajah khawatir Erwin yang ditampakkan dengan jelas.Dan umur panjang, tepat pada saat itu, Linar tanpa sengaja menangkap pasangan yang baru saja keluar dari lorong ruang makan pribadi di seberang ruangan.Bagaimana mungkin ada suatu kebetulan semacam ini. Di antara begitu banyak restoran di kota ini, kenapa ia harus memergoki suaminya dengan Dera di hadapan temannya. Dadanya jadi sesak mengingat kembali aksinya melabrak suaminya di kamar hotel bersama perempuan simpanannya. Kejadian yang tak akan pernah ia lupakan setiap
Dean mendesah keras wajahnya memerah lagi dan pandangan Linar beralih pada cengkraman Dean yang mengetat pada kemudi. "Kamu ingin memulai pertengkaran lagi, di sini saat aku lagi nyetir, hah?!" Itu peringatan Linar paham itu, mereka berdua sama - sama tahu jika tak bijak bertengkar saat salah satu dari mereka tengah mengemudi karena akan membahayakan mereka dan pengendara lain maka Linar bungkam. *** Setelah keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalut handuk kimono Linar dikejutkan dengan suaminya yang berjalan ke arahnya dengan penampilan yang sama, tanda ia selesai mandi dari kamar sebelah. Linar memilih acuh meneruskan langkahnya ke ruang wardrobe mencari baju tidur yang tertutup. "Apa kamu sedang mengacuhkanku, Linar?" dengus Dean. Suaminya mendekat mengayunkan kantong hitam ke hadapannya. "Pakai ini!" Linar mengernyitkan dahinya. Menerima kantong tersebut dan bertanya sambil menarik keluar kotak di dalamnya dan membukanya. Menemukan gaun malam berwarna biru don
Linar berjalan ke arah meja panjang dekat pintu ganda terbuat dari kaca ia mengambil segelas jus jeruk dingin dan berjalan melewati pintu ganda menuju halaman belakang yang terpantau lebih sepi. Ia di duduk di salah satu kursi di pinggir kolam renang, Membungkuk dan melepaskan sepatu hak tinggi yang harus dikenakannya demi menyesuaikan acara dan lingkungannya. Linar menyesapkan jus jeruknya sembari memindai orang - orang berlalu lalang dengan senyuman dan celotehan hingga basa basi menjilat, semuanya tampak senada berpenampilan terbaiknya begitu elegan dan mahal lengkap tingkah laku yang berkelas atau jaga image? Apapun itu Linar masih merasa canggung merasa tetap saja ada perbedaan entah ketika ia tak memiliki barang bermerek sama atau tak mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan menjadikannya berjarak tak kasat mata, terdengar alasan berlebihan memang tapi tak berlebihan bagi dirinya yang berasal dari keluarga sederhana menengah ke bawah dan berkepribadian tertutup seperti
21.Kamu pergi sekarang! Dan aku janji akan telepon kamu lagi nanti" pinta Dean menundukkan kepalanya memastikan Dera mendengarnya dengan jelas."Mas!" Suara pekikan pelan yang memanggil dari samping Dean membuat kepala Dean menoleh ke belakang. Spontan Dean bergeser menjauhkan tubuhnya dari Dera, yang sekarang bibirnya menipis tajam terselip rasa khawatir bahwa Linar akan melabraknya sekali lagi dan kali ini ia akan dibuat malu karena tengah berada di acara bahagia orang lain.Dean terkejut mendapati Linar tengah menyeret langkahnya mendekat dengan wajah kecewa dan kaku menahan tangis.Kali ini Dean dan Dera di buat kompak berdiri mematung sama-sama menunggu aksi Linar, tak ingin gegabah hanya berharap Linar akan lebih tenang.Linar tersenyum meringis berhenti tepat di hadapan keduanya. "Jadi apa kalian sudah go public dan siap menunjukkan pada dunia aksi khianat zinah kalian, eh?" tanya Linar mengejek penuh kekecewaan."Linar!"sentak Dean terkesiap mendengar tanya dengan nada men
22"Lalu kamu akan semakin jutek dan kamu pasti nggak akan percaya sama aku walaupun aku udah berusaha jujur sama kamu, iya kan?"Linar mengangguk sekali, ia tersenyum miris "Kamu tahu pasti aku bukan tipe istri drama yang akan kabur tanpa mendengarkan penjelasan suami yang ketahuan selingkuh berulang kali , tapi kali ini aku terlalu kecewa sama kamu Mas, di saat luka aku belum kering kamu kembali membawa simpanan kamu di acara sepupu kamu, di hadapan seluruh keluarga kamu ngobrol dekat sama dia, saling beradu kasih, eh?""LINAR!" bentak Dean dengan wajah merah padam.Linar terkesiap di tempatnya, ia memejamkan mata hanya untuk memeras air mata yang tak lagi dapat di bendung."Dan kamu sempat mikir ngga sih Mas, apa pandangan keluarga kamu yang melihat kedekatan kalian di saat aku jauh walaupun aku ada di tempat yang sama dengan kalian hah ? dan terus apa yang harus aku jelasin pada Mami atau saudara kamu tentang perselingkuhan kalian yang sejelas itu, Mas?" tanya Linar semakin mening
"Aku bisa jelasin, tapi kamu harus tenang dulu, ok!" bujuk Dean mencoba meraih istri ya kembali untuk ia dekap.Namun hanya untuk dua detik Linar berada dalam dekapan suaminya karena ia langsung meronta dilepaskan, Linar memundurkan tubuhnya secara terang-terangan menolak."Jelasin? Oh kayaknya kali ini alasan kamu terlalu kuat ya, sampai kamu mau repot menjelaskan panggilan sialan itu!" sinis Linar."Ok, silahkan kamu jelaskan sejelas-jelasnya!"Dean membuka bibirnya untuk mengelak tapi kemudian ditutupnya lagi, Dera memang perempuan yang suka bertindak sendiri namun selama ini Dean sendiri yang menekankan pada Dera untuk tidak mengganggunya saat ia bersama Linar, karena tak ingin rumah tangganya berantakan. Dan selama ini Dera menurutinya lantas, ada apa kali ini apa karena? Dean memandangi Linar yang menunggu."Lin," namun Tenggorokan Dean tercekat, ia tak sampai hati atau memang dirinya yang belum siap membeberkan bahwa Dera tengah mengandung anaknya, buah hati yang selama ini mer