"Huh capeknya,"keluh Intan di hati seraya menghapus keringatnya lagi dan lagi. "Haikal juga berat, kalau kayak gini terus kapan sampainya?"Beberapa kali langkah mereka yang memapah Haikal harus berhenti selain mereka karena kecapean juga berat, oleh karena itu Haris yang menyadari memutuskan menggendong Haikal. Setelah duduk kembali di atas kerikil yang sudah tidak terhitung berapa kali mereka berhenti karena seringnya."Kamu nggak usah bercanda Haris!"ucap Intan mendengar keputusan Haris."Sudah enggak apa-apa, percayalah sama aku, ayo kita jalan lagi, kita nggak akan sampai kalau kita nggak jalan-jalan,"tutur Haris.Pada akhirnya Intan nurut sama bodyguardnya apalagi perkataan Haris itu benar walaupun dia sendiri sebenarnya tidak tega."Jika tidak jalan, apalagi bolak balik berhenti tidak akan mungkin ada hasil?""Semoga Haris kuat deh!"ucap Intan yang hanya bisa mendoakan saja.Haical dari tadi di cubit pipinya di tepuk masih belum sadar, wajahnya tampak sangat pucat pula. Mau ti
Intan merasa tidak enak apalagi dia tidak kenal dengan ibunya, oleh sebab itu, dia merasa gusar. Haris dan Haikal pun jadi nggak enak juga mendengar keluh Intan, oleh sebab itu sekarang mereka berbisik-bisik untuk mencari jalan keluar. Di sela-sela itu, Ibu tadi keluar."Bagaimana? makannya sudah selesai apa belum?"Mendengar pertanyaan ibu mereka menyahut jujur. Ada penyesalanan karena merasa tidak sopan seluruh buah dan makanan habis tanpa sisa. Mereka berbicara dengan sungkan tampak senyum namun senyuman itu penuh arti, melihat hal itu Ibu tadi yang berada di ambang pintu mendekat ke meja makan. Mereka lantas berkata;"Maaf Bu, kami kelaparan jadi makanannya habis,"sahut Intan.Kemudian Intan melanjutkan lagi dan berkata,"Tapi saya janji nanti kalau sudah sampai rumah saya akan mengganti dengan mengirim uang untuk membayar makanan ini," tutur Intan.Gubuk Itu tampak berjejer. Setiap gubuk ada yang menjual aneka minuman seperti kopi ada juga yang menjual makanan buah-buahan dan
Haical sebenarnya kan berharap ingin bertemu adiknya juga. Oleh sebab itu, dia juga tidak mau tujuannya berantakan gara-gara makhluk itu.Ibu yang kesurupan terus saja berbicara seolah memfitnah mereka. Dia marah-marah tidak karuan."Hai kalian manusia! Untuk apa masih di sini. Pergi sekarang juga. Jika kalian tetap di sini sebentar lagi pasti terjadi malapetaka!""Aku tidak akan membiarkan kalian di sini!"Suara ibu itu dalam, sekarang malah matanya tambah menakutkan, bahkan seperti akan copot. Dia maju mulai menyerang Intan dan dua bodyguardnya.Melihat hal itu, tentu saja Intan spontan mundur, begitu juga dengan Haris. Berbeda dengan Haical."Haical...!" Intan dan Haris spontan berteriak melihat malah Haical maju."Apa yang akan Haical lakukan?" Intqn berkata di dalam hati, dia tidak mengerti dengan Haical.Haaris mengerutkan keningnya, dia mencegah Haical yang entah akan bertindak apa, dia tidak mengerti."Apa sih bro! Please jangan halangi aku! Aku akan mendoakan beberapa ayat a
Mendengar ucapan Intan Haical lalu menarik nafas dalam-dalam. Di saat itu, ibu yang kesurupan semakin marah-marah. Piring yang di atas meja jatuh, bahkan mejanya dia gulingkan. Dia juga berkata,"Kalian harus pergi dari sini! Kalian harus pergi...!"Melihat hal itu, penghuni makhluk gaib berkata kepada kami," Hai ...Kalian untuk apa kemari? Bukannya kalian punya alam sendiri. Sebaiknya kalian segera pergi saja dari sini. Jika tidak, saya takut makhluk yang merasuki ibu itu akan menghancurkan tempat ini, apa kalian mau tanggung jawab! Kalian egois. Kalian berbuat tidak memikirkan dampaknya!"Penghuni makhluk gaib itu seorang laki-laki. Dia berbicara seolah benar-benar kesal kepada kami. Dia menekankan beberapa kalimat seolah sudah tidak mau melihat kami kembali. Penyebabnya mereka duga kami akan menyembah iblis di bulan purnama."Gara-gara kami warung ibu itu juga jadi berantakan. Pada akhirnya kami harus pergi. Tapi harus pergi kemana malam-malam seperti ini? Apa di perjalanan ada tem
Kami yang sedang duduk tanpa alas merasa ada yang tidak beres."Haical...!"Intan berteriak, dia terkejut saat tangannya meraih tubuh Haris."Haical! Haical...! Apa yang akan kamu lakukan! Istighfar haical!"Wajah Haical tampak gelap, matanya menyala merah. Tubuhnya yang sejajar tiba-tiba mengepal, dia berdiri dan mendekati Haris.Kemudian, dia mengangkat tubuh Haris."Astaga! Ada apalagi ini?"Jika penghuni makhluk gaib tahu bisa-bisa mereka marah."Lepaskan aku Haical!" Haris berteriak panik melihat kekuatan Haical yang mampu mengangkat tubuhnya. Dia merasa terancam nyawanya. Dia tubuhnya diangkat makin lama makin tinggi."Haical...Tolong lepaskan aku!""Tolong...Aku...!"Haris menjerit-jerit melihat tubuhnya semakin diangkat tinggi. Intan bingung. Dia panik. Dia juga tahu anak buahnya sedang ada yang merasuki. Sebelum terlambat Intan harus berbuat sesuatu.Intan melantunkan doa seperti yang diucapkan untuk ibu tadi yang kesurupan. Dia berdoa seraya menangis.Berkali-kali dibacakan
Haris semakin salah tingkah, tubuhnya kaku seperti robot.Di saat kondisi seperti itu, Haical yang barusan ibu bantu olesi yang katanya minyak herbal ternyata tidak selang lama bangun."Eh kamu sudah bangun Haical, kamu baik-baik saja, kan,"Intan merasa bisa bernafas lega malam ini. Pasalnya kedua bodyguardnya sudah mendapat pengobatan dari ibu.Haical saat itu tidur di ranjang. Dia kini sudah mulai beranjak bangun dan tampak duduk di tepi ranjang."Kamu sebaiknya minum air ini anak muda,"Ibu menyerahkan sebuah cangkir unik tampak berkelas, kemudian Haris menerima dengan tampak heran menatap air yang berwarna hijau,"Ini air apa bu? Kenapa berwarna hijau?"Haical mengerutkan keningnya, dia berkata seraya mencium aroma yang rasanya asing."Apa ini jamu?"batinnya.Melihat Haical Intan lalu menyahut."Haical. Itu adalah minuman yang bisa menjadi obat penenang. Minumlah hingga habis, setelah itu kamu bisa istirahat,"tutur Intan menjelaskan."Penenang? Kenapa aku harus minum obat penenan
Mereka pada akhirnya memutuskan berjalan ke arah kanan setelah difikir mateng-mateng.Namun pria misterius itu tiba-tiba menghilang setelah meninggalkan sebuah suara tawa. Oleh sebab itu mereka menjadi merinding."Hahahahha....Manusia bodoh!""Apa maksudnya itu ibu?"Intan bertanya seraya memeluk lengan ibu layaknya anaknya. Hawa tempat itu seolah sudah bisa ditebak, selain karena sunyi dan gelap, suara seperti gamelan dipagi itu tetap saja terasa horor. Sesekali suara tangisan terdengar samar-samar."Ibu tidak tahu, menurut ibu mereka memang suka mengganggu orang-orang yang berjalan melalui jalur ini,"Intan dan ibu berjalan di depan Haris dan Haical. Mereka masing-masing memegang satu senter. Dan pegangan mereka sangat kuat karena saking takutnya.Rasanya Intan sendiri ingin mundur melihat keadaan yang seolah tidak bersahabat. Alasan mereka memilih jalan arah kanan ini karena pria itu menunjuk dengan jari ke arah jalan ini. Lalu kenapa dia mengatakan bodoh seraya menertawai kami?
"Tolonggggg...!""Bagaimana ini...?""Hahaha...!"Suara itu kembali terdengar menggema dan menakutkan di telinga."Siapa kau?"Intan bertanya dengan berteriak kepada makhluk yang masih belum tampak."Hai keluar kau! Jangan kau jadi pengecut!"Mereka saling memutar bola matanya yang lebar itu mencari di mana keberadaan sosoknya itu.Kemudian makhluk itu berkata kembali!""Hahaha...! Hai manusia yang lemah tidak usah kau berteriak-teriak padaku. Sebentar lagi kalian akan mati hahahah....!""Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?"batinnya tampak gusar melihat batu itu terus saja jatuh dari bukit, begitu juga airnya yang akan menenggelamkan mereka."Sepertinya tempat ini akan berubah menjadi danau atau sungai!""Lalu, apa yang harus kita lakukan?""Aku juga tidak tahu?"Ibu menggeleng lemah,Sepertinya ini memang akhir dari riwayat mereka! Itulah yang ada difikirannya. Jika berfikir memakai logika memang tampak mustahil."Hai lepaskan kami! Apa salah kami?""Arg susah sekali! Jika seperti ini