Laura tercengang akan apa yang dia dengar. Baru kali ini, RK memperlakukan dirinya seperti ini. Dan yang paling dia kesalkan adalah, RK melakukannya di depan Aira. Tentu saja harga dirinya, terasa di tenggelamkan ke dalam air comberan. Aa elah lebay.Laura menatap RK dengan tatapan merajuk, namun RK sama sekali tidak menghiraukan tatapannya. Ia terus berdiri dan berjalan ke arah Aira, "Nihh, aku tidak suka pedas, jadi kalau kau suka, kau bisa menaruhnya sendiri!" RK memberikan bagiannya pada Aira, membuat Aira semakin gugup dan takut.RK kemudian melangkah ke arah pintu, "Ohh ya, kalau Brian sudah bangun, tolong hubungi aku yahh, aku ada sedikit urusan diluar." Dia kemudian keluar dan meninggalkan Aira bersama Brian yang sedang tidur, dan tentu saja bersama si Mak'Lampir yang sedang tersesat disana alias Laura."Kamu ...," Tatapan tajam dia hujamkan ke Aira. "Beraninya kamu," ketus wanita berparas cantik bak super model itu sembari beranjak dari dudukannya dan menuju ke arah Aira."B
Setelah selesai makan, Laura membuka wine dan menuangkannya ke masing-masing gelas untuk di minum. Hanya ada 3 gelas, Aira memutuskan untuk tidak meminum wine. Aira juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol sebelumnya, oleh sebab itu Ia bersyukur dengan tidak adanya gelas, jadi dirinya tidak harus ikut minum."Udahh, kamu pake punya aku ajah! Aku biar pake gelas air mineral ini. Yang penting kan isinya, bukan?" ujar Donny sembari menaik turunkan keningnya."Ya udah gitu ajah," balas Laura cepat, sebab tidak ingin Aira menolak lagi. Karena rencananya bisa gagal.Pertama Laura menuangkannya untuk RK kemudian Donny dan Aira lalu dirinya yang terakhir. Mereka bersulang lalu meneguk wine asal Perancis itu dengan penuh semangat, kecuali Aira yang baru pertama kali sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.Segelas dua gelas, Aira sudah mulai merasa pusing. Sedangkan Laura, dia sudah banyak minum, begitu juga dengan Donny. Tanpa mereka sadari, Laura mulai menjalankan rencananya. Ia menuangkan se
Bak tersengat listrik tegangan tinggi, Aira membeku dalam pelukan RK. Ingin menolak, namun Dia adalah seorang Reagantara Kusuma. Apalah aku, pikir Aira."Airaaa ...!" Lirih RK dengan suara seraknya, membuat bulu kuduk Aira meremang. Ada rasa suka dalam dirinya untuk RK. Wajah yang tampan dengan dimpel di kedua pipinya, hidung yang mancung dengan sorot mata tajam yang mampu membuat Aira terjebak didalamnya."I-iyaaa Tuan," jawab Aira sembari berusaha bangkit dari posisi tubuhnya yang sedang berada di atas tubuh RK."Boleh?" bisik RK sembari menyentuh bibir Aira dengan ibu jarinya yang membuat Aira seketika menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah padam.Hatinya ingin menolak, namun tubuhnya menghianatinya. Dengan segenap keberanian yang Ia kumpulkan, Aira segera mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan majikannya ini.Tidak menunggu lama, perlahan tapi pasti, kini Aira sudah berada dalam genggaman Orang nomor satu di Starlight Corporation itu.Ciuman RK yang semakin lama semakin
Aira yang tadinya dalam posisi berjongkok, langsung terduduk di lantai. Tangannya gemetar membaca hasil tes itu."Napa banyak orang yang jahat sii? Aku yakin Kayla pergi juga karena di jahatin. Nak, Mami kangen!" Seketika bayangan senyuman manis putrinya terlintas di benaknya, yang kemudian berganti dengan tangisan kesakitan yang membuat tubuh Aira bergetar hebat.Ia memeluk kedua lututnya erat-erat dan tertunduk dengan airmata yang membanjiri wajahnya. Aira menangisi ketidak berdayaannya untuk membalaskan sakit hatinya dan mencari keadilan untuk kematian putrinya.Ia terus terisak, dan tiba-tiba ada sentuhan tangan besar di pundaknya. Ia segera tahu tangan siapa itu. Gegas dirinya mengusap air matanya, dan segera bangkit."Ehh!" Aira kembali berjongkok karena lupa mengangkat lembaran-lembaran kertas yang teronggok di lantai. Namun, saat Aira ingin mengambilnya, RK sudah lebih dulu meraih tiga lembar kertas itu beserta Map coklat bungkusannya."Apa ini?" "Emm, itu ... Itu hasil pem
Aira yang panik segera mendekati nakas untuk meneguk segelas air untuk menghilangkan rasa cemas berlebihan dalam dirinya."Aira mengatakan kalau dia ingin pulang untuk berganti pakaian," ucap RK sembari menatap Aira yang seketika menyemburkan air yang sedang Ia teguk karena tersedak.Laura memicingkan mata ke arah Aira, "ohh ya? Apa Kau tidak memperhatikan baju yang Ia kenakan?" ujar Laura sinis. Ia kemudian mendekati Aira, "Ia bahkan sudah mengganti bajunya, ini bukan baju yang Ia kenakan kemarin." Kesal Laura."Bagaimana tadi malam, hmm?" tanya RK mengalihkan pembicaraan."Apanya yang bagaimana, kamu bahkan gak mau nolongin aku!" Laura mengerucutkan bibirnya sembari bersedekap dada."Laura ... Laura, masih saja tidak mau mengaku," kesal RK."Mengaku? Tentang apa?" tanya Laura dengan wajah gelisah yang segera di tutupin dengan deheman. Mungkin Aira tidak memahami ekspresinya ini, namun RK tidak dapat dibohongi."Apa aku harus mengatakannya?""I-iyaa tidak masalah katakan saja!" balas
"Akkhhh... Lepasin aku Mas, sakit!" Lirih Aira, karena sejak tadi Ivan suaminya, terus saja menghujaninya dengan tindakan kekerasan."Dasar istri tidak berguna, Kayla sakit Karena kamu jadi ibu, gak becus ngurusin anak. Jadi kamu pikirkan ajah sendiri, ngapain nanya ke aku, aku udah cukup pusing tahu!" ujar Ivan sembari mendengus kesal."Tapi aku mau minta ke siapa lagi, Mas? Kamu papanya, kamu juga bertanggung jawab dalam hal ini." Seloroh Aira. "Lagian kok kamu seperti ini Mas, kamu berubah, aku... Akhh!" Aira ditampar hingga terjerembab di lantai. "Ssshh... Sakit Mas, aku gak minta apapun. Aku cuma minta, tolong bayarin biaya operasi Kayla, supaya Dokter bisa ambil tindakan operasinya segera. Kasihan Kayla, Mas! dia nahan sakit karena gak mau kita kepikiran." Lirih Aira, dengan suara parau, sambil memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan Ivan."Arrghhh ... bisa diam gak sih? Kalau gak bisa diam mending kamu keluar deh! Aku pusing ini." Tandas Ivan yang kemudian mengalih
Tangannya terangkat dan perlahan mengelus perut yang sudah tidak ada isinya itu. Hatinya bagaikan teriris-iris. Luka yang semula menganga, kini semakin menganga."Aku memang adalah ibu yang tidak becus!" air matanya perlahan mulai menetes dan membasahi wajah pucatnya.Bagaimana tidak, ia bahkan tidak mengetahui kalau dirinya tengah mengandung. Dia tidak menyadarinya karena beberapa waktu belakangan ini, dirinya sibuk mengurusi Kayla."Suster, berapa usianya?""Janin ibu berusia 6 Minggu!" Aira yang mendengarnya hanya tertunduk sedih. Namun, ia segera teringat akan kondisi Kayla saat ini."Suster, sudah berapa lama aku berada disini?""Ibu sudah terbaring seharian dan sekarang sudah masuk hari baru!"terang suster itu.Aira yang mendengarnya, tersentak dan kaget. Ia ingin segera turun dari tempat tidur, dan menuju ruang ICU untuk menjenguk purti kecilnya, harapan satu-satunya untuk tetap bertahan hidup."Sus, tolong cabut infusnya. Aku baik-baik saja!"ujar Aira."Baiklah, tapi Ibu harus
Aira mengerjapkan mata, hal pertama yang ia sadari ialah saat ini ia berada di ruangan yang serba putih. Bau khas obat-obatan menyeruak memenuhi rongga hidung.Tangannya terangkat, berniat memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut. Tapi tunggu...Apa yang terjadi?Aira mencoba mengingat-ingat semuanya, hingga perlahan-lahan potong-potong memory sebelum dirinya jatuh pingsan mulai terkumpul.Helaan nafas berat serta hembusan yang sedikit kasar, mulai terdengar dari bibir pucatnya.Beberapa menit kemudian, seorang wanita berpakaian serba putih masuk. Membawa serta makanan juga segelas minum dan juga beberapa obat. Mungkin untuk Aira konsumsi.Wanita itu meletakan nampan yang dibawanya di atas sebuah nakas yang berada tak jauh dari ranjang tempat Aira berbaring."Syukurlah, Bu'Aira sudah sadar!" sapanya sembari menyunggingkan senyum.Aira membalas senyumannya, dengan senyum yang sama." Suster, saya kenapa ada di sini?" Tanyanya dengan suara parau."Dan apa suster tahu dimana putri saya? T