“Apa yang akan kita lakukan dengan rekamannya, Nona?” tanya Madoka sambil ikut berpikir.Cengiran Visha mengawali penjelasannya, “Aku akan mengirimkan salinannya dalam bentuk flashdisk, ke rumah Adinata.”“Kenapa tidak kita perdengarkan saja di ruang kerja Gregorry?” Madoka memberi usulan.Tapi Visha menggeleng. Ia berkata, “Setelah kita menemukan siapa direktur yang berselingkuh dengan Febriella, aku punya rencana yang lebih bagus lagi, Madoka.”Madoka pun mengangguk. Ia akan mendengarkan rencananya nanti.Tak lama kemudian, salinan rekaman sudah bisa diunduh. Madoka pun segera menyiapkan paket tersebut dan mengirimnya sesuai arahan Visha.Tok! Tok!Cklak!Javier masuk ke dalam ruang kantor itu dengan wajah lemas. Membuat Visha dan Madoka mengerutkan dahinya.“Bagaimana di kantor Adinata?” tanya Madoka pada Javier yang sudah beberapa hari mengintai kantor tersebut.Pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu pun langsung melemparkan tubuhnya ke atas sofa, sambil menjelaskan lapora
Beberapa hari kemudian, di kediaman Adinata. Febriella tengah pusing dengan apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Ia mengurung diri di ruang riasnya sambil menggigiti kuku ibu jarinya.‘Sepertinya ada yang menyusup, sampai tahu semua kelakuan Gregorry,’ batin Febriella panik. Sudah berhari-hari wanita tua itu tidak bisa tidur nyenyak.Ia tengah mengetik pesan pada sahabatnya ketika pintu ruang rias itu diketuk.“Ya!” serunya dengan jengkel. Padahal ia sudah memberitahu para ART-nya kalau ia sedang tak ingin diganggu.‘Ugh! Apa lagi sih yang mereka mau?!’ keluh Febriella sambil menatap ke arah pintu yang sudah bergerak terbuka.Seorang ART yang belum pernah dilihat, menghampiri Febriella dengan takut-takut.ART itu membawa sebuah paket berupa kotak yang terbungkus rapat dengan isolasi coklat. Tapi sepertinya Febriella tidak menyadarinya.“Ada apa?!” tukas wanita tua itu dengan kesal.“A—anu … Nyo-nyonya … ini ada paket ditujukan untuk Anda.” ART tersebut menunjukkan tulisan y
Dua hari berlalu sejak Febriella menerima flashdisk tersebut. Istri Gregorry Adinata itu sudah mengetahui, bahwa isi flashdisk yang diterimanya adalah rekaman pembicaraannya dengan pria yang menjadi ayah kandung Raffael.Saat ini, Madoka maupun Javier belum tahu siapa ayah kandung Raffael itu, tapi mereka sudah mulai bergerak untuk membuat Raffael dan Gregorry mabuk, supaya Dokter Armeyn bisa mengambil sampel yang akan digunakan dalam tes DNA.“Mi-chan akan bertemu dengan Raffael di Bar Solomon, sementara Chie-chan bertemu Gregorry di hotel Artemis.” Madoka melapor pada Javier yang sudah menjemput Dokter Armeyn.“Oke.” Javier mematikan ponselnya dan menghela napas dalam-dalam.Mereka sengaja bertemu di tempat yang sama, karena tidak mungkin membawa Dokter Armeyn ke sana-sini. Kasihan. Sudah tua.“Apa yang sedang kalian lakukan sih?” tanya Dokter Armeyn dengan penuh rasa penasaran.Dokter tua itu tidak terlihat ketakutan, malah sangat bersemangat. Seolah ia sedang dalam misi.“Nah … ak
109“Habiskan wine-mu, Tuan Gregorry. Setelah itu, kita bisa … bicara.” Chie-chan mengelus pelan dada pria tua itu sebelum ia beranjak dari sana dan mengambil sebuah amplop coklat.Seperti kata Chie-chan, Gregorry pun segera menghabiskan wine dalam gelasnya. Tapi pikirannya sudah tidak lagi dipenuhi sopan santun.Yang sedang ia pikirkan adalah bagaimana meluapkan hasrat yang bangkit karena sentuhan Chie-chan di dadanya tadi.“Seperti yang kau tahu, Tuan Gregorry. Ada kemungkinan kalau kau punya musuh di luar sana. Aku hanya punya nama tapi tidak tahu apa hub—”Chie-chan menghentikan ucapannya sambil mengepalkan tangannya erat, ketika ia merasakan pria tua itu meremas bokongnya.‘Ugh! Apa aku boleh menghantamnya sekarang atau aku menunggu Javier menyelamatkanku?! Pilihan sulit …,’ keluh Chie-chan sambil menutup matanya, menahan emosi.Bagaimana pun, ia seorang pria yang juga jijik jika ada pria yang tak disukainya memegang tubuh bagian belakangnya itu tanpa seizinnya.“Tuan Gregorry …
“Kau terlihat kesal, Mi-chan?” Chie-chan menghampiri Mi-chan yang sedari tadi menekuk wajahnya.Ia sudah menyelesaikan misinya dan Dokter Armeyn tengah mengambil sample cairan tubuh Raffael saat ini.“Kau dengar, kan, apa yang jawaban bajingan ini tadi? Padahal aku sudah sangat berharap ia menyesali perlakuannya pada pelayan yang ia hamili. Aku sudah sangat bersimpati padanya,” sesal Mi-chan yang merasa ditipu dengan kehangatan Raffael yang ternyata palsu.Javier melirik ke arah Mi-chan dan mendengus cukup keras, sementara Chie-chan langsung memeluk Mi-chan, untuk menenangkan kekesalannya.“Hati manusia tidak ada yang tahu, Mi-chan. Mana ada kata menyesal bagi orang seperti dia ini. Kita fokus pada Javier saja! Ehe!”Mendengar itu Javier pun segera menyingkir jauh dari jangkauan mereka dan bersembunyi di balik tubuh Dokter Armeyn.Tak lama kemudian, untunglah Madoka datang.“Mi-chan! Chie-chan! Thanks a lot, kalian sudah mau membantuku,” seru Madoka sambil berpelukan dengan kedua reka
"Kau sedang mendengarkan apa, Jav?” tanya Visha yang melihat bodyguardnya itu sudah sibuk di ruang kantor rumahnya sejak pagi. Sebenarnya sudah pukul 10 pagi. Mendengar panggilan sang nona, Javier pun segere meletakkan penyuara telinga [earphone] itu di meja dan berbalik, “Febriella sudah mendapatkan paketnya, Nona. Dan sekarang ia panik. Sepertinya Madoka mengirim cukup banyak paket serupa pada wanita itu.” Visha tergelak mendengarnya. Ia tersenyum puas karena sudah mempercayakan tugas itu pada Madoka. Pria cantik itu cukup berambisi untuk segera mempermalukan Febriella. Madoka memang pernah berkata padanya perihal hati wanita. Bahwa Febriella yang seorang perempuan dan sudah pernah mengandung bayi itu, tega memperlakukan Visha dan kandungannya seperti tidak ada harganya. Itulah yang membuat Madoka sangat membenci wanita tua tersebut. “Madoka keren,” puji Visha sambil menyesap kopi paginya. “Mana? Aku mau dengar!” pinta Visha pada Javier. Bodyguardnya itu pun segera menyerahkan
Hari baru tiba.Febriella akhirnya memutuskan untuk pura-pura mengunjungi kantor Adinata Group dan berhasil menemui Darvis.Tentu saja dengan mudah Shadow sudah mendapatkan rekaman pembicaraan mereka. Terlihat jelas dalam nada suara kedua peselingkuh itu, bahwa mereka sangat panik.Dan sepertinya, Darvis ini punya cukup banyak relasi, sehingga bisa menjanjikan Febriella bahwa masalah ini akan lenyap seperti tidak pernah ada.“Sepertinya kita harus bertindak cepat untuk mendapatkan sample darah Darvis. Apa kita harus melakukan seperti kemarin, Nona?” tanya Javier.Visha menangkap nada yang kurang setuju dari Javier, kalau mereka menggunakan cara sebelumnya untuk mendapatkan sample darah untuk tes DNA itu.Tentu saja sepanjang hari setelah kejadian itu, Javier terus saja mengoceh pada Madoka mengenai ‘gangguan’ yang ia terima dari Chie-chan dan Mi-chan.Untungnya, menurut Javier, Mi-chan masih lebih sopan ketimbang Chie-chan yang menghalalkan segala cara supaya bisa jatuh ke dalam peluk
“Kau … uhm, bisa duduk di … uhm, maksudku … kau berdiri saja senyamanmu.”Ucapan Shadow itu membuat Javier ingin menjungkir-balikkan semua meja yang ada di dekatnya. Tapi suara Visha tiba-tiba terdengar di telinga kirinya—keluar dari anting berbeda, “Jangan terlalu jauh, Jav.”Hanya suara itu yang bisa menahan emosinya. Ia pun memutuskan untuk mengambil segelas koktail leci yang berada di atas nampan seorang pelayan bar.Sementara itu Visha yang sudah nyaman duduk di tempatnya, menyesap koktail yang tidak akan membuatnya mabuk. Shadow sudah memastikan.Tak lama bagi Visha—yang sudah berdandan dengan pakaian menggoda, membuat Darvis mendekatinya.Pria hidung belang itu sedang sangat membutuhkan seseorang untuk bisa melepaskan penatnya setelah pembicaraan menakutkan pagi tadi dengan Febriella.“Hey, Nona manis. Apa enak minum sendirian di hari-hari seperti ini?” sapa Darvis sambil menggeser bokongnya mendekat ke kursi di sebelah Visha.“Uhm … yeah. Aku hanya sedang penat. Aku hanya in