Share

Bab 5.

Gracio terus memikirkan istri serta anaknya yang masih berada di rumah orang tuanya. Ia benar-benar tidak diperbolehkan bertemu dengan mereka. Rasanya hidupnya semakin hari semakin hampa. Ia jadi teringat dengan Clara, gadis bar-bar tapi cukup polos hingga tak sadar hanya dibodohi olehnya.

"Jangan lupa besok pagi misi pertama kita ke markas Xander. Jangan bersikap mencurigakan, kamu harus memberikan alasan yang jelas kepada kedua orang tuamu agar nggak dicari karena keluyuran di luar rumah." Tulis pesan Gracio kepada gadis cantik itu.

"Siap, Om tampan. Kenapa Om belum tidur? Pasti lagi mikirin aku ya." Balas pesan dari Clara yang membuat Gracio sedikit terhibur. Sikap Clara yang pecicilan sangatlah natural dan tidak dibuat-buat. Itulah yang Gracio sukai darinya.

"Ck! Cuma di read doang. Emang Om kulkas 12 pintu." Gerutu Clara terlihat kesal. Entah kenapa ia bisa percaya begitu saja terhadap Gracio yang jelas-jelas hanya orang baru baginya. Hatinya seolah berkata bahwa Gracio adalah pria yang baik, dan tidak mungkin mencelakainya.

Hari semakin larut, Clara dan Gracio tertidur pulas di tempat yang berbeda. Mereka tak sabar menunggu hari esok yang akan memulai satu persatu rencana mereka. Clara masih belum tahu akan status Gracio yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak laki-laki. Ia terlanjur berharap dan ingin mendekati pria itu lebih dalam lagi.

Sesuai dengan janji yang sudah ditentukan, Gracio menjemput Clara di halte yang cukup dekat dari rumah gadis itu. Dia sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya bahwa akan pergi ke rumah salah satu teman kampus untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Maaf ya Om udah bikin nunggu lama," wajah Clara menyiratkan rasa bersalah karena terlambat datang ke lokasi.

"Masuklah," titah Gracio tak ingin berbasa-basi. Ia harus mempercepat rencananya supaya bisa membersihkan nama baiknya dari tuduhan palsu itu.

"Ingat, jangan sampai kamu membuat Xander curiga," ucap Xander begitu serius. Namun, tatapannya tetap fokus pada jalanan.

"Iya Om. Tapi aku takut. Gimana kalo Om Xander berbuat kurang ajar, dan Om Gracio nggak sempat nolong aku?" suara Clara terdengar sangat cemas. Ia benar-benar takut diterkam oleh Xander yang memang doyan wanita. Hanya saja, ia melakukan semua itu demi menyelamatkan papanya.

"Apa kamu meragukan ku?" tanya Gracio menekan perkataannya. Walau bagaimanapun dia tidak akan membuat Clara berakhir di atas ranjang bersama Xander sebelum keinginannya tercapai.

"Nggak sih Om. Cuma sedikit gugup aja. Aku belum berpengalaman dalam merayu seorang pria. Aku takut usahaku gagal, atau bahkan rencana kita ketahuan sama Om Xander," tutur Clara menatap lekat wajah Gracio yang tak sedikitpun melirik kearahnya.

"Ikuti saja perintahku, maka semuanya akan aman. Pakai ini, aku akan mengawasi mu dari luar," Gracio memberikan semua camera kecil yang terhubung ke ponselnya. Benda tersebut sudah aktif, Clara menyimpannya di dalam tas kecil yang menggantung di pundaknya.

"Baik, Om," Clara berusaha menetralkan perasaannya supaya tidak gugup saat berhadapan dengan Xander nanti.

Gracio membutuhkan berkas-berkas penting milik Xander yang berisi penggelapan uang, pencurian senjata tajam yang ilegal, obat-obatan terlarang, dan juga daftar nama-nama siapa saja yang ada di dalamnya. Yang orang ketahui, Xander dan Robert adalah tim penyelamat di kota A karena setiap kali ada kegaduhan, pasti merekalah yang membantu hingga keadaan kembali damai.

Padahal, di balik semua itu ada skandal besar yang dibuat secara sengaja oleh kedua pria berpangkat itu. Xander tidak pernah benar-benar membereskan masalah yang ada, melainkan menukarnya dengan uang sebagai kompensasi atas sebuah kejahatan.

Mereka selalu mencari kambing hitam atas kesalahan mereka sendiri, termasuk Gracio salah satu korbannya. Karena itulah Gracio menghasut Clara supaya percaya dengan semua perkataannya. Dia ingin menghancurkan dua pria jahat itu dengan cara mengadu-domba nya tanpa mengotori Gracio sendiri.

*****

"Clara! Tumben kamu ke sini?" ucap Xander sangat terkejut. Pasalnya baru kali ini putri dari bawahannya bertamu ke markasnya.

"Aku merindukan Om Xander," jawab Clara sekenanya. Ia duduk di pangkuan Xander begitu beraninya. Hal yang belum pernah Clara lakukan kepada pria manapun.

Xander membulatkan mata sempurna saat merasakan hangatnya bokong Clara. Ia sampai kesusahan menelan saliva nya dengan kasar. "Merindukan Om? Ada apa memangnya?" Xander bertanya dengan suara terbata-bata. Dirinya yang memegang pecinta selangkangan wanita, tentu saja tergoda dengan sikap Clara yang sangat berani itu.

Clara lebih dulu meletakkan tasnya di atas meja supaya Gracio bisa dengan leluasa mengawasinya. "Entahlah, tiba-tiba saja aku merindukan Om Xander saat tertawa terbahak-bahak ketika berbicara dengan Papa. Tawa yang sangat manis dan membuatku selalu terbayang-bayang," tangan Clara bergerak nakal di dada bidang pria tua itu. Sehingga menimbulkan suara erangan lirih dari bibir Xander.

Wajah Xander memerah karena tersipu akan penuturan Clara. "A-apa kamu menyukai Om?" sungguh pertanyaan Xander membuat Clara ingin muntah karena sangat tidak tahu malu dan tak sadar diri dengan usianya.

"Sepertinya begitu, Om. Apa aku salah jika mencintai Om yang sudah beristri?" wajah Clara ditekuk, berpura-pura sedih saat mengatakan hal itu. Sedangkan dalam hati, tiada hentinya ia mencaci maki Xander dengan berbagai macam sumpah serapah.

"Tentu saja tidak, Sayang. Justru Om sangat senang bisa dicintai sama gadis secantik kamu," Xander menarik dagu Clara yang membuatnya merasa gemas.

Itulah kelemahan seorang Xander. Godaan dan rayuan seorang wanita. Jika sudah mereka bergerak, maka apapun akan Xander berikan, termasuk uang dan juga barang-barang mahal hanya demi selangkangan. Namun, bukan itu tujuan Clara ke sana. Ia sedang mencari apa yang diinginkan oleh Gracio demi menyelamatkan papanya dari pengkhianatan Xander.

Di luar sana, Gracio menyeringai tipis saat melihat aksi Clara yang tak pernah dia duga sebelumnya. Gadis itu benar-benar sangat menyayangi papanya sampai rela berbuat sedemikian rupa hanya demi hal tak pasti. Sebab, Gracio hanya menipunya demi kepentingannya sendiri.

Semua rekaman itu otomatis tersimpan di memori handphone nya. Karena Gracio masih membutuhkan video tersebut suatu saat nanti.

"Ini masih awal, Robert. Tunggulah sebentar lagi, hidupmu dan juga hidup Xander akan hancur berkeping-keping di tangan seorang gadis polos itu." Gumam Gracio tersebut sinis. Ia terus mengamati setiap pergerakan Clara di dalam sana.

"Om, sebenarnya aku datang ke sini karena rasa penasaran yang sangat tinggi akan suatu hal," Clara membelai wajah Xander dengan sangat lembut untuk menghancurkan fokus Xander.

"Apa itu, Sayang. Katakan apa yang harus Om lakukan agar kamu tidak penasaran lagi," Xander menjawab dengan sangat cepat, karena adik kecilnya sudah bangun di bawah sana.

"Aku boleh masuk ke ruangan itu nggak? Soalnya dari pertama kali aku ikut Papa ke sini, rasa penasaran itu langsung muncul," Clara menunjuk sebuah ruangan pribadi milik Xander yang tak boleh ada satu orangpun masuk ke dalam sana. Termasuk, Robert.

Xander terdiam sejenak. Ia tidak mungkin membiarkan Clara masuk ke dalam sana, sebab semua bukti kejahatan dirinya ada di sana, beserta data-data barang ilegal yang tidak ada satu orang pun tahu. Namun, gerakan tangan Clara yang sangat lincah membuat otak dan bibir Xander menjadi tidak sinkron.

"Gimana Om, boleh apa nggak?" Clara mengulang pertanyaannya dengan tangan yang terus bergerak liar. Begitu juga dengan bokongnya yang ikut bergerak ke kanan dan ke kiri.

"B-boleh,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status