Share

Bab 4.

"Gimana Robert, apakah pria itu sudah memberikan uang yang kita mau?" tanya Xander kepada bawahannya, sekaligus kaki tangannya. Mereka sedang duduk berdua di cafe dekat taman dipinggiran kota.

"Sudah. Tapi kedua orang tuanya yang memberikan uang itu. Mereka meminta kepada kita agar Gracio tidak ditahan, sampai mamanya pun menangis di hadapanku. Hahahhaaa," Robert tertawa sumbang seolah meremehkan permohonan kedua orang tua Gracio.

"Disaat putranya menentang kita, dan mengancam kita habis-habisan, lalu mereka datang dengan membawa uang kompensasi lengkap dengan permohonannya. Benar-benar sangat lucu," balas Xander ikut tertawa senang. Persetan dengan nama baik Gracio, yang penting dia sudah mendapatkan apa yang diinginkan sejak awal. Yaitu, uang.

Keduanya tertawa terbahak-bahak karena menganggap Grace dan Yola--kedua orang tua Gracio, sangatlah bodoh. Padahal mereka dari kalangan terhormat, tapi memilih untuk merendahkan diri hanya demi nama baik anaknya. Sangat disayangkan, sebab mereka tidak akan membersihkan nama Gracio dari kasus peredaran narkoba tersebut walaupun Gracio memang tidak bersalah.

"Hati-hati saja ke depannya. Jangan sampai pria itu membuat ulah. Untuk mengantisipasi keadaan, perintahkan beberapa anak buah untuk menjaga kita dari jarak jauh. Aku nggak mau jika sampai mati konyol di tangannya," kata Xander yang memang seorang pengecut. Sebenarnya mereka berdua sama-sama pengecut yang hanya mengandalkan kekuasaan.

Robert terlalu sibuk dengan urusan pribadinya sampai melupakan sang putri yang sampai sekarang belum pulang ke rumah. Padahal Camellia--Istrinya sedang mengkhawatirkan Clara yang tidak bisa dihubungi sejak tadi. Biasanya juga jam 3 sore, Clara sudah ada di rumah. Tapi sekarang belum juga menampakkan batang hidungnya.

Sedangkan Clara, berada di pantai bersama Gracio. "Om ini sebenarnya siapa sih, kenapa bawa aku ke pantai segala," cetus Clara sudah lelah mengomel sejak tadi. Sebab, Gracio cuma diam tak bersuara.

"Apa kamu nggak bisa diam walau sejenak saja?" Gracio berkata sambil melempar batu ke air laut. Ia tak berniat melirik wajah cantik Clara barang sedikitpun.

"Ck! Mana bisa aku diam kalo Om aja nggak bilang maksud dan tujuan Om kenapa membawa aku sini. Kalo nggak ada yang mau diomongin, mending antar aku pulang ke rumah. Mama sama Papa pasti udah cariin aku, soalnya jam segini biasanya aku udah nyantai di rumah. Tapi, sekarang justru berkeliaran di luar bersama Om-Om gak jelas," lagi-lagi Clara mengoceh panjang lebar layaknya burung yang kelaparan.

"Astaga. Kau benar-benar menyebalkan, Clara," geramnya dengan kedua mata yang terpejam. Gracio jadi semakin ragu kalau Clara adalah anak kandung Robert.

"Tapi aku cantik. Jadi masih ada nilai plus di balik kata menyebalkan itu," Clara mendengus kesal karena baru kali ini ada orang yang mengatakan dirinya menyebalkan. "Cepat katakan ada perlu apa," lanjutnya dengan bibir yang mengerucut, dan menambah kesan imut di sana.

"Tentu saja menculik mu," jawab Gracio sangat cepat. Ia menatap wajah cantik Clara yang membuatnya terpana. Namun, secepat kilat Gracio menepis rasa tersebut karena ada hati yang harus ia jaga. Sekarang ia harus fokus ke tujuan awalnya untuk memperalat Clara dalam balas dendamnya terhadap Robert dan Xander.

Terdengar suara gelak tawa dari mulut Clara, hingga mengalihkan atensi Gracio dari arah pantai. "Om beneran mau culik aku? Mana ada penculik modelan kayak Om gini. Udah tampan, gagah, uh perfect pokoknya," tanpa sadar Clara memuji apa yang dimiliki oleh pria itu.

"Nggak semua penjahat berwajah jelek, Clara. Lain kali kamu harus hati-hati jika ada yang mengajak mu jalan keluar. Kecuali aku. Jangan mudah percaya dengan siapapun karena nggak ada yang tahu isi hati manusia itu seperti apa. Mengerti?" nasehat Gracio yang seolah mengandung makna sindiran terhadap dirinya sendiri yang memang ada niat jahat terhadap Clara.

Clara mengangguk patuh, padahal dia baru kenal dengan Gracio beberapa menit yang lalu. Tapi entah kenapa dia bisa senyaman itu berduaan dengannya.

"Aku dan Robert, Papamu, adalah teman dekat sejak kami masih bekerja di tempat yang sama," ucap Gracio memulai percakapan dengan ekspresi yang lebih serius. Begitu juga dengan clara yang ikut serius mendengarkan ucapan Gracio.

Pria tampan itu mulai menceritakan kedekatannya dengan Robert, sampai berakhir dengan bermusuhan hanya karena seorang Xander. Kini, Gracio memberikan fakta lain mengenai kebusukan Xander yang ternyata mengkhianati Robert, dan ingin menghancurkan dunia papa Clara.

Clara melihat bukti kedekatan papanya dan Gracio, saat berada di tempat kerja. Ia percaya dengan cerita Gracio dari awal sampai akhir. Meskipun usia mereka terpaut cukup jauh, tapi mereka terlihat sangat dekat. Sekarang Clara menatap Gracio dengan intens.

"Apa yang harus aku lakukan agar Papa selamat dari jebakan Om Xander, Om?" tanya Clara dengan mata yang berkaca-kaca. Ia memang sangat menyayangi papanya, karena cinta pertama seorang wanita adalah ayah kandungnya.

"Untuk sekarang, kamu tenang dulu. Jangan sampai ada yang tahu akan pertemuan kita ini, termasuk mama dan papa kamu. Hanya kamu yang bisa menolong aku untuk menyelamatkan Papa kamu dari Xander. Jika sampai rahasia kita bocor, maka Papa kamu akan dalam bahaya. Jadi, tetaplah jaga rahasia, dan bersikap biasa saja seperti sebelum-sebelumnya. Mengerti?" kata Gracio penuh penekanan.

"Baik, Om. Aku akan melakukan apa yang Om suruh, demi keselamatan Papa. Kalo gitu, antar aku pulang sekarang, Om. Aku nggak mau membuat Mama dan Papa khawatir," Clara berdiri dari duduknya. Menarik pergelangan Gracio supaya ikut berdiri dan lekas mengantarkannya pulang.

'Yes, berhasil. Ternyata putrimu sangat bodoh, Robert. Aku akan membuat hidupmu hancur di tangan putri mu sendiri.' Batin Gracio tersenyum licik. Tidak sia-sia dia kembali ke dunia gelap dan menjadi seorang Bandar. Semua itu ia lakukan demi membalasku dendam seluruh keluarganya terhadap SP dan Intel yang haus akan uang haram.

Clara berlari memasuki rumah yang di sana sudah ada Mama dan Papanya. Mereka berdua menunggu kepulangan sang putri tercinta dengan harap-harap cemas. Hampir saja Robert memerintahkan para anok buahnya untuk mencari keberadaan Clara. Namun, orang yang ditunggu sudah pulang dan ada di depan mata.

"Sayang, kamu ke nama saja, Nak? Mama sangat khawatir. Ditelepon juga nggak aktif, memangnya kamu pergi kemana sampai malam begini?" cecar Camelia kepada sang putri.

"Kamu membuat kami cemas, Nak," ucap Robert menyela perkataan sang istri karena tak sabar menunggu jawaban dari Clara.

"Maaf, Ma, Pa. Tadi aku mampir ke rumah temen buat ngerjain tugas. Terus ponsel aku mati karena kehabisan daya, jadi aku nggak bisa ngasih kabar sama kalian. Hehehehe," Clara terkekeh kecil untuk mencairkan suasana di sana. 'Aku nggak. bermaksud membohongi kalian. Tapi aku melakukannya demi kebaikan Papa dan kita semua.' Batin Clara sangat sedih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status