Share

Ardiansyah Nugroho

Keesokan harinya, sepulang dari kantor, Matt sengaja mampir ke kediaman Osborne. Entah mengapa ia pun merasakan kehangatan keluarga itu.

“Hai, ada perayaan tak mengundangku. Kejam sekali kau, Kak.” Ucap Mat yang tiba-tiba datang.

“Aku ingin mengundangmu, tapi sepertinya kau sibuk.” Jawab David santai.

“Aku tidak sibuk, jika untuk urusan keluarga. Keluarga nomor satu, bukan begitu?”

Sejak kepergian ibunya, Matt merasa sangat kesepian. Walau sebelumnya pun, ia sudah merasa kesepian. Ia ingin seperti kakaknya dan memiliki keluarga.

Matt menghampiri Nina yang berada di dapur. Ia pun melihat seorang pria yang menemani gadis itu di sini. Dia adalah Ardi, Ardiansyah Nugroho, adik dari Sari yang sedang menempuh pendidikan militer, tapi kali ini ia sedang libur sehingga bisa bersama keluarganya berlibur.

“Hai cantik. Ini kamu yang membuat? Hmm.. manis, sama sepertimu.” Matt meneguk minuman dingin berwarna merah itu, lalu meminumnya di depan Nina.

Nina yang tak mengerti ucapan Mat pun, hanya tersenyum.

Ardi ikut berdiri di samping kiri Nina, sementara Matt di samping kanannya.

“Nin, Kamu ngerti ucapannya?” Tanya Ardi melirik ke arah Mat.

Ia pun melirik ke arah Ardi dan Nina bergantian. Matt menyadari bahwa Ardi juga menyukai wanita yang saat ini tengah ia sukai.

“Kalau ngga ngerti, jangan senyum-senyum.” Kata Ardi kesal.

“Justru karena aku ga ngerti, jadi aku senyum aja.”

Ardi menarik lengan Nina, dan menggeser tubuh Nina untuk berdiri di belakangnya.

“Apa masalahmu? Kau juga menyukainya?” Tanya Matt pada Ardi.

Kini keduanya saling berhadapan.

“Kalau iya, kenapa? Jangan coba-coba mendekatinya.” Ucap Ardi spontan, ia tak berpikir apapun. Ia hanya merasa pria ini berbahaya dan harus melindungi Nina.

“Waw.. Luar biasa.” Matt bertepuk tangan.

“Baiklah. Ternyata semua wanita di sini sudah memiliki pasangan.” Matt pergi meninggalkan Nina dan Ardi.

“Matt, mereka tamu kita, jagalah sikapmu.” Ucap Nancy yang di acuhkan oleh Matt.

Setelah acara makan malam, kedua keluarga ini berbincang hangat. Matt terdiam, memperhatikan semua orang di sini dengan berbicara dalam dua bahasa. Sebentar lagi, ia pun akan bisa bahasa itu.

David duduk di samping adiknya yang sedang duduk sendirian, sambil memakan kacang almond.

“Aku ingin bisa berbahasa Indonesia.” Ucap Matt, membuat Davd mengeryitkan dahinya.

“Untuk apa?”

“Untuk mendapatkan wanita asia sepertimu.”

David tertawa.

“Bukannya kamu sudah punya pacar?”

“Hanya teman bercinta.” Jawab Matt santai.

David menggelengkan kepalanya.

“Setelah urursanku di sini selesai, aku akan investasi ke sana dan menetap di sana sepertimu.” Ucap Matt lagi.

“Hei, lalu siapa yang akan mengurus perusahaan Daddy?” Tanya David kesal.

“Kau?’

“Tidak bisa, aku juga sudah membuka perusahaan di sana. itu tidak bisa di tinggalkan begitu saja.”

“Kalau begitu kita barter. Aku mengurusi perushaanmu dan kau mengurusi perusahaan Daddy. Kau dan keluargamu tinggal di sini.” Matt mengulurkan tangannya.

“Tidak semudah itu, karena semua assetku di sana milik istriku, semua ku alihkan menjadi atas namanya.”

“Apa? Apa kau gila?” Matt tertawa.

“Ternyata sebesar itu cintamu padanya? Luar biasa.” Matt terkejut. Ia baru tahu sisi lain dari sang kakak.

“Jika pria sudah nyaman dengan seseorang, dia juga mampu memberikan segalanya, Matt.”

“Oke.” Matt mengangguk setuju, karena mungkin dirinya akan seperti sang kakak, jika sudah menemukan wanita yang tepat.

“Kau menyukai Nina?” Tanya David yang mengikuti arah mata sang adik.

“Hmm... entahlah, tapi dia cantik.”

“Adik iparku juga menyukainya. Kau punya saingan yang berat, karena Nina pun menyukai adik iparku.”

“Oh, ya? Menarik.” Ucap Matt santai.

David hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh melihat Matt, seperti cerminan dirinya dulu.

“Matt, bisa minta tolong antarkan Nina, ke supermarket?” Tanya Sari, tiba-tiba meghampiri sofa yang di duduki Matt dan David.

“Ada apa, sayang?” Tanya David menggunakan bahasa Indonesia.

“Nina datang bulan dan tidak mempersiapkan pembalut. Dia ingin beli sekarang.”

“Mba, biar Ardi yang mengantar Nina ke supermarket.” Celetuk Ardi.

“Memang kamu tahu jalanan di sini?” Tanya Sari yang membuat Ardi langsung terdiam.

David tertawa, melihat kelakuan adik iparnya.

“Oke, Ayo!” Kata Matt yang langsung berdiri dan mengambil kunci mobilnya.

“Aku ikut.” Ucap Ardi yang tidak rela membiarkan Nina pergi bersama adik dari kakak iparnya ini.

Ardi langsung mengambil jaketnya. Sementara Nina hanya bingung.

“Ada yang mau kamu beli juga di minimarket?” Tanya Nina pada Ardi.

“Aku tidak percaya dengan dia.” Ardi melirik ke arah Matt dengan attapan tajam. Sementara Matt tetap menyungging senyum di bibirnya.

Dengan adanya Ardi, Matt semakin merasa tertantang untuk memiliki Nina. “Kita lihat saja, siapa nantinya yang akan menang.” Ucap Matt di telinga Ardi, saat Matt melewatinya untuk berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah mewah itu.

Nina pamit pada semua orang di sana. lalu, Matt mengantar Nina dan di temani Ardi. Mereka bertiga berada di dalam mobil itu. Ardi meminta Nina duduk di bangku belakang dan Nina menurut. Sesampainya di minimarket, Ardi selalu menggenggam tangan Nina.

Matt hanya tersenyum, melihat ke posesive-an Ardi.

Ardi tidak tahu, apa yang ia lakukan pada Nina. Sementara Nina sangat senang di perlakukan seperti ini oleh Ardi. Di Malang, tepatnya sebelum Ardi berangkat pertama kali meninggalkan kota itu untuk melanjutkan pendidikan militernya. Ia akhirnya jadian dengan Dinda, perempuan yang ia taksir sejak duduk di bangku sepuluh. Dinda juga meninggalkan kota Malang karena di terima di Fakultas kedokteran Negeri di kota Surabaya. Mereka berikrar akan mengejar cita-cita terlebih dahulu dan akan kembali untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius nantinya. Saat ini Ardi dan Dinda menjalani LDR (Long Distance Relationship) dengan tetap saling berkomunikasi melalui w******p dan telepon dalam setiap kegiatan masing-masing.

Sementara Nina, tidak mengetahui hal itu. Yang Nina tahu, Ardi masih sendiri dan tidak memiliki pacar.

Matt mendekati Ardi yang sedang berdiri sendiri untuk memilih pembersih muka pria. “Bukankah kau sudah memiliki pacar?” Tanya Matt berbisik.

Ardi langsung menoleh. Entah bagaimana bisa privasinya sampai di telinga Matt.

“Bukankah kau juga sudah memiliki teman tidur setiap malam?” Ardi balik bertanya.

Matt tersenyum sinis. Ternyata anak ini tidak bisa di anggap remeh.

“Teman tidur tidak memakai hati, berbeda dengan pacar.” Jawab Matt santai, sambil memegang barang yang tertata rapih di depannya.

“Nina juga wanita yang spesial untukku, dan tak akan ku biarkan pria sepertimu mendekatinya apalagi sampai merusaknya.” Ucap Ardi sambil melewati tubuh Matt yang masih berdiri.

Ardi menghampiri Nina dan mengajaknya untuk pergi ke kasir. Sementara Matt terus memperhatikan Ardi dan Nina yang sedang berdiri beriringan di depan kasir. Ia sadar saat ini Nina belum meliriknya sama sekali. Nanum, justru ia semakin tertantang.

“Aku pasti bisa menaklukkanmu.” Gumam Matt, sembari menatap ke arah Nina.

Tak lama, Nina pun menatap ke arah Matt. Matt langsung ersenyum, begitu juga Nina yang langsung membalas senyum manis itu. Sementara Ardi mengalihkan padangan Nina untuk tidak tersenyum ke arah Pria yang menurutnya brengsek itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status