Share

Bab 3: Tinggal di Padepokan Ular Hitam

Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.

“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini. 

Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.

Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!

Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.

Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.

Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. 

“Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3 Pendekar Golok Putih? Dan kamu Japra, tak sengaja bertemu dengannya dan sudah lakukan sumpah…?”

Ki Boka menatap tajam wajah Japra…!

Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.

“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka, Ki Palung agaknya benar sudah tewas di tangan 3 Pendekar Golok Putih!” bisik Agur. 

Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.

Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!

“Japra, kamu simpan kalung ini, kamu jaga dengan nyawamu, ini warisan Ki Palung buatmu. Dan mulai kini kamu sudah jadi bagian dari padepokan Ular Hitam dan wajib taati semua peraturan di sini. Kelak kamu harus tunaikan sumpah itu untuk membunuh 3 Pendekar Golok Putih, yang sudah membunuh ketua kita, Ki Palung dan jadi musuh bebuyutan padepokan kita ini. Agur kembalikan kalung itu pada si Japra, ini amanah Ki Palung dan kita tak boleh melawannya.”

Perintah Ki Boka dan ditaati Agur tanpa bertanya, Japra kembali pasang kalung ini dan menutupinya dengan baju di bagian dada. 

Kini Japra di berikan pakaian yang lebih layak, pakaian warna hitam dan ikat kepala abu-abu dan ada sulaman kecil warna merah di pakaian dada kiri bergambar ular kobra, ciri khas padepokan Ular Hitam ini.

Tugas Japra jadi ‘jongos’ di padepokan kelompok golongan hitam ini.  Dia belum di angkat sebagai murid!

Japra yang terbiasa kerja keras tak keberatan, dia malah senang, makan dan minum bebas, ditambah lagi di beri pakaian bagus dan layak.

“Daripada di rumah ayah dan ibu, kena damprat ayah saban hari. Juga dipukuli dan makan pun seadanya, mending aku tinggal di sini,” pikir Japra lugu, tanpa sadar perbuatannya bikin ibunya khawatir bukan kepalang.

Namun Japra harus menahan hati, ada seorang anak sebayanya yang suka berpakaian mewah selalu bertindak kasar. Anak ini sangat di hormati sekaligus ditakuti teman-teman sebayanya.

Tangan serta kakinya yang terlatih baik gampang sekali menendang Japra. Padahal Japra tak pernah malas bekerja apapun. Apalagi membantah saat di suruh-suruh siapapun, termasuk anak yang suka bersikap kasar ini.

Tapi hebatnya, Japra tak pernah mengeluh ataupun minta ampun. Wajahnya hanya menatap dingin ke anak manja yang bernama Sawon ini.

Belakangan Japra baru tahu, kalau Sawon anak laki-laki Ki Boka.

Ia pun makin segan dengan Sawon cs, sedapat mungkin selalu menghindari, kalau melihat anak kecil sok jagoan serta ringan tangan ini.   

Otomatis Ki Boka sejak hari itu di daulat sebagai Kepala Padepokan Ular hitam yang baru, pengganti Ki Palung.

Setelah tinggal di sini dan diberi pakaian yang dianggap Japra sangat bagus dan mewah. Tak sadar dia sangat bangga memakainya. 

Awalnya Japra heran, padepokan yang terletak jauh dari pusat keramaian, kenapa makanan ‘mewah’ tak pernah habis..?

Japra juga sering merasa jengah sendiri, kehidupan di sini terlalu bebas. Kesusilaan seakan tak ada sama sekali.

Anak buah Ki Boka bebas saja memeluk dan menciumi para wanita yang diperbantukan di padepokan tersebut.

Tak sekali dua kali dia mendengar suara-suara rintihan aneh di sebuah kamar, juga suara tangisan. Ditambah suara kasar anak buah Ki Boka yang sedang mabuk arak.

Tanpa Japra sadari, ia sudah masuk menjadi bagian dari kelompok golongan hitam.

Namun semuanya berubah, ketika suatu hari Japra tak sengaja menyaksikan murid-murid padepokan ini berlatih silat…!!

Japra diam-diam suka sekali melihat Ki Boka dan anak buahnya ketika melatih 30 an orang anak seumuran dengannya, pria dan wanita yang juga jadi murid padepokan ini.

Dengan sembunyi-sembunyi Japra mengintip saat murid-murid seumuranya di padepokan Ular Hitam ini berlatih. Semua pelajaran silat itu muda sekali di ingatnya.

Ki Boka kini disebut sebagai 'Mahaguru' oleh anak-anak itu. Ayah mereka para perampok, anak buah Ki Boka sendiri.

Ki Boka tentu saja senang di panggil Mahaguru, seolah-olah dia seorang pendekar hebat tanpa tanding. Sebagai kepala rampok, kesombongan dan keangkuhan jadi ciri khasnya.

Tanpa setahu siapapun, bila ada waktu, Japra pergi ke tempat yang sepi dan berlatih seorang diri jurus-jurus silat, yang dia saksikan secara sembunyi-sembunyi tersebut.

Semua pelajaran silat yang Ki Boka dan anak buahnya ajarkan pada murid-murid itu mampu dipraktikan Japra dengan baik.

Justru gerakannya lebih luwes dan antep dibandingkan murid-murid itu. Padahal mereka sudah berlatih sejak 2 tahunan lalu...!

Japra seolah sudah berlatih lama. Apalagi aslinya Japra belum terlalu lama mengintip dan ikut mengulang diam-diam semua pelajaran silat yang ia saksikan tersebut.

Saking tekunnya melatih seorang diri, kalau ada yang melihat akan melongo. Gerakan silat Japra dari hari ke hari semakin terasah dengan baik, Japra seolah-olah sudah berlatih lama jurus-jurus kanuragan itu.

6 buan kemudian…!

Setelah semua pekerjaannya beres, Japra seperti biasa ia pergi ke tempat yang sepi, di belakang padepokan ini.

Japra pun diam sejenak, mengingat pelajaran silat yang kemarin sore dia intip, saat Ki Boka melatih langsung murid-muridnya.

Tubuh kurus Japra bergerak cepat dan tangan serta kakinya lincah bergerak. Mengulang pelajaran silat yang dia saksikan saat latihan tersebut.

Tanpa Japra sadari, Sawon dan 3 anak buahnya yang baru pulang memancing ikan di sebuah sungai di hutan. Tak sengaja melihat kelakuan Japra di belakang padepokan yang sepi ini.

"Sawon, lihat si jongos lagi ngapain...?" tanya anak buahnya keheranan.

Sawon yang kaget pun mendekati Japra diikuti cs nya ini. Kemarahan terlihat di wajahnya..!

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status