Share

Bab 7: Diam-diam Dididik Jadi Pendekar Jahat

“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.

Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. 

Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.

Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. 

Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. 

“He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun  lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. 

Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.

“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bisa jadi 3 Pendekar Golok Putih juga keok!” batin Ki Birawa senang bukan main. 

Niatnya untuk balas dendam pada musuh-musuhnya melalui muridnya ini seakan menemukan jalannya.

Ki Birawa sadar, usianya makin tua dan musuh-musuhnya banyak, tak mampu dia sendirian menghadapi!

Dengan cerdik dan licik dia sedang ciptakan calon pendekar jahat yang lebih jahat darinya!

Sejak itulah, sebulan sekali Japra harus berendam dalam air mendidih, yang ternyata makin menambah hebatnya tenaga dalam miliknya.

Termasuk Jurus Halilintar dan Jurus Ular Kobra yang diajarkan Ki Birawa, yang dilatih Japra siang malam tanpa kenal lelah.

Sebagai salah satu tokoh golongan hitam, lagi-lagi caranya tak lumrah bagi orang biasa.

Japra juga sering di minta bergantung di batang pohon dengan kepala di bawah, kaki di atas bak kelelawar. Mau pecah rasanya kepala anak tanggung ini.

Dia digantung sampai 3 jam lebih, lagi-lagi Japra terkagum-kagum, setelah mendengar suara petunjuk Ki Birawa yang meminta rapalkan mantra-mantra darinya.

Lalu diminta salurkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya.

Kepalanya yang tadi berasa pecah, pelan-pelan jadi ringan. Bahkan Japra keenakan terus bergelantungan seperti kelelawar tersebut. 

Anehnya, sejak bergelantungan begitu, mata Japra makin tajam. Dia bahkan mampu melihat dengan jelas di kegelapan malam.

“Itu dasar Jurus Kelelawar milikku, yang sebenarnya baru aku ciptakan selama 5 tahunan ini. Kamu terus latih, nanti ku ajarkan tekhniknya!”cetus K Birawa.

Kini Japra fokus melatih 3 jurus hebat ini, Jurus Ular Kobra yang dia dapat dari Ki Boka dan Jurus Halilintar serta Jurus Kelelawar dari Ki Birawa.

Hasilnya jurus yang dikuasai Japra makin meningkat tajam, andai di adu dengan Sawon, anak Ki Boka itu bukan tandingannya lagi.

Selama jadi murid, Japra akhirnya tahu siapa Ki Birawa ini sesungguhnya.

Selain adik seperguruan dari guru Ki Palung dan Ki Boka, Ki Birawa juga seorang petualang dan sudah merantau kemana-mana, dia berguru dengan siapapun yang mampu kalahkan dirinya. 

Jurus andalannya selama ini adalah Jurus Halilintar, sehingga Ki Birawa dapat julukan Pendekar Halilintar, julukan ini bikin keder semua lawan-lawannya.

Tapi dimusuhi golongan putih, karena kerjaannya memperkosa, merampok dan membunuh (kebanyakan pendekar golongan putih). Setelah usianya menginjak 60 tahun, Ki Birawa pun mengurangi kelakuan jahatnya.

Tapi kelakuannya di masa muda itu tetap bikin musuh-musuhnya dendam hingga kini!

Andai Japra tahu kalau Ki Birawa aslinya lebih jahat dari Ki Boka dan anak buahnya, mungkin dia akan berpikir 100X  jadi murid salah satu tokoh golongan hitam ini.

“Aku tahu kematian Ki Palung setelah bentrok dengan murid Ki Durga. Setelah sembuh barulah mengunjungi padepokannya,” cerita Ki Birawa, yang tak disangka-sangka malah menarik Japra jadi murid tunggalnya, dengan tujuan yang tak pernah Japra ketahui.

Japra tak paham kenapa ada pertentangan apa sebenarnya antara Ki Birawa dengan musuh-musuhnya dari golongan putih itu.

Pikirannya hanya satu, berlatih sampai tamat dengan gurunya ini. Tanpa sadar kalau pelajaran ilmu silatnya ini justru berakar dari golongan hitam.

Dua tahun kemudian…

Ki Birawa makin kagum menatap perubahan fisik Japra, tubuh murid tunggalnya makin menjulang tinggi, hampir sama dengan tingginya.

Di usianya yang sudah 14 tahun, Japra menjelma menjadi remaja tampan yang sakti. Walaupun tubuhnya kurus dan pakaiannya sederhana. Tapi tubuh sakti Japra kokoh dan kuat, sedangkan dia makin menua di usia hampir 70 tahunan.

“Japra, bersiaplah, aku akan salurkan hawa murni ke dalam tubuhmu, begitu sudah berada ke tubuhmu, maka tenaga dalammu akan naik berlipat-lipat dari yang ada sekarang. Lepas bajumu dan buka seluruh aliran darah, jangan melawan saat hawa murni ini masuk!” 

Japra langsung mengangguk, kini dia dalam posisi duduk dan bersiap menerima hawa sakti dari gurunya. 

Setelah merapal ajiannya, lalu mengerahkan tenaga dalamnya, Ki Birawa lalu menempelkan lengan kanannya ke ubun-ubun Japra.

“Ingat jangan melawan, kalau itu kamu lakukan, otakmu bisa pecah dan kamu mati seketika!” terdengar suara Ki Birawa yang membuat Japra bergidik.

Japra pun otomatis mengosongkan semua tenaga dan pikiran…lalu perlahan-lahan hawa hangat mulai menjalari kepalanya dan turun ke seluruh tubuhnya.

Hawa hangat berubah jadi panas dan makin panas, hampir tak tertahankan dirasakan Japra.

Tapi ketabahan remaja ini benar-benar hebat, dia pasrah saja dan yakin tak mungkin gurunya mencelakakannya.

Setelah hampir satu jam, Ki Birawa hentikan penyaluran hawa murni. Wajahnya pucat, tubuhnya bergoyang-goyang.

Cepat-cepat Ki Birawa bersemedi pulihkan lagi tenaga dalamnya. Kakek tua ini tak tanggung-tanggung salurkan hawa saktinya, hampir 90 persen di oper ke Japra.

“Japra kamu segera berlatih, salurkan semua tenaga dalam tadi dan lakukan berulang-ulang 3 jurus yang sudah kamu kuasai!” terdengar lirih suara Ki Birawa.

Japra patuhi perintah ini, badannya masih terbakar saking panasnya. Ia pun salurkan semua tenaga dalam ini pada kedua lengannya.

Saat melompat, hampir saja Japra berteriak saking kagetnya, lompatannya sangat tinggi dan tubuhnya ringan sekali.

Lompatan itu hampir 15 meter jauhnya dari tempatnya tadi, Japra pun bersorak gembira di hati. 

Kini tubuhnya bergerak luar biasa cepatnya, setiap lompatan yang ia lakukan bak terbang saja.

Begitu melihat sebuah batu sebesar kerbau, tanpa ragu Japra lepaskan jurus Halilintar….blarrr…terdengar suara bak petir saking kerasnya batu besar itu pecah berkeping-keping.

“Astagaaa….!” Sorak Japra kesenangan.

Saking senangnya melihat hasilnya, Japra terus berlatih hingga berjam-jam, tubuhnya yang tadi serasa terbakar kini sudah pulih.

Tubuhnya berkelabatan ke sana kemari, saking cepatnya gerakan Japra berubah jadi bayangan saja lagi.

Japra tak sadar, sejak tadi Ki Birawa sudah menyudahi semedi-nya dan senyum-senyum senang melihat kehebatan muridnya ini.

“Telah lahir Pendekar Bukit Meratus, dia akan lebih sakti dan kelak lebih jahat dari aku atau si Palung serta si Boka he-he-he!” gumam Ki Birawa.

Butuh waktu hingga satu bulan bagi Ki Birawa pulihkan tenaga dalamnya, setelah 90 persen dia oper ke tubuh Japra.

Tapi di sisi lain, kesaktian Japra meningkat luar biasa, setelah menerima hawa murni dan dilatihnya siang malam.

Anehnya, kadang Japra heran, gurunya bisa pergi meninggalkanya berhari-hari, lalu kembali lagi.

Dia sungkan bertanya, kemana gurunya itu menghilang…!

*****

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status