Share

624. Petaka di Gunung Sereh Awi

Hujan mengguyur sangat deras. Petir beberapa kali menggeleger, disusul oleh angin yang berembus kencang. Para pendekar muda tengah beristirahat di gubuk masing-masing.

“Latihan hari ini sangat melelahkan.” Malawati mengembus napas panjang, melabuhkan wajah ke meja. Ia melihat api di obor bergerak-gerak karena angin.

“Tubuhku sakit sekali.” Gendis duduk di samping Malawati, memberikan sebuah air hangat. “Tapi, entah mengapa aku menyukai latihan ini.”

“Kau benar, Gendis.” Malawati menengus minuman, menoleh pada dua temannya yang sudah tertidur di ranjang. Ia beranjak dari kursi, menutup tirai.

“Apa menurutmu kita bisa menguasai jurus membelah jiwa, Malawati?”

“Jurus membelah jiwa adalah jurus yang sangat hebat. Tentu tidak akan mudah mempelajarinya. Jika kita berlatih sangat keras, kita mungkin bisa menguasai beberapa bulan atau mungkin tahunan.”

“Aku sejujurnya tidak terlalu yakin aku bisa menguasai jurus membelah jiwa. Rasa-rasanya aku seperti harus mendaki gunung yang sangat tinggi.”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status