Desa Kabut Hitam merupakan sebuah desa yang terletak di kaki pegunungan Tiga Jari. Alamnya yang asri dan sejuk membuat siapapun akan betah dan tidak akan pernah mau meninggalkan desa ini jika sudah melewati atau memasukinya. Saat terang desa ini sangat menyejukkan mata dengan penduduknya yang ramah tamah menyambut setiap pendatang yang singgah di desa ini tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
Gunung ini disebut Tiga Jari karena konon menurut cerita ini adalah Tiga Jari yang tersisa dari Raksasa terakhir yang pernah hidup pada masanya yang dikalahkan oleh Pendekar Naga pada masa itu dan dibekukan dengan jurus terkuat yaitu Jurus Naga Pembeku Jiwa.
Jaman dahulu kala, desa ini banyak hidup makhluk-makhluk yang sangat berbahaya. Selain raksasa yang setinggi gunung, di desa ini juga hidup kawanan peri yang cantik, juga makhluk-makhluk eksotik yang sudah punah karena dikalahkan salah satu perguruan silat saat itu yang menganggap makhluk-makhluk ini berbahaya terutama makhluk yang disebut Naga.
Jalan menuju desa ini juga tidak mudah karena harus melalui jalan sempit di tepian pegunungan, jika salah melangkah maka akan jatuh ke dasar lembah yang tak berdasar. Lembah ini dinamakan Lembah Naga yang selalu diselimuti Kabut merah jadi tidak ada yang pernah melihat dasar lembah ini. Konon menurut cerita masih ada penunggu Naga yang hidup di dasar lembah ini selama ratusan ribu tahun dan belum tersentuh tangan manusia sama sekali.
Desa Kabut Hitam hanya merupakan salah satu desa dari ratusan desa yang tersebar dalam wilayah Kamandaria yang dipimpin oleh Raja Lalim bernama Wangsaria. Menurut cerita, raja ini merupakan keturunan naga terakhir yang pernah hidup di Bumi Karimun. Namun ini hanya cerita yang diklaim sepihak oleh Sang Raja lalim yang belum diketahui kebenarannya. Siapapun yang meragukan darah naganya akan dieksekusi pada saat itu juga, jadi lambat laun tidak ada lagi yang meragukannnya.
Konon menurut cerita, nenek moyang bangsa Kamandaria hidup berdampingan dengan makhluk yang disebut naga. Menurut cerita, naga di wilayah ini dapat merubah wujud menjadi manusia saat terang dan kembali menjadi naga saat malam. Jadi yang disebut keturunan naga adalah anak yang terlahir dari perkawinan naga berwujud manusia dengan manusia normal pada jaman itu.
Anak yang terlahir berwujud manusia yang merupakan keturunan naga akan mewarisi ilmu Sembilan Naga yang terdiri dari 9 Jurus sakti. Jika berhasil mempelajari keseluruhan ilmu ini maka anak ini nantinya akan menjadi pelindung dan pembela kawasan ini yang terkenal dengan nama Pendekar Naga.
Pendekar Naga inilah yang berhak klaim tahta Kamandaria untuk menjadi penguasa tunggal yang akan memerintah Kerajaan yang damai karena sepanjang Anak Naga menjadi Raja maka Naga-naga yang bersembunyi tidak akan menampakan dirinya kecuali dalam wujud manusia.
Namun lama kelamaan cerita ini hanya menjadi dongeng pengantar tidur yang sering diceritakan tapi sudah memudar kebenarannya. Tidak ada lagi yang tahu pasti kemana hilangnya ilmu 9 Naga tersebut. Ada yang bilang ilmu ini masih tersimpan dalam kitab yang tersembunyi di dasar Lembah Naga, ada juga yang klaim kalau kitab ini terbakar saat perang saudara antara manusia naga dengan manusia normal yang tidak sudi lagi hidup berdampingan dengan naga pada saat itu, bahkan ada yang bilang kitab ini disimpan keturunan Raja yang memerintah Kamandaria.
Desa kabut Hitam sendiri merupakan desa yang paling misterius karena jika malam, daerah ini akan diselimuti kabut hitam. Siapapun yang masih keluar malam-malam konon akan ditelan oleh kabut hitam ini. Jadi setelah senja menjelang semua penduduk desa segera mengurung diri dalam rumah masing-masing sehingga desa ini bagaikan desa mati jika malam menjelang.
Pagi menjelang saat matahari mulai keluar dari persembunyian di ufuk timur, tampak seorang pemuda memasuki Desa Kabut Hitam. Pemuda ini biasa saja, bahkan terlalu kurus untuk pemuda seusianya tapi dia tampak riang berjalan memasuki desa hanya dengan memakai sepatu yang sudah usang. Pemuda yang tampak compang-camping tapi selalu tersenyum ceria ini bernama Candaka.Candaka mampir ke sebuah warung makan di desa itu. “Halo teman, saya mencari paman saya yang bernama Syailendra. Ada yang tahu tidak dia tinggal di mana?”, tanyanya ke semua penduduk desa.Semua penduduk tersenyum padanya tapi tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Mereka kembali lagi ke kesibukan mereka masing-masing.Candaka kemudian duduk di pojokan memesan makanan. “Cantik, menu apa yang spesial di sini”, tanyanya ke pelayan yang menawarkan makanan.“Sup Naga, sayangku”, jawab pelayan cantik sambil menuangkan teh ke cangkir kosong Candaka“Ya
Penduduk desa hanya mengetahui kalau pria aneh dan buta itu adalah pelindung desa dari gangguan bandit-bandit pendatang yang memeras penduduk desa. Tidak banyak yang mengetahui kalau pria buta ini adalah Pendekar tanpa tanding pada masanya. Pria yang sekarang disebut Ki Wicaksono ini merupakan Pendekar Naga generasi terakhir. Dengan gelar yang disandingnya sebenarnya dia bisa mengklaim tahta kerajaan Kamandaria tapi dia lebih memilih melindungi Desa Kabut Hitam dan menetap di desa ini.Setelah meninggalkan Candaka, Ki Wicaksono melanjutkan perjalanan ke ujung desa dekat pegunungan. Terlihat dia cuman jalan biasa saja tapi dengan cepat dia sudah memasuki hutan di belakang ujung desa. Ini menunjukkan ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa.Perlahan-lahan matahari mulai terbenam meninggalkan kegelapan yang menyelimuti hutan. Ki Wicaksono tiba di sebuah rumah yang unik yang menggabungkan konsep rumah dengan pepohonan.“Kakek kemana saja, untung cepat sampai
Candaka barusan merasakan empuknya kasur di penginapan ketika tiba-tiba pintu kamarnya didobrak dengan keras. “Braaakkkk”Tampak puluhan orang menghampiri dirinya. “Mana kakek tua teman kamu itu”, tanya salah satu tukang pukul sambil mengcengkram baju CandakaCandaka sedikit gemetar melihat banyaknya tukang pukul yang mengerumuninya. “Aku tidak tahu, aku pendatang baru di desa ini”Belum sempat mereka menanyakan lebh lanjut tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar pintu kamar disertai beberapa orang tampak melayang seperti ditendang atau dilempar seseorang.. “Aduh ampun Tuan Putri”, terdengar suara tukang pukul tadi lirih“Beraninya kalian mengeroyok laki-laki yang tidak tahu apa-apa....!!!”, teriak wanita itu sambil muncul di hadapan puluhan tukang pukul yang masih berada di dalam kamarBelum sempat berkedip, semua berjatuhan dalam sekejab. “Bilang sama Bos kamu ya
Candaka terbangun pagi-pagi dengan kagetnya karena pendekar pedang kemarin entah bagaimana sudah berada di dalam kamarnya. “Ayo, cepetan bangun, aku mau menunjukkan sesuatu yang menarik ke kamu”, sahut Isyana dengan nada cuek dan tidak peduli dengan keadaan Candaka yang masih terkantu-kantuk. “Ada apa sih bangunin orang pagi-pagi, lagian tidak sopan banget kamu masuk begitu saja ke kamar aku”, seru Candaka dengan perasaan kesal Ia tidak mengerti dengan perempuan ini. Paras wajahnya cantik tapi kelakuannya serampangan dan tidak peduli sama sekali dengan perasaan orang lain. “Tuh, lihat ke bawah. Ramai banget kan ya’, tunjuk Isyana dari atas balkon penginapan ke arah jalanan di bawahnya yang dipenuhi aksi pawai silat “Itu orang-orang dari Perguruan Tapak Naga. Kamu harusnya belajar ilmu bela diri sedikit di Perguruan itu biar tidak gemetaran kayak kemarin, hahaha”, tawa Isyana tanpa merasa Candaka tersinggung dengan ucapannya. “Siapa yang gemeta
Sekelebat bayangan putih dan hijau tampak berseliweran. Wusssshhhh wussshhh. Daun-daun kering berterbangan saat dua sosok bayangan tadi lewat. Sesekali terdengar suara tawa perempuan di tengah gemuruh suara angin yang ditimbulkan oleh gerakan mereka. Gerakan mereka menimbulkan siluet putih dan hijau menambah keindahan pemandangan di kaki gunung Tiga Jari ini. Saat berhenti mulai terlihat sosok mereka yang ternyata Ki Wicaksono berjubah putih dengan Gayatri yang dibalut pakaian serba hijau. Gayatri tampak memegang tongkat panjang sedangkan Wicaksono hanya bermodalkan kepalan tangan. “Jurus Naga Putih Menari”, teriak Wicaksono sambil menggerakkan tubuhnya seperti orang yang sedang berdansa yang makin lama makin cepat sehingga tampak seperti naga putih yang sedang meliuk-liuk sedangkan tangannya terbuka seperti cengkraman naga. “Jurus Tongkat 8 arah”, Gayatri mulai memainkan Tongkat bambunya berusaha menggulung naga putih yang meliuk-liuk tapi serangannya selalu
Isyana langsung sungkem menyalami Ki Wicaksono sementara Candaka hanya membungkuk hormat.“Kek, ini ada teman Yana mau ketemu kakek katanya ada perlu”, kata Isyana kalem“Maaf kek, saya Candaka yang kemarin mau tanya ke kakek”, sambung Candaka sopan“Kamu yang kakek dengar kemarin mau mencari pamanmu Syailendra ya?”, tanya Wicaksono lagi“Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan orang yang bernama Syailendra ini. Setahu kakek dia tidak punya keponakan. Kalau boleh tahu nama ibu kamu siapa cu?”“Nama ibu saya Sri Ningsih kek”, jawab CandakaWicaksono terkejut bukan kepalang mendengar Candaka menyebut nama anak perempuannya yang lenyap ditelan Kabut Hitam“Tidaaak...Tidak Mungkin...Mana Mungkin Ningsih masih hidup setelah ditelan Kabut Hitam belasan tahun yang lalu’, gerutu Wicaksono“Kek..Kakek kenapa?”, tanya Isyana pelan“Tidak apa-
Candaka dan Isyana tiba pagi-pagi sekali di Perguruan Tapak Naga. Tampak Bram sudah siap dengan pelatihan pertama yang akan diajarkannya ke Candaka.Jurus Tapak Naga sangat terkenal di seluruh Desa kabut Hitam bahkan sampai ke desa-desa sekitarnya. Walaupun jurus ini bukan bagian dari Jurus 9 Kitab Sakti Naga tapi keampuhan jurus ini membuat Perguruan Tapak Naga sangat disegani semua pihak baik dari orang kaya, pejabat, rakyat jelata, bahkan kumpulan bandit-bandit tidak berani mengusik Perguruan ini terutama Keluarga Isyana yang mendirikan Perguruan ini puluhan tahun yang lalu. Itu juga kenapa bandit-bandityang mengganggu Candaka sebelumnya sangat takut terhadap Isyana.Jurus Tapak Naga hanya terdiri dari 8 Jurus tapi sangat efektif baik untuk pertarungan jarak dekat maupun jarak jauh. Untuk Candaka hanya akan diajarkan 2 jurus saja yaitu Jurus Cengkraman Naga untuk menyerang dan Perisai Naga untuk bertahan.Jurus Cengkraman Naga memiliki 18 gerakan menyerang da
Candaka lagi-lagi bermimpi, cuman kali ini dia bermimpi berada di sebuah hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar mati berwarna hitam yang seakan hendak menelan dirinya bulat-bulat. Di tengah kegelapan dia melihat cahaya terang di ujung hutan yang menyinari sebuah air terjun yang turun dari perbukitan di atas hutan mati ini. Saat dia berusaha memasuki gua di belakang air terjun mendadak muncul sekelebat cahaya putih yang makin lama makin nyata menyerupai Naga. Mulut Naga terbuka menyemburkan Api berwarna putih ke arahnya, dan Candaka terbangun kaget dengan seluruh badan hitam oleh jelaga hitam yang menambah kedekilan dirinya, Dia masih berada di kamar penginapan tapi anehnya tubuhnya serasa habis dibakar api meninggalkan sisa-sisa pembakaran di tubuhnya yang masih bau hangus tapi badannya baik-baik saja. “Besok harus aku tanyakan ke Ki Wicaksono arti mimpi aku ini”, pikirnya lagi. Dia juga baru sadar kalau dia lupa menanyakan keberadaan pamannya kemarin. Can