Mo Ong menatap Long Wan dan Lin Lin secara bergantian, kening lelaki tua itu berkerut dan mengingat sesuatu. Rasa-rasanya ia pernah bertemu dengan mereka berdua, terutama saat melihat Long Wan. “Siapa kalian? Mengapa menyebut-nyebut nama muridku?” tanya Mo Ong. Di sampingnya, Iblis Bumi hanya menyeringai, terutama kepada Lin Lin yang memiliki wajah sangat cantik. Rupanya wataknya yang mata keranjang kembali kambuh saat melihat dara jelita itu.“Kebetulan kita bertemu di sini, Mo Ong. Kamu juga akan mati di tanganku!” ancam Lin Lin sambil mengangkat telunjuknya ke arah Mo Ong. Kening Mo Ong semakin berkerut “Apa kamu sudah melupakan peristiwa di Kuil Rajawali beberapa tahun silam?” tanya Lin Lin.“Oh ternyata kalian berdua muridnya si pendeta busuk itu!” Mo Ong terkekeh, tentu saja dia menganggap remeh Long Wan dan Lin Lin. “Paman, mereka berdua muridnya Pendeta To!” bisik Mo Ong kepada Iblis Bumi.“Pendeta To? hmm, kebetulan keduanya bisa dijadikan sandera agar Yin Long berani menampa
“Ha, ha!” Iblis Bumi tertawa, suaranya melengking dan memekakan telinga. “Bocah, kamu berani melawanku, hah?” ucapnya sambil menatap tajam kepada Long Wan “Walaupun kamu berlatih seratus tahun lagi, mana mungkin bisa melawanku!” tandasnya.“Memang benar, aku hanyalah bocah ingusan dan tidak mungkit bisa menandingi anda berdua. Akan tetapi, apapun yang terjadi aku tidak akan menyerahkan wanita ini kepadamu!” jawab Long Wan, ia berusaha tetap tenang.“Paman, biarkan aku yang meringkus bocah ini!” Mo Ong maju, dia sangat penasaran sekaligus kesal karena pertarungannya tadi diganggu oleh Iblis Bumi. “Jangan bermain-main seperti tadi, karena kita memiliki urusan yang sangat penting. Ingat, lawan yang akan kita hadapi adalah Yin Long, bukan dua bocah ini!”Long Wan mengerutkan keningnya, kini ia sadar rupanya Mo Ong dan lelaki tua itu sedang mencari paman gurunya. Entah urusan apa yang menyebabkan mereka mendatangi Gurun Gobi, namun yang jelas Mo Ong dan laki-laki tua itu bukan orang semba
“Bunuh dia sekarang, kalau dibiarkan hidup suatu saat nanti akan membuat kita repot!” Titah Iblis Bumi “Dia memang sudah keracunan, tapi untuk menghindari resiko, lebih baik kamu penggal lehernya!” tandasnya, sambil mendekat ke arah Long Wan yang masih pingsan.“Sring!” Mo Ong mencabut pedangnya, dia sependapat dengan Iblis Bumi. Beberapa tahun silam ketika ia menyerbu kuil Rajawali, Long Wan bukanlah siapa-siapa, bahkan ilmu silatnya lebih rendah dibandingkan dengan muridnya sendiri. Akan tetapi sekarang, pemuda itu nyaris bisa menandinginya!.“Anak muda, kuakui kamu memang berbakat. Namun semuanya harus berakhir sampai hari ini, sampaikan salamku pada pendeta busuk itu di alam sana!” ucap Mo Ong sambil mengangkat pedang selaksa racun yang sudah banyak memakan korban.“Hiat!” Mo Ong berteriak dan menebaskan pedangnya ke arah leher Long Wan. “Hentikan, suhu!” sebuah bayangan berkelebat. “Crep!” pedang Mo Ong melenceng dari sasarannya, akan tetapi tetap menggores punggung Long Wan. Dar
“Long Wan!” Seru Li Mei, dia berusaha bangkit dan tidak memperdulikan tubuhnya yang penuh luka karena terombang-ambing badai. Keadaan Long Wan sangat meperihatinkan, seluruh tubuhnya hampir terbenam ke dalam pasir. Dengan sekuat tenaga Li Mei mengeluarkan Long Wan, lalu menyeretnya ke tempat yang aman.Gelombang badai gurun memang sudah reda, namun bahaya tetap mengincar dari segala arah. Yang paling mengerikan, tempat itu sangat panas dan tidak ada tempat bernaung dari sengatan matahari, apalagi air perbekalan Li mei sudah hampir habis.“Air!” rintih Long Wan, Li Mei segera mendekatkan kendi berisi air dan menuangkannya kepada mulut Long Wan. “Bertahanlah, aku akan mencari tempat berteduh!” Li Mei mengedarkan pandangannya ke seluruh hamparan gurun yang tandus, dia mencari tempat untuk bernaung, akan tetapi tidak ada satupun tempat sekedar menghindari sengatan matahari.Li Mei sangat nelangsa, karena tidak memiliki pilihan lain, gadis itu membuka pakaian luarnya untuk dijadikan tali,
“Aduh!” rintih Li Mei, dia memegangi kepalanya yang masih terasa berat. “Di mana aku?” gadis itu bangkit dari ranjang dan mengamati keadaan sekitar. “Jangan banyak bergerak, lukamu harus segera diobati!” Yin Long muncul dari balik pintu kamar sambil membawa cawan berisi jamu. “Minumlah!” ucapnya sambil menyodorkan cawan tadi kepada Li Mei.“Siapakah anda, tuan?” tanya Li Mei, kedua matanya yang bening menatap tajam kepada Yin Long. Dia bisa menebaknya, bahwa lelaki tua gagah ini telah menolongnya, akan tetapi dia harus waspada tidak boleh percaya begitu saja kepada orang yang baru dijumpainya. Pengalaman pahit dengan Rhu Zhi yang berpura-pura polos hampir merenggut kesuciannya.“Percayalah, aku tidak bermaksud buruk kepadamu. Minumlah obat ini agar tenagamu cepat pulih!” Yin Long seakan-akan bisa menebak isi hati Li Mei. Perlahan-lahan Li Mei menerima cawan tadi lalu mendekatkan ke arah hidungnya, dari aromanya tidak tercium bau yang aneh atau beracun. Setelah yakin, Li Mei segera men
“Dugaanmu benar, dia adalah putra Pangeran Tang Han!” kata Yin Long “Setelah membagi kalung giok tadi, terjadilah peristiwa besar. Pemberontakan terjadi di mana-mana, kerajaan Hua berhasil digulingkan oleh para pemberontak yang bersekongkol dengan para pejabat istana. Bahkan sang kaisar berhasil dibunuh, dan keluarganya bercerai berai, sebagian ditangkap lalu dihukum mati dan sebagian lagi melarikan diri ke daerah selatan, termasuk Pangeran Tang. Waktu itu aku sedang menahan gempuran datuk hitam yang dikepalai oleh tiga iblis dari Himalaya. Pertarungan dahsyat terjadi, dengan bantuan dua adik seperguruanku kami berhasil membunuh Iblis Tua, sedangkan dua lainnya yang berjuluk Iblis Langit dan Iblis Bumi melarikan diri dan kembali ke tempat persembunyiannya!”“Setelah pertempuran selesai, aku mengutus Pendeta To pergi ke selatan untuk mencari jejak Pangeran Tang. Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya dia berhasil menemukan pangeran, namun nahas, waktu itu pangeran dan istrinya sedang
“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana t
“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebali