“Perhatikan!” Yin Long melompat ke arah batu besar yang tadi dihempaskan oleh Long Wan. dengan gerakan kilat, dia memainkan pukulan Menghalau Badai. “Wush!” gelombang angin yang sangat dahsyat disertai kilatan cahaya putih seperti petik keluar dari kedua telapak tangannya. “Blar!” batu sebesar perut kerbau dewasa itu hancur berantakan.Li Mei dan Long Wan melongo, keduanya merasa sangat kagum menyaksikan kehebatan Yin Long. “Pantas saja beliau dijuluki si Naga Sakti Gurun Pasir!” guman Long Wan. “Paman hanya bisa sampai tahap ini. Sesuai dengan namanya, jurus ini harus bisa menghalau badai gurun!”.“Tidak mungkin kek, badai gurun sangat dahsyat. Sehebat apapun manusia, mana mungkin bisa menghalaunya” Li Mei menggelengkan kepalanya. “Jika posisimu sebagai orang awam yang tidak pernah mempelajari ilmu silat dan tenaga dalam, apa akan percaya jika ada orang yang mengaku-ngaku bisa menghancurkan batu tadi hanya dengan pukulan jarak jauh?” Yin Long menatap cucunya.“Jika saya berada di po
“Mei!” Suara Long Wan terdengar canggung. “Ia” Li Mei sedikit menggerakan lehernya, namun buru-buru ia kembali menunduk. Suasana di ruangan itu terasa hening, yang terdengar hanya napas mereka berdua dan detak jantung yang berdegup lebih kencang dibandingkan biasanya.“Sejak dulu ternyata sama saja, sepintar dan sehebat apapun seorang laki-laki, ternyata menjadi bodoh dan lemah di hadapan wanita yang dicintainya” Yin Long terdengar bersenandung di halaman belakang rumah, suaranya berat dan sumbang, kontan saja Li Mei dan Long Wan tertawa. Di detik itu mereka berdua kembali saling memandang.“Bagaimana pendapatmu tentang kalung giok naga yang sama-sama kita kenakan?” Long Wan memberanikan diri untuk bertanya. “Kalung itu sangat bagus dan indah!” jawab Li Mei, singkat.“Mm, maksudku bukan itu, Mei”“Yang kamu tanyakan tadi hanya pendapatku tentang kalung, kan?”Long Wan menarik napas panjang, dia berusaha berfikir keras agar bisa menjenguk isi hati Li Mei. Akan tetapi lidahnya terasa ka
Esoknya, Yin Long mengajak Li Mei dan Long Wan pergi ke tempat yang cukup jauh. Setelah sampai di persimpangan jalan antara gurun gobi dan bukit berbatu, orang tua itu berhenti kemudian membalikan badannya.“Sekarang kamu harus pergi seorang diri, carilah harta karun yang menjadi hakmu!”Long Wan membungkukan badan untuk memberikan penghormatan kepada paman gurunya. “Terimakasih atas semua kebaikan serta pertolongan paman, kalau tidak, tentu sekarang ini aku tinggal nama”“Dibandingkan dengan jasa orang tuamu terhadap keluarga paman, tentu apa yang paman lakukan terhadapmu tidak ada apa-apanya!” Yin Long menepuk-nepuk bahu Long Wan. Ada perasaan gembira, bangga serta haru yang tiada taranya.Dulu ayahnya Long Wan yang bernama Tang Han sangat dekat dengannya. Ia dijadikan penasihat, sekaligus pengawal pribadi pangeran yang dulu digadang-gadang akan meneruskan tahta kaisar. Akan tetapi nasib menentukan lain, Pangeran Tang Han tewas karena dikhianati saudara tirinya.Yin Long merasa san
“Li Mei!” Mo Ong terus berteriak memanggil-manggil nama muridnya. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Li Mei yang terbawa gelombang badai gurun. Mo Ong sangat menyayanginya, melebihi kasih sayang seorang guru terhadap murid.Berkelebat lagi dalam benak lelaki tua itu saat pertama kali bertemu dengan Li Mei. Hal itu terjadi belasan tahun silam, ketika dirinya sedang berkelena di daerah selatan, ia mendapati Li Mei kecil sedang menangis tersedu-sedu di pinggir hutan.Awalnya Mo Ong tidak peduli, sebagai datuk hitam yang terkenal sakti dan kejam mana mungkin ia menghiraukan orang lain. Akan tetapi, saat ia akan pergi datang segerombolan serigala yang hendak menerkam gadis kecil itu.Sejahat-jahatnya manusia, pasti ada sedikit kebaikan dalam hatinya. Tanpa berfikir panjang, Mo Ong langsung menghalau kumpulan serigala yang hendak memangsa Li Mei. Yang mencengangkan, ternyata wajah Li Mei sangat mirip dengan putrinya yang sudah meninggal.Karena itulah, ia memutuskan membawa Li Mei, mendidik
“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana t
“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebali
“Kalian semua mundur, dia milikku!” Tiba-tiba sesosok tubuh ramping melompat dan berdiri di tengah-tengah area pertarungan. Semua mata terbelalak saat menyaksikan siapa yang tiba-tiba muncul itu, mereka terkejut bukan hanya karena gerakan gadis itu terlihat ringan akan tetapi kecantikannya yang tiada tara, laksana bidadari yang turun dari istana dewa.Gadis cantik yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Li Mei. Dia adalah murid terkasih dari Mo Ong. Perawakannya ramping, wajahnya cantik jelita dan yang paling mempesona tatapannya sangat tajam. Lelaki manapun tidak akan sanggup beradu pandangan dengannya.Long Wan terpaku di tempat, amarah yang tadi berkobar-kobar untuk beberapa saat lenyap begitu saja karena tersilap oleh kecantikan Li Mei. “Suheng!” Lin Lin berteriak, dia tampak marah karena kakak seperguruannya terpesona oleh lawan, dan yang memalukan gadis itu adalah murid dari orang yang melukai gurunya.“Dasar laki-laki, semua sama saja!” desis Lin Lin sambil memalingkan muka. Long
“Suhu!” Lin Lin dan Long Wan memegang tangan gurunya. “Tidak apa-apa, dahulu aku menyimpan rahasia peta harta karun itu karena tidak ingin terjatuh ke tangan yang salah, akan tetapi ..” Sejenak Pendeta To menghentikan ucapannya, tentu saja sikapnya mengundang rasa penasaran bangi yang mendengarnya.“Mungkin sudah kehendak Thian, maka rahasia peta harta karun itu harus terbongkar” “Tidak usah berbelit-belit, cepat katakan saja!” Mo Ong semakin tidak sabar, ia menodongkan ujung pedang beracunnya ke arah pendeta To.“Anak-anaku, jaga diri kalian baik-baik!” ucap Pendeta To “Sekarang pinto akan segera menyusul teman-teman kalian!” Mendengar ucapan gurunya, Long Wan terperanjat dan ia hendak meraih tangan gurunya. Akan tetapi terlambat, pendeta sudah melompat ke arah Mo Ong yang sedang menodongkan pedang beracun. Akibatnya, Pendeta To yang bijaksana itu tewas sekita.“Suhu!” Lin Lin berteriak, batin gadis itu tergoncang dan akibatnya Lin Lin jatuh tersungkur dan pingsan. Sedangkan Long Wan