Share

Murid Tidak Berguna

“Kalian semua mundur, dia milikku!” Tiba-tiba sesosok tubuh ramping melompat dan berdiri di tengah-tengah area pertarungan. Semua mata terbelalak saat menyaksikan siapa yang tiba-tiba muncul itu, mereka terkejut bukan hanya karena gerakan gadis itu terlihat ringan akan tetapi kecantikannya yang tiada tara, laksana bidadari yang turun dari istana dewa.

Gadis cantik yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Li Mei. Dia adalah murid terkasih dari Mo Ong. Perawakannya ramping, wajahnya cantik jelita dan yang paling mempesona tatapannya sangat tajam. Lelaki manapun tidak akan sanggup beradu pandangan dengannya.

Long Wan terpaku di tempat, amarah yang tadi berkobar-kobar untuk beberapa saat lenyap begitu saja karena tersilap oleh kecantikan Li Mei. “Suheng!” Lin Lin berteriak, dia tampak marah karena kakak seperguruannya terpesona oleh lawan, dan yang memalukan gadis itu adalah murid dari orang yang melukai gurunya.

“Dasar laki-laki, semua sama saja!” desis Lin Lin sambil memalingkan muka. Long Wan menarik napas panjang, buru-buru ia menginsafi kekeliruan dirinya. Suara tawa kian bergemuruh, mereka semua mengejek Long Wan yang terpesona oleh kecantikan Li Mei.

“Dasar murid tidak berguna!”. Mendengar ejekan para penonton, Long Wan buru-buru memasang kuda-kuda terbaiknya. Karena hatinya masih terpukau, gerakannya terlihat kaku dan dipaksakan, lagi-lagi kelakuannya itu mendatangkan gelak tawa dari para penonton, termasuk Lin Lin.

“Suheng jangan membuat malu!” teriak Lin Lin lagi. “Nona, saya hanya berurusan dengan gurumu!” Long Wan berusaha menenangkan batinnya akibat goncang oleh kecantikan Li Mei. “Hmm, tidak usah basa-basi. Masalah guruku adalah urusanku juga, begitupun denganmu!” ucap Li Mei sambil tersenyum sinis. Lagi-lagi Long Wan menarik napas panjang, sebab senyuman gadis itu kembali membuat hatinya lemah.

“Hiat!” Tanpa basa-basi lagi, Li Mei melompat dan melancarkan serangan dahsyat ke arah Long Wan. Pemuda itu berusaha berkelit dan menghindari pukulan maut lawan. Akhirnya pertarungan sengitpun terjadi. Long Wan adalah murid terkasih Pendeta To, tentu saja ia mewarisi ilmu silat gurunya. Namun sayang, Long Wan baru menyerap setengah saja dari kehebatan Pendeta To.

Sebaliknya, Li Mei bukan hanya sekedar murid bagi Mo Ong, ia seperti anak angkat saja sebab sejak kecil dirawat oleh Datuk Hitam itu. Li Mei sudah mewarisi ilmu-ilmu silat yang sangat hebat.

Setelah lewat puluhan jurus Long Wan mulai terdesak dan dia hanya dapat menghindar tanpa mampu menyerang balik. “Bugh!” Tiba-tiba sebuah pukulan dahsyat mengenai dada kiri Long Wan. “Hup!” Long Wan mundur beberapa langkah sambil mengusap dadanya yang terasa sesak akibat pukulan Li Mei. “Cuma segini kehebatan murid Pendeta To yang kesohor itu?” ejek Li Mei sambil tersenyum sinis.

“Dia bukan tandinganmu, Long Wan!” lirih Pendeta To, dengan dipapah oleh Lin Lin lelaki tua itu mendekati muridnya. “Aku sangat menyesal karena tidak sejak dahulu mengajarkan ilmu-ilmu silat andalanku!” Kedua mata Pendeta To terlihat berkaca-kaca.

Selama ini Long Wan dan Lin Lin hanya belajar ilmu silat biasa-biasa saja, bahkan jurus andalannya yang disebut Pukulan Penghalau Badai tidak pernah diajarkan. Andaikan muridnya belajar ilmu silat yang dahulu pernah menggemparkan dunia persilatan itu, tentunya dapat mengimbangi kehebatan Li Mei. Bahkan lebih dari itu, mungkin murid-murid Kuil Rajawali yang lainnya tidak akan tewas secara mengenaskan seperti tadi. Akan tetapi apa daya, semuanya sudah terjadi.

“Pendeta tua, cepat serahkan peta harta karun itu. Kalau tidak, kedua muridmu akan aku bunuh!” Mo Ong berdiri karena tenaganya sudah pulih.  “Sret!” Dia mencabut pedang hitam dengan pamor yang sangat mengerikan. Itulah pedang beracun yang ditakuti oleh lawan-lawannya, sedikit saja tergores oleh pedang tadi maka akan tewas seketika.

Mo Ong mengacungkan pedang hitam itu ke arah Long Wan yang sedang terluka terkena pukulan Li Mei. “Mo Ong, kedua muridku tidak bersalah. Lagian mereka tidak tahu apa-apa tentang peta harta karun itu!” Pendeta To terbata-bata.

“Kalau begitu cepat katakan!” Mo Ong semakin tidak sabar. Selain kesal oleh kekerasan hati Pendeta To, diapun tahu bahwa semua pendekar yang hadir di tempat ini sama-sama mengincar peta harta karun itu. “Baiklah, ini sudah kehendak Thian Yang Agung!” Pendeta To menarik napas panjang.

Semua yang hadir di tempat itu mendekat, mereka semua ingin tahu di mana peta harta karun peninggalan kerajaan Hua itu disembunyikan. Sebenarnya, yang mereka rebutkan bukan sekedar harta, akan tetapi sebuah kitab rahasia yang berisi ilmu silat serta tenaga dalam yang sudah puluhan tahun menghilang di dunia persilatan.

“Dengarkan semuanya, sekarang saya akan mengatakan di mana peta harta karun itu aku sembunyikan!” Dengan sisa-sisa tenaga, Pendeta To berteriak lantang. Sontak saja semuanya memicingkan telinga karena ingin mendengar jelas apa yang akan dikatakan oleh Pendeta To.

Lin Lin dan Long Wan saling pandang, selama ini guru mereka tidak pernah membahas akan peta harta karun yang diperebutkan oleh seluruh dunia persilatan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status