Share

Tamu Tidak Diundang

Tuan Kwe berdiri dari kursi kebesarannya “Saya ucapkan banyak terimakasih kepada tuan dan nyonya yang berkenan hadir di tempat kami. Silahkan nikmati jamuan sederhana yang telah kami siapkan” Ucapan Tuan Kwe disambut tepuk tangan dan sorak sorai tamu undangan. Tidak lama kemudian terdengar alunan musik berbarengan dengan pelayan membawa berbagai makanan yang sangat lezat, seperti arak wangi, daging panggang bakpau dan lain sebagainya.

“Silahkan tuan” seorang pelayan menyodorkan secangkir arak kepada Long Wan “Saya pesan air teh saja paman” mendnegar permintaan Long Wan, sejenak pelayan tadi mengerutkan keningnya. Sudah sangat lumrah di acara pesta meminum arak, akan tetapi tidak urung juga pelayan tadi menganggukan kepala kemudian pergi untuk mengambilkan teh untuk Long Wan.

Saat semua sedang menyantap makanan lezat, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara ribut dari pintu depan. “Ada apa ini?” tanya Tuan Kwe saat dua penjaga datang sempoyongan sambil memegangi wajahnya yang penuh luka lebam seperti telah dipukuli.

“Maaf tuan, di luar ada pengganggu yang memaksa masuk” kata penjaga tadi. Benar saja, tidak lama kemudian muncul lima orang sambil mendobrak pintu depan sampai jebol. Long Wan yang duduk di pojokan mengerutkan kening, sebab para pengganggu yang tiba-tiba datang itu adalah orang yang mengejeknya di tempat rumah makan tadi. hanya satu orang saja yang tidak Long Wan kenal, yaitu lelaki tua berpakaian serba hitam dan membawa tongkat kepala tengkorak.

“Keterlaluan, orang yang begitu tersohor di kota ini tidak mengundang kami” kata si kakek tua sambil terkekeh dan memamerkan deretan giginya yang menghitam. Tuan Kwe dan istrinya saling pandang, kemudian melirik kepada Dewa Pedang yang duduk paling dekat dengan dirinya.

“Tuan, kakek tua bernama Yao Guai atau si Tongkat Setan!” bisik Dewa Pedang, ia pun merasa gelisah dan bertanya-tanya untuk apa si Tongkat Setan jauh-jauh dari selatan datang ke tempat ini. Tuan Kwe menarik napas panjang kemudian berdiri sambil membentangkan tangannya “Suatu kehormatan besar, tuan Yao berkenan singgah di tempat hamba yang buruk ini. Silahkan tuan, duduk di tempat yang telah kami sediakan” kata Tuan Kwe, ia tetap berusaha ramah. Sebab di hari hari ulang tahunnya ia tidak ingin ada keributan sekecil apapun.

Dengan pongahnya Yao Guai beserta ke empat muridnya duduk di kursi paling depan dekat dengan keluarga Tuan Kwe. Dewa Pedang meliring kepada muridnya, ia memberikan isyarat agar Tianba bersiap-siap menjaga segala kemungkinan. Sebab Yao Guai datang ke tempat ini tentunya mencari masalah.

“Suhu, arak ini lebih enak dibandingkan yang tadi!” kata si ceriwis yang tadi siang mengejek Long Wan. “Benar sekali, keterlaluan sekali Tuan Kwe menyembunyikan arak sebagus ini dan dinikmati untuk diri sendiri!” kata Yao Guai, kemudian tangannya secepat kilat mengambil guci arak. Semua mata terbelalak, sebab guci tersebut jaraknya cukup jauh terhalang meja besar namun dengan hitungan detik sudah berada di tangan Yao Guai.

Long Wan mempunyai firasat yang tidak baik. Walaupun belum melihat orangnya, namun nama besar Yao Guai atau si Tongkat Setan pernah diceritakan oleh gurunya. Long Wan segera beringsut dan sebisa mungkin mendekat ke arah Lin Lin.

Saat itu orang-orang tidak memperhatikan Long Wan karena terkesima oleh demonstrasi kehebatan Yao Guai. Hanya saja kebetulan Lin Lin memalingkan muka dan tidak sengaja melihat pemuda sederhana yang sedang duduk di pojokan.

“Suheng!” Secara tidak sadar Lin Lin berteriak, kontan saja semua orang melirik ke arah Long Wan yang tadi berniat pindah. Karena sudah tanggung ketahuan, Long Wan segera berdiri kemudian berjalan ke arah Lin Lin.

“Suheng apa kabar? Mengapa baru sekarang berkunjung ke sini?” tanya Lin Lin sambil menggenggam tangan Long Wan. Melihat itu wajah Tianba bersemu merah, tampaknya ia cemburu sebab tunangannya bergandengan tangan dengan Long Wan.

“Maaf sumoi, ada hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu” jawab Long Wan, dengan perlahan ia melepaskan pegangan tangan Lin Lin. “Ha ha, kebetulan sekali aku datang ke tempat ini memang sedang mencari murid-murid si pendeta busuk” Yao Guai terkekeh sambil bertepuk tangan, suara tawanya terdengar mengerikan dan menggetarkan seluruh ruangan itu.

Long Wan semakin gelisah, ia memiliki firasat tidak baik “Jangan-jangan ada hubungannya dengan peta harta karun kerajaan Hua?” guman Long Wan dalam hati.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status