Share

Tabahkan Hatimu

Delia ambruk sampai di halaman rumah Mbah Barid. Bunyi jatuhnya sepeda, barang bawaan dan tubuh Delia susul menyusul berdentuman. Sebagian kerakal yang menutupi halaman berhamburan, sebagian lagi menggores tubuh perempuan itu. Dua detik kemudian tangan dan kakinya mengeluarkan bintik-bintik berwarna merah yang lama kelamaan mengumpul menjadi nuansa darah.

Delia menangis. Bukan karena tangan dan kakinya terluka. Dia sedang merasa malu, merasa harga dirinya sudah berada di level minus.

“Delia ….” Mbah Barid datang dari arah dalam. Ayunan kakinya kencang mendekati sang cucu. “Syukurlah kamu sudah pulang, capek ya? Sini Mbah bantu.”

Mbah Barid tersenyum. Tangan keriputnya yang kasar menyibak rambut Delia dan mengusap kedua pipi cucunya bergantian. “Kalau capek enggak apa-apa istirahat. Yuk, Mbah bantu masuk.”

Melihat perlakuan Mbah Barid, Delia malah tergugu, dan isaknya semakin kencang. Wanita renta berusia enam pul

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status