Share

Masak Aer

“Apa kata ibu gurunya tadi?” tanya mamas ketika kami sudah di rumah. Iqis lanjut ngaji di masjid dan belum pulang. Diandra main di karpet bulu sama kami dan Mas Jimmin keluarin cemilan dari dalam tas.

“Disuruh ajarin Iqis jadi perempuan lemah lembut, anggun, soleh, penuh kasih sayang.” Eh, iya, loh emang gitu pesan gurunya.

Ha ha ha ha ha. Mas Jimmin ketawa. Nggak puas juga, dia ketawa lagi sampai ngakak sampai keluar air mata. Ada yang lucu apa, ya?

“Kenapa, sih, Mas?”

“Lemah lembut, ahahahaha.”

“Mas!” Aku greget. Lama-lama aku jadikan samsak baru tahu rasa.

“Emang kamu dulu lemah lembut?” Pertanyaannya membuatku membeku.

“Kok, jadi bahas, Can, sih.” Aku mengambil biskuit dan aku kunyah sampai rapuh. Aslinya pengen gigit Mamas.

“Istriku yang paling cantik dan semok. Dengar baik-baik, ya, buah jatuh itu nggak jauh dari pohonnya. Kecuali di bawah ada sungai tu buahnya hanyut. Ngertiiii?” Ceileh, main peribahasa lagi. To the point aja kenapa?

“Ya, terus?”

“Ya kamu dulu pernah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status