Srekk!"Mmgghh ... mmmgh!" Nayla semakin memberontak, tak kala pria itu telah merobek paksa kemeja putih yang ia kenakan. Hingga beberapa kancingnya pun terlepas dan tubuh bagian atasnya kini telah terbuka lebar.Bulir-bulir bening seperti keristal mulai mengalir dari kelopak matanya. "Ya, Tuhan. Tolonglah hamba, jangan sampai ini terjadi lagi padaku. Aku tidak mau, Tuhan." Di dalam hati gadis malang itu terus merapalkan doa, dan berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya.Namun, tidaklah mungkin. Mana mungkin di tengah malam begini ada yang datang ke kamar ini? Selain dirinya yang memang karena bertugas untuk membersihkan kamar ini. Pasti tidak akan ada orang lain yang datang ke sana.Kini tangan kekar milik pria itu mulai bergerak menjamah tubuhnya. Bibirnya berpindah ke ceruk leher jenjangnya, dan menyesap kuat. Meninggalkan kiss mark yang mencolok di kulit putihnya."Ahh ... ! Lepaskan aku, mohon! Jangan lakukan ini lagi. Hentikan!" Teriaknya memohon. Ia masih terus meron
"Nayla!"Degh!Hati Nayla serasa akan copot dan tubuhnya pun langsung membeku. Ia merasa sangat syok dan juga ketakutan ketika mendengar laki-laki itu malah memanggil namanya."Duh ... matilah aku! Gimana ini? Apakah dia mengenaliku?" batinnya resah.Glekk!Dirinya yang merasa sangat ketakutan dan deg-dengan tidak karuan itu menelan ludah kasar. Kini wajahnya tampak pucat pasi karena tegang. Dan keringan dingin pun mulai bermunculan membasahi dahinya."Hahaha ... Nayla-nayla, kau mau ke mana, huh?" Sembari cekikikan tak jelas, suara Arga kembali terdengar samar seperti orang yang sedang mengigau. Sehingga membuatnya dengan harap-harap cemas, Nayla memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Dan benar dugaannya, ternyata lelaki itu masih memejamkan mata dan hanya mengubah posisi tidurnya saja. Yang berarti lelaki tersebut sedang mengigau."Huft!" Seraya memegangi dadanya, gadis itu bernapan lega. "Untung saja cuma ngigau. Kalau gak, mampus deh aku!" rutuknya."Tetapi, kenapa pria bre
Seketika itu Nayla baru teringat kalau dirinya memang sudah tidak mempunyai cukup uang untuk ongkos pulang ke Jogja. Karena seperti biasa hampir sebagian besar gajinya telah ia kirim ke kampung. Sehingga ia hanya menyisakan sedikit uang untuk keperluannya sehari-hari saja.Dengan sangat lemas, gadis berlesung pipi itu menggeleng pelan."Ya, udah. Gini aja deh, kamu kirim nomor rekening kamu ke aku. Nanti, biar aku pinjemin dulu, oke?" ujar Desy.Lagi-lagi Nayla merasa sangat terharu dengan temannya yang satu ini. Karena gadis yang biasanya cerewet suka berdebat dan bercanda dengannya itu, ternyata begitu baik kepadanya.Reflek gadis yang kini mengenakan celana jeans dan kaos putih itu langsung memeluknya erat. "Hiks ... hiks. Terimakasih, Desy. Karena kamu udah baik banget sama aku. Dan semoga saja Allah akan membalas semua kebaikanmu ini.""Amin. Iya, sama-sama. Udah ah, jangan lebay. Nanti yang ada aku malah ikut nangis loh." Desy melepaskan pelukannya, lalu ia mengusap air mata gad
"Duh, sebenarnya nih orang kenal gak ya sama si Arga? Kalau nih orang adalah temannya Arga. Aku harus menghindarinya," pikir Nayla, sedang menerka-nerka siapa sebenarnya pria yang bersamanya kini."Hallo, Nona! Kok, malah bengong?" tegur Daniel. Nayla yang tersadar dari lamunannya, dengan canggung langsung memasang cengir kuda."Eh ... namaku adalah Nur Anissa. Dan saya tinggal di jalan Mawar blok B, Tuan," jawabnya dengan sengaja memalsukan sedikit namanya. Dan memberitahu alamat tempat kost-nya berada."Eh, iya. Jangan panggil aku Tuan dong! Kesannya aku jadi keliatan udah tua banget deh? Lagi pula kamu itu bukan pelayan, kenapa harus memanggilku Tuan sih?""Oh ya maaf, Tu-- eh, maksud saya--""Daniel, kamu boleh panggil aku Niel, Dani atau Daniel juga boleh. Tanpa harus ada embel-embel Tuan, Bapak dan lain sebagainya, ok?""Ba-baik, Dan-niel." Dengan tersenyum canggung dan kaku gadis itu mengangguk."Kalau boleh tau, kamu ini bekerja di hotel Kartika, ya?""Iya, saya bekerja di ho
Di saat Nayla akan membuka pintu pagar rumah kost tempat tinggalnya itu, tiba-tiba saja Lukman telah sampai di sana. Dengan segera lelaki yang terpaksa menggunakan ojol itu segera menghanpirinya."Nay, tunggu!" serunya.Gadis itu tampak terlonjak kaget dan langsung menoleh ke arahnya. "Loh, kamu, Man!" ucapnya kaget."Sorry, aku tadi gak bisa ngenjemput kamu di hotel. Karena tiba-tiba saja motorku malah mogok," terang Salman merasa tidak enak padanya."Oh, gitu. Gak pa pa lagi, Man. Lagi pula yang terpenting sekarang aku udah sampai rumah, 'kan? Dan, seharusnya akulah yang minta maaf sama kamu. Karena sudah merepotkanmu hingga kamu sampai bela-belain datang ke sini pula.""Ya sebenarnya gak papa sih. Lagi pula aku gak merasa direpotkan kok. Tapi sayang, pas aku udah mau menjemputmu tadi, eh tiba-tiba motorku malah gak bisa dinyalain. Ya udah, jadi terpaksa aku harus naik ojol. Tapi pas aku udah sampai sana, kata si security dia liat kamu udah pergi dengan mobil.""Dan, apa benar seper
"Kebakaran! Kebakaran ... !" teriak Reza.Sontak Arga yang kaget langsung terbangun dan terlihat sangat panik."Hah, kebakaran! Mana, di mana?" serunya kebingungan."Bhahaha ... !" Otomatis Reza langsung tertawa tetpingkal- pingkal sambil memegangi perutnya. Karena melihat Arga yang langsung berdiri di atas kasurnya dalam keadaan telanjang.Sedetik kemudian Arga baru tersadar kalau dirinya kini dalam keadaan polos. Sehingga seluruh tubuhnya pun terpampang jelas di depan pemuda yang kini sedang terbahak di samping ranjang. Lalu dengan refkek ia langsung mengambil selimut untuk menutupi bagian bawahnya.Kemudian lelaki bertubuh atletis itu langsung memberinya tatapan tajam padanya. Dengan raut wajah yang begitu kesal ia pun terduduk di atas kasur.Reza masih terus terpingkal berusaha untuk menghentikan tawanya. "Ya maaf, Bang. Habisnya kau ini kalau dibangunin susah banget sih. Jadi terpaksa deh, aku ngagetin kamu, Bang.""Terus aja kamu ngetawain aku! Kalau gak bethenti sekarang, gajim
Satu jam kemudian Reza kembali masuk ke kamar Arga. Begitu memasuki kamar, lelaki berkemeja krem itu mengedarkan pandangannya mencari sosok penghuni kamar tersebut. Namun ia tak kunjung bisa menemukannya juga."Ke mana sih, nih orang?" gumamnya sembari terus menelisik ke seluruh ruang, ia terus berjalan hingga ke balkon. Dan Ia melihat lelaki itu sedang duduk melamun di salah satu kursi yang ada di sana.Gegas Reza mendekatinya. "Hai, Bang! Aku cariin dari tadi, juga. Eh, ternyata malah lagi mojok di sini?" Seraya menepuk pundak, pemuda itu memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah bosnya tersebut.Arga terlonjak kaget dan langsung tersadar dari lamunannya. "Kau ini biikin kaget aja. Mojok, pala lo!" sungutnya kesal.Reza terkekeh. "Lagian ngapain sih, Bang. Pagi-pagi udah melamun aja. Tar kesambet loh, gara-gara keseringan melamun!" ledeknya."Aku masih bingung soal kejadian yang semalam. Dan aku merasa sangat yakin kalau cewek yang semalam itu beneran si Nayla, Za!"Reza mend
"Ja-jadi, ternyata Anissa itu adalah Nayla, yang sengaja merubah namanya sebagai Anissa," batin Reza merasa syok.Kemudian dengan wajah yang tampak syok, Reza menutup kembali map tersebut. Lalu ia menatap ke arah Arga. Seakan ia tidak percaya ternyata apa yang diperkirakan bosnya itu sangatlah tepat. Berarti gadis yang semalam tidur bersamanya itu memanglah benar adalah Nayla alias Anissa si gadis HK itu."Kalau boleh saya tau, di mana gadis HK yang bernama Anissa ini, Pak? Apakah hari ini dia masuk kerja?" tanya Arga sambil menatap ke arah Pak Rudi."Maaf, Tuan. Gadis HK yang Anda maksud itu --""Anissa alias Nayla Putri Anissa, Pak Budi. Gadis yang ada di map ini," sela Reza sembari mengangkat map merah yang ia pegang."Oh, ya ya sebentar, Tuan. Saya tanyakan ke anak buah saya dulu. Sekarang dia masuk sift berapa." Pak Rudi kembali menelfon sang anak buahnya itu dan menayakan sift kerjanya Nayla.Setelah sudah mendapat informasi yang dimintanya tadi, ia pun menutup telefonnya kembal