“Hallo, ibu?” sapa Erlangga.“Oh? Erlangga? Di mana Melissa?” tanya suara dari seberang telepon.“Melissa sudah tidur, ada yang perlu disampaikan? Aku akan memberitahu Melissa kalau dia bangun.” ucap Erlangga.“Ah tidak apa-apa. Besok pagi saja aku menelpon lagi, terima kasih Erlangga Lanjutkan istirahatmu.” Ucap Ibu Melissa.“Iya,” balas Erlangga lalu mematikan ponsel.Erlangga lalu memasukkan kembali ponsel Melissa ke dalam tas. Erlangga lantas duduk di atas ranjang. Ingatannya berputar pada pertemuan singkatnya dengan Marissa tadi di kantor.“Ibunya menelpon malam-malam begini sudah pasti ada kaitannya dengan kembalinya Marissa.” Ucap Erlangga. Wajahnya berubah dingin seketika. Aneh rasanya bahwa dia bahkan tidak senang sedikit pun dengan kehadiran Marissa.Lima belas menit berlalu. Melissa belum juga keluar dari kamar mandi, apakah gadis itu baik-baik saja?Ceklek!“Aku sudah selesai, kau mau mandi?” tanya Melissa yang baru saja keluar dari kamar mandi.Erlangga mengangkat kepalan
Pagi HariRumah Keluarga ErlanggaMelissa sudah bangun pagi-pagi sekali. Faktanya dia justru tidak bisa tertidur dengan nyenyak semalaman. Perasaan was-was selalu menghantuinya sehingga membuatnya sering terbangun dari tidurnya. Kesal karena tak bisa melanjutkan lagi tidurnya, sejak pukul lima subuh dia sudah bangun.“Kau yang menyiapkan semua sarapan ini?” sebuah suara berujar dari arah pintu masuk ruang makan.Melissa membalikkan tubuhnya dan tersenyum ramah pada Mia. “Hmm, hari ini aku libur bekerja.” ucap Melissa.“Aku berharap bisa pandai memasak sepertimu.” Ucap Mia.“Aku tidak pandai memasak, aku hanya suka memasak.” Balas Melissa.“Sialnya masakanmu selalu enak, tidak heran Rio sangat suka membanggakanmu.” Ucap Mia. Sedetik kemudian dia menyadari ucapannya yang tak pantas untuk dilontarkan dengan status Melissa yang kini adalah istri kakaknya.“Maaf~”“Tidak apa-apa,” balas Melissa kikuk.“Hubunganmu dan Erlangga lancar, kan?” tanya Mia.“Lancar bagaimana? Kau tahu aku tidak p
Melissa berjalan menuju rumahnya dengan santai. Sejak menikah dengan Erlangga, dia jarang datang ke sini. Dia juga bersyukur karena keluarga Erlangga mengurangi porsi kerja ibunya. Dulu ibu Melissa mengurus segala keperluan rumah tangga keluarga Erlangga. Semenjak menikah, ibu Melissa diberi tanggung jawab untuk mengurus taman bunga dan kebun buah milik keluarga Erlangga saja.Tok Tok TokMelissa mengetuk pintu rumah lalu membuka pintu tersebut karena tidak terkunci. Suasana rumah yang terasa dingin membuat Melissa merasa tidak nyaman. Biasanya saat masuk ke sini perasaannya akan menghangat tetapi tidak dengan saat ini, mungkin karena dia sudah jarang datang ke sini.“Kau sudah datang?”Melissa berdiri mematung saat dia melihat sosok yang selama ini menghilang dan meninggalkan banyak masalah untuk keluarganya dan keluarga Erlangga.Marissa berdiri dengan dress merah anggunnya. Gadis itu melempar senyum tipis pada Melissa.“Marissa? Kak Marissa?” ucap Melissa saat dia melihat Marissa b
“Belum.” Balas Marissa datar. Dia membohongi Melissa.“Kenapa kau belum menemuinya?” tanya Melissa bingung.“Dia pasti akan menolakku.” Balas Marissa. Melissa tidak tahu bahwa Marissa sudah menerima penolakan itu.“Lalu kau akan melakukan apa?” tanya Melissa.Marissa menatap Melissa dengan dalam, gadis itu meraih kedua tangan Melissa lalu menggenggamnya dengan erat. Melissa merasa gelisah dengan tatapan Marissa.“Tinggalkan Erlangga, Melissa.” Ucap Marissa.“Apa?” tanya Melissa.“Tinggalkan Erlangga seperti apa yang aku lakukan padanya.” Balas Marissa. “Aku mohon bantu aku.” Tambah Marissa.“Apa? Tidak mau! Kau gila, kita hanya akan membuat dirinya kembali tersakiti. Maksudku bukan aku tidak ingin meninggalkan Erlangga dan pernikahan sialan ini tetapi aku tidak mau meninggalkan dia dengan cara bodoh seperti apa yang kau lakukan.“Dia akan semakin membenci keluarga kita terutama kau dan aku!” balas Melissa. Dia mungkin akan membunuhku, menyakitiku sampai ke tulang. Tambah Melissa dalam
Melissa menarik seleting jaketnya lalu mengeratkan lagi syal di lehernya. Gadis itu memeluk tubuhnya dengan erat. Cuaca dingin Seoul akhir-akhir ini sangat ekstrim. Dia bingung ke mana dia akan pergi pagi-pagi begini. Berada di rumah keluarga Erlangga hanya membuat perasaannya semakin tertekan. Belum selesai kepalanya dibuat pusing oleh Erlangga, sekarang kakaknya justru menambah beban pikirannya.“Benar apa yang Mia katakan, kembalinya Marissa hanya menambah masalah.” Gumam Melissa. Melissa mulai kesal karena bus yang ia tunggu tak juga muncul, sejujurnya dia paham betul bahwa kekesalannya bukan karena bus yang tak kunjung muncul. Yang benar saja ini baru sepuluh menit.Marissa. Erlangga. Marissa. Erlangga .“Arghh! Ini membuatku gila!” ucap Melissa sambil mengacak rambut.TREEETTSuara klakson bus membuat Melissa terkejut, gadis itu segera berlari menuju pintu bus. Segera setelah pintu bus terbuka, Melissa menaiki tangga bus dan mulai mencari kursi kosong. Semua kursi hampir terisi
“ Apa? Tidak ! Aku juga memiliki kekasih saat menikah dengan Erlangga.” Balas Melissa. “Lantas?” “Apakah aku bisa menceritakan ini padamu? Meskipun kau sahabat Erlangga tapi aku sedikit ragu.” Balas Melissa lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Tidak apa-apa kau tidak perlu memberitahuku alasannya. Erlangga juga tidak menceritakan perihal pernikahannya denganmu. Sayang sekali saat hari pernikahan kalian aku harus kembali ke Thailand, kakakku melahirkan jadi aku ingin melihat keponakanku.” Balas Lee. “Wah pasti menyenangkan memiliki anggota keluarga baru. Ngomong-ngomong kau orang Thailand?” Tanya Melissa. “Ya, Ayahku Korea dan Ibuku Thailand.” Balas Lee. “Thailand seperti apa?” “Lebih panas, tidak ada salju di sana.” Balas Lee singkat. “Kalau aku punya uang yang banyak aku akan ke sana.” Ucap Melissa. “Tidak perlu uang yang banyak, kalau kau mau aku bisa mengajakmu ke sana.” Balas Lee. “Whoaa! Kau baik sekali.” Ucap Melissa. “Kau akan ke mana naik bus ini?” Tanya Lee.
“Justru karena aku kasihan padanya. Dia memiliki Rio yang sangat ia cintai. Melissa mengatakan tersiksa dengan pernikahannya denganmu. Dia merasa terkurung dengan pernikahan kalian. Lagi pula sejak awal dia tak menginginkan pernikahan ini. Jadi kau bisa meninggalkan Melissa. Kasihanilah dia.” Ucap Marissa yang semakin mengeratkan pelukannya pada Erlangga. “Lalu bagaimana dengan diriku? Apakah kau hanya memandangku sebagai objek?” Tanya Erlangga. “Apakah kau tidak kasihan padaku juga? Apakah kau pikir hidup kita ini adalah sebuah permainan. Di mana kau bisa memutuskan untuk pergi lalu kemudian kembali, lalu membuang adikmu untuk meraih kebahagiaanmu?” Tanya Erlangga. “Tapi Melissa tidak bahagia dengan pernikahan kalian!” ucap Marissa. “Tapi aku bahagia dengan pernikahanku dengan Melissa.” Balas Erlangga. DEG! Marissa membulatkan matanya, tangannya semakin erat merengkuh tubuh Erlangga. Perasaannya berubah menjadi kalut. Dia ketakutan sekarang. “Apa maksudmu, Erlangga?” Tanya Mariss
Melissa duduk di halte menunggu bus datang. Hari sudah gelap, sejak tadi dia menghabiskan waktunya hanya duduk di halte menunggu malam. Dia merasa menjadi seorang pengecut. Mengapa juga dia tidak berani bertemu dengan ibu dan kakaknya, sebenamya dia bukannya tidak berani. Dia hanya malas saja berada pada situasi di bawah tekanan.TIIN TIINMelissa mengangkat kepalanya dan dia mendapati mobil Erlangga terparkir di depan halte tempatnya duduk.“Erlangga?”“Orang akan menyangka kau tidak punya rumah.” Ucap Erlangga. “Cepat, sudah malam. Ayo pulang bersama.” Ucap Erlangga.Melissa berdiri lalu berjalan menuju mobil Erlangga. Gadis itu lantas masuk ke dalam mobil Erlangga. Erlangga menunggu Melissa memakai sabuk pengaman baru menyuruh supir mereka menjalankan mobilnya.“Aku baru sadar kau kembali memodifikasi mobilmu seperti semula.” Ucap Melissa.“Aku sudah bisa berjalan sekarang, tidak perlu bentuk yang sebelumnya.” Ucap Erlangga.“Kakimu sudah benar-benar kuat? Sudah bisa berlari?” Tany