Haidar kembali merebahkan tubuh sang istri. “Sayang bolehkah jagoanku masuk sekarang?” tanya Haidar sembari merapikan rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya.
Andin menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Hasratnya sudah di ujung kepala. Ia pun sudah tidak sabar ingin merasakan kenikmatan tiada tara yang disebut surga dunia para pasangan suami istri.
Haidar membimbing jagoannya untuk memasuki sumur keramat sang istri. Saat kepala jagoan Haidar baru masuk sebagian Andin menyingkirkannya.
“Aku kebelet ke kamar mandi dulu ya.” Andin segera turun dan berlari masuk ke kamar mandi dalam keadaan telanjang.
“Sabar dulu ya, Tong!” ucap Haidar kepada jagoannya yang sudah siap untuk mengebor sumur keramat.
Sudah sepuluh menit Andin di dalam kamar mandi, tapi belum keluar juga. “Lagi ngapain dia, kenapa lama banget?” gumam Haidar semba
Haidar sudah turun dari tempat tidur dan berdiri di tempat yang ditunjuk Andin. Dalam hatinya ia terus bertanya-tanya apa yang akan dilakukan istrinya. Kenapa juga ia mau melakukan perintah aneh sang istri.Andin beringsut ke depan Haidar. Ia duduk di pinggiran tempat tidur, kakinya menjuntai ke bawah. Wajahnya berada tepat di depan jagoan sang suami.Andin memejamkan mata. Ia berdoa dalam hati. “Nggak dosa kali ya, sama laki sendiri mah,” gumam Andin dalam hatinya setelah berdoa. Lalu ia membuka mata. “Boleh aku pegang?” tanya Andin sambil menengadahkan wajahnya ke atas.“Boleh,” jawab Haidar. Ia sudah tidak tahan lagi, ingin menikmati kenikmatan surga dunia yang akan istrinya berikan.“Dijilat boleh?” tanya Andin lagi sambil mengusap-usap kepala sang jagoan suaminya dengan jari telunjuk.“Boleh, Sayang. Terserah kamu a
Haidar Bangun dan berdiri. Sedangkan Andin, tidur terlentang dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Haidar berdiri di depan sang istri yang sudah kepanasan menahan hasrat yang menggelora.Haidar segera mengarahkan jagoannya untuk masuk ke dalam sumur keramat milik Andin.“Pelan-pelan, Boo,” ucap Andin sambil mendesah. Debaran jantungnya semakin cepat, aliran darahnya semakin deras, terasa panas di sekujur tubuh.Ia takut kalau akan terasa menyakitkan jika benda milik Haidar yang besar dan panjang masuk ke dalam lubang intinya yang sempit.Namun, rasa nikmat yang ia dapatkan dari permainan laki-laki gagah yang berdiri di depannya tanpa benang sehelai pun di tubuhnya yang memperlihatkan bentuk tubuh yang kekar dan berotot membuat ia tidak sabar ingin menikmati kenikmatan surga dunia yang sesungguhnya.Haidar berusaha memasuki sumur keramat itu dengan hati-hati. “Kenapa terasa sangat sempit,” batin Haida
Haidar dan Andin masih rebahan dalam keadaan polos tanpa benang sehelai pun di tubuh mereka.Andin bangun dan terduduk. Ia ingin segera mandi karena badannya terasa sangat lengket setelah bergelut dengan sang suami. “Aduh, kok sakit banget ya, terasa ada yang mengganjal. Apa si jagoan tertinggal di dalam?” Andin meraba daerah keramatnya. “Anuku terasa bengkak,” gumam Andin sembari meringis.“Kamu mau ke mana?” tanya Haidar pada Andin yang hendak bangun dari duduknya.“Aku mau mandi,” jawab Andin sambil meraih selimut berwarna ungu untuk menutupi tubuhnya yang polos.Haidar menarik selimut dari tangan sang istri, tapi Andin memeganginya dengan erat. “Ngapain ditutupi, aku sudah lihat, bahkan sudah aku sentuh semuanya,” kata Haidar sembari tersenyum nakal.“Astaga dia berubah jadi mesum setelah jagoannya masuk
Haidar bangun dan berdiri. Lalu membopong sang istri menuju kamar mandi. Andin mengalungkan tangannya di leher Haidar. “Boo, apa kita akan selalu bersama seperti ini?” tanya Andin dengan serius sembari menatap wajah suaminya.“Kita akan terus bersama sampai maut memisahkan. Aku nggak mau jauh darimu,” jawab Haidar dengan tegas.“Boo, Kurasa aku mencintaimu,” ucap Andin sembari tersenyum manis.“Apa kamu serius?” tanya Haidar sembari menatap lekat manik mata sang istri. “Mungkin aku juga mencintaimu. Aku nggak tahu mencintai itu seperti apa, yang jelas aku sangat menyayangimu,” ucapnya“Apa kamu belum pernah mencintai seseorang sebelumnya?” tanya Andin pada laki-laki yang baru saja menikmati kesuciannya.“Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Kamulah satu-satunya wanita yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak,” jawab Haidar sambil tertawa pelan. Lalu menurunkan sang istri
Andin terkejut mendengar suara rintihan suaminya. Ia membalikkan badannya menghadap sang suami. “Kamu kenapa?” tanya Andin.“Bee, jagoanku ngamuk karena kamu remas-remas,” jawab Haidar pelan. Tanpa berkata-kata lagi, Haidar langsung menarik tengkuk sang istri, lalu dengan bringasnya ia melahap bibir istrinya.Andin membulatkan matanya mendapatkan serangan mendadak dari sang suami. Ia sedikit membuka mulut saat Haidar menggigit pelan bibir bawahnya.Tangan kiri Haidar meremas bukit kenikmatan sang istri, sehingga tubuh Andin menggeliat karena menahan nikmat yang suaminya berikan.Haidar melepas pagutan bibirnya. “Bee, kamu bangun dulu,” titah Haidar.Andin pun menuruti perintah suaminya. Kemudian Haidar meluruskan kakinya. “Kamu duduk di sini!” Haidar menuntun sang istri agar duduk di pangkuannya. “Jagoanku masuk ya,” kata Haidar sembari mengedipkan sebelah matanya.“Gimana caranya?”
Haidar menuntun Andin ke pancuran shower karena ia belum mencapai klimaksnya, akhirnya laki-laki gagah itu kembali memberikan kenikmatan pada sang istri.Haidar menghimpit Andin ke dinding kamar mandi, lalu mengangkat kaki istrinya sebelah. Kemudian Haidar menghujamkan jagoannya ke dalam sumur keramat sang istri.Andin menjerit saat jagoan sang suami melesak dengan sempurna di dalam liang intinya.Haidar menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Hasratnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia sudah kecanduan ngebor sumur keramat sang istri.Andin membuka mulutnya mencoba mengatur napas. Ia terus mendesah saat sang suami menghujamkan sang jagoan di liang miliknya tanpa ampun.“Boo …. perih … tapi aku suka, ini nikmat,” racau Andin di sela desahannya.Haidar menghisap bibir sang istri dengan penuh nafsu saat mencapai puncak kenikmatann
“Jangan …!” Andin menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia malu kalau Haidar melihat kemaluannya.“Kenapa?” tanya Haidar sembari menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya. Ia duduk di pinggiran tempat tidur di samping sang istri.“Aku malu,” jawab Andin sambil menutup wajahnya dengan selimut.“Malu?” tanya Haidar sembari tertawa pelan. “Tadi punyamu aku obok-obok, kamu nggak bilang malu, malah bilang nikmat.” Haidar meledek sang istri.“Boo …!” teriak Andin sambil menendangkan kakinya pada sang suami.“Boo, sakit, tapi aku suka, ini nikmat, Sayang.” Haidar menirukan racauan Andin saat bercinta.“Diam!” Andin membuka selimut yang menutupi wajah. Lalu memukuli dada suaminya.Haidar memegangi tangan sang istri sembari tertawa melihat
“Kenapa, Boo?” Andin berusaha bangun sembari meringis merasakan perih di daerah keramatnya.“Punyamu bengkak, Bee,” jawab Haidar tanpa berkedip melihat sumur yang tadi dia masuki menjadi bengkak gara-gara jagoannya. “Pantas aja dia meringis terus dari tadi,” batin Haidar.“Terus gimana?” tanya Andin panik. Ia takut akan lama sembuhnya.“Dikompres ya. Aku ambil air hangat dulu.” Haidar bangun dan segera keluar dari kamarnya.Haidar bergegas ke dapur. Ia masak air sendiri karena jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, para asiten rumah tangga di rumah mertuanya sudah tertidur.Setelah memasak air, ia kembali ke kamarnya. Andin sedang melihat daerah keramatnya menggunakan cermin.“Kamu lagi ngapain, Bee?” tanya Haidar ketika ia masuk ke dalam kamarnya.Andin langsung