Alex yang penasaran langsung pergi menuju lapangan. Di sana, ternyata banyak kesatria yang menyaksikan Anna berlatih dengan Diego.
“Mulaaaaiiii,” kata Julie memberi aba-aba.
Diego dan Anna sama-sama mengeluarkan monster sihir mereka. Diego dengan naga coklat dan monster Anna persis seperti ilustrasi yang Theo berikan, ular berkepala lima. Dengan kekuatan sebesar itu, tentu saja Diego kalah telak.
“Yeeaayyyy, aku menang lagi,” kata Anna dengan polos. Anna sama sekali tidak ada niatan untuk mengejek Diego. Anna selalu berpikir dia akan kalah karena dia pemula. Ketika menang, dia sangat senang.
“Aku baru mengetahui ternyata istriku lumayan hebat untuk ukuran pemula,” kata Alex menghampiri istrinya.
“Salam pada Yang Mulia Raja,” ucap semua orang yang ada di sana secara serempak.
Alex pun mengangguk tanda salam sudah ia terima dan mereka bisa melanjutkan kegiatan masing-masing.
“Suatu k
“Aaahhh benar juga, bukankah Marchioness Justin dan ratu Jasmine berteman akrab sejak dari akademi? Yang Mulia Alex juga sudah akrab dengan nona Daisy dari kecil,” ujar Marchioness Hanna Franken.Pertanyaan Marchioness Stevia Littern dan Hanna Franken itu berhasil membuat Anna sangat kesal. Siang ini, sudah banyak bangsawan yang datang sehingga Anna harus menyambut serta berkenalan dengan mereka.“Aaahhh, tidak sampai seperti itu. Memang benar kami bersahabat sejak masih di akademi, hanya saja memang untuk jodoh, kami serahkan pada anak kami masing-masing,” jawab Marchioness Justin sinis menoleh ke arah Anna.Anna benar-benar tak habis pikir dengan wanita itu. Terlihat sekali bahwa dia tidak bisa menerima yang menjadi pendamping Alex bukanlah anaknya. Sementara Daisy Justin hanya tersenyum dan sesekali memandang Anna seperti sesuatu yang menjijikan.“Benar seperti kata ibu, kami memang akrab dan sudah seperti kakak adik. Namu
Aba-aba dari pembawa acara yang sangat kencang itu membuat Anna melepaskan pelukannya dari Alex. Dari semua peserta yang menyelam, pandangan Anna hanya berfokus pada dayangnya, Julie.“Waaahhhh, ternyata Julie hebat sekali,” kata Anna.Sekarang Julie berada di urutan kedua. Urutan pertama ditempati oleh pengawal pribadi putra mahkota kerajaan gurita, Leon. Festival olahraga ini tak hanya diikuti rakyat kerajaan naga. Bangsawan atau rakyat kerajaan lain selalu dipersilahkan untuk bergabung dalam festival ini.“Julie adalah salah satu kesatria terbaik di kerajaan kita,” bisik Alex.Istrinya yang belum selesai mengagumi labirin mirip sea world, kini dikejutkan dengan kemampuan dayang pribadinya. Otak Anna sedang tak diberi waktu untuk beristirahat."Julie adalah kesatria?" tanya Anna tak percaya."Tentu saja, apa kau pikir aku akan meletakkan orang-orang yang bahkan tak bisa melindungi istriku? Itu tidak akan te
Daisy Justin sudah memperhatikan pasangan suami istri itu sejak pagi tadi. Tentu saja, hanya rasa cemburu yang gadis itu dapatkan. Semua berawal dari peristiwa sarapan yang sangat Daisy benci.(Kilas Balik Sarapan)“Anda terlihat sangat bahagia pagi ini Yang Mulia,” kata Marchioness Justin pada Alex.“Apa terlihat sejelas itu?” tanya Alex sebelum meminum air putih.“Tentu saja, wajah anda tampak berseri-seri. Saya sampai bertanya-tanya apakah sebentar lagi akan ada hujan bunga,” canda Marchioness Justin.Mendengar candaan Marchioness, para bangsawan yang semula tak terlalu memperhatikan Alex pun menoleh ke arah raja naga.“Mungkin saja memang hujan bunga akan turun,” jawab Alex santai.Alex terus tersenyum dan menoleh ke arah istrinya. Jika saja senyum di bibir dapat melengkung tinggi hingga menggapai mata, bibir Alex pasti sudah menyentuh mata.“Sepertinya mereka berdua sed
“Ayoooo,” jawab Anna bersemangat.Anna pun melepaskan diri dari Alex. Dia juga menggandeng tangan suaminya tanpa malu."Sangat tidak baik untuk jantung jika Anna seperti ini setiap hari," batin Alex.Tempat untuk pertandingan adu sihir pemula dan estafet air ternyata sangat dekat. Anna merasa baru sebentar sekali berjalan, tiba-tiba mereka sudah berada di dalam lapangan tanding."Aku merasa seperti sedang berada di stadion bola," kata Anna sambil memperhatikan sekelilingnya.Lapangan ini terbilang cukup mirip dengan stadion bola meskipun terdapat perbedaan yang mencolok."Kau memang benar. Perbedaannya hanya terletak pada pasir dan kursi," ucap Alex.Di tengah lapangan tidak ada rumput, yang ada hanyalah pasir. Untuk penonton, tidak ada kursi, seluruh penonton akan menyaksikan pertandingan dengan tetap berdiri. Namun, sepertinya kursi tidak menjadi prioritas untuk kenayamanan atau apapun itu, terbukti dari orang-orang yang
Anna hanya bisa berteriak dengan kedua tangan menahan cahaya sihir yang datang untuk mengincar perutnya. Sejujurnya, Anna tidak tahu bagaimana cara menangkis serangan Daisy, monsternya sendiri masih terjebak.“Arrrggghhhhh!!” teriak Anna lagi. Anna benar-benar panik dan takut, serangan yang datang itu terasa sangat menyeramkan.Namun tanpa disangka-sangka, ularnya langsung bisa terlepas dari gurita dan langsung menangkis serangan Daisy.Tangkisan yang dilakukan ular menimbulkan angin yang sangat kencang sehingga Anna terdorong ke belakang.“Ck, sial, aku gagal,” gumam Daisy.Akan tetapi, melihat pandangan Anna yang tertutup oleh angin dan pasir membuat Daisy tersenyum manis.“Seranggg!!” teriak Daisy. Ini adalah kesempatan emas, Anna tak akan bisa berbuat apapun.Daisy pun kembali mengincar perut Anna. Dia menyerang Anna bertubi-tubi. Tak hanya perut, dia mengincar titik vital di tubuh Anna. Daisy b
"Annaaa!!!” teriak Alex panik. Pria itu pun menghentikan kudanya diikuti oleh pengawal dan dayang.“Uuuhhuuuukkkk... Uuuhhhuuukkkk…”Anna lanjut memuntahkan darah. Darah yang Anna keluarkan cukup banyak."Annaaaa!! Annaaaaa!!" teriak Alex panik sambil mengguncang badan istrinya. Setelah menyadari bahwa mengguncang tubuh istrinya itu tidak akan menghasilkan apapun, Alex meluruskan kembali niatnya untuk menuju istana. Anna harus segera mendapatkan perawatan.“Arrrggghhhh! Jalaaaannnnnn!!!” seru Alex memberi perintah pada kudanya.Alex yang panik itu melaju lebih cepat daripada tadi. Dia benar-benar berharap memiliki kemampuan untuk terbang agar bisa tiba di istana lebih cepat. Di belakang, Coutern dan Julie dengan sekuat tenaga mengikuti jejak raja mereka yang sudah melaju di luar batas normal.***“Raayyy… Raymooonnndddd!!!” teriak Alex kesetanan begitu sampai di ruang peraw
Setelah hening beberapa saat, akhirnya Alex membuka suara.“Kau memiliki banyak hal, Lex. Banyak nyawa yang harus kau lindungi di sini,” jawab dokter Raymond.Pria itu berusaha menguatkan hati untuk mengeluarkan kalimat tak berperasaan tersebut.“Aku tahu, Ray. Aku tahu itu,” ucap Alex sambil mengacak-acak rambutnya. Dia benar-benar tak bisa menyembunyikan kesedihan dan kegelisahannya.“Istrimu akan sadar dan sembuh, dia akan kembali padamu.”Raymond sangat tahu bahwa selama ini Alex tak pernah tenang. Duka yang ia alami belum usai. Ratu Jasmine yang terbunuh, disusul oleh kepergian raja Chandra belasan tahun kemudian. Hingga saat ini, putri Elena pun belum diketahui keberadaannya.“Apa menjadi raja berarti aku harus kehilangan keluargaku? Aku benar-benar tak meminta untuk terlahir dengan posisi ini.”Raymond diam. Pria itu tak menemukan kalimat yang tepat untuk menghibur sahabat sekalig
"Sssshhhhh... Hhhuufffff..."Saat ditanya oleh dokter Raymond, tiba-tiba dada Anna terasa sakit.Mendengar rintihan Anna, wajah Alex kembali pucat.“Dada…kaki…” jawab Anna pelan. Dada Anna makin sakit saat mengeluarkan suara.“Untuk yang lain, silahkan keluar sebentar. Saya akan memeriksa Yang Mulia Ratu,” ucap dokter Raymond.Terdengar helaan nafas kecewa dari Margareth.“Baik dokter, kami permisi,” kata Julie bersiap untuk keluar.Julie dan Margareth sedikit menunduk tanda pamit kepada Alex. Sedangkan Alex tetap berdiri di sisi Anna, berseberangan dengan tempat Raymond dan kedua asistennya berdiri.Pria yang belum berganti pakaian itu tetap berdiri tegak dan menatap Raymond dengan tajam tanpa suara seperti anak remaja labil yang sedang protes.Raymond pun tidak kalah tajam menatap Alex untuk menyuruhnya keluar."Rasanya aku bisa mendengar ‘aku tak akan