Anna ketahuan Ratih. Ratih memanggil semua penjaga di rumahnya untuk menangkap Anna. Ia sendiri juga ikut mengejar Anna dengan kaki telanjang. Tak peduli jika kakinya harus kotor atau terluka, sumber hartanya itu tak boleh lepas!
Anna berlari sekuat yang dia bisa untuk keluar. Dia sudah bersiap untuk memanjat jika sudah tiba di gerbang. Namun, sayang sekali Anna tertangkap saat bersiap untuk memanjat.
“Kamu akan tetap disini sampai hari pernikahan kamu tiba,” kata Ratih sambil mendorong Anna.
Anna ditempatkan di gudang bawah tanah tanpa jendela bersama tumpukan barang-barang tak terpakai. Tempat ini memang selalu bersih karena sengaja diisi barang-barang bekas yang masih bisa dijual dengan harga tinggi. Jika Anna bukan sumber investasinya, Ratih tidak akan menempatkan Anna di gudang yang memang rutin dibersihkan ini.
Apabila ingin ke toilet, penjaga di depan gudang akan mengantar Anna. Untuk makanan, penjaga juga akan membuka pintu sebentar untuk meletakkan makanan dan mengambil piring kosong Anna.
Ransel berisi pakaian dan dokumen, ponsel, serta ATM semua disita oleh Ratih. Anna benar-benar tak punya apa-apa lagi sebagai pegangan. Seandainya masih memaksa untuk kabur, ia tak yakin bisa bertahan di luar sana. Menyadari betapa tak berdaya nya dia, Anna benar-benar frustasi dan hanya bisa menangis.
***
“Non… Ayo saya bantu buat siap-siap, non Anna harus mandi sama dandan yang cantik,” kata bi Imah lembut saat pintu gudang dibuka.
Hari ini adalah hari pernikahan Anna. Gaun yang Anna kenakan cantik sekali, benar-benar sesuai dengan yang ia impikan. Anna kembali menangis.
“Kak Anna, jangan nangis ya kak. Aku bingung kak, nanti hasil riasannya tidak bagus,” ujar juru rias yang sedang mendandaninya. Wanita itu panik sekali melihat Anna tiba-tiba menangis. Sang juru rias kemudian mengambil tisu untuk menghapus air mata Anna dan berusaha membuat Anna tenang.
“Wiidddiiihhh, cantik ya kak pengantin hari ini,” ujar Valencia yang memasuki ruangan dengan angkuh.
“Iya, cantik banget,” sahut Tommy sinis.
“Akhirnya pergi juga kamu dari rumah ini,” lanjut Tommy dengan senyum lebarnya. Terlihat sekali bahwa Tommy amat gembira atas kepergian Anna.
Valencia kemudian berjalan mendekat ke meja rias dimana Anna sedang duduk. Ia mendekatkan wajahnya ke sebelah wajah Anna.
“Mau dilihat dari sudut mana pun, aku jauh lebih cantik daripada kamu. Alex pasti berhasil aku dapatkan hari ini.”
Valencia sudah menyukai Alexander sejak lama, bisa disebut cinta pandangan pertama. Terakhir ke rumah kami, Alex masih berumur 17 tahun. Setelah itu, baik Alex maupun Chandra sudah tak pernah lagi terlihat di rumah mereka. Valencia tentu saja merengek untuk bertemu Alex. Hanya saja, Alex belajar di London setelah itu, ia berkuliah di Oxford dan menetap di Singapura setelah lulus. Alexander tak memiliki waktu untuk ke Indonesia.
Valencia tambah membenci Anna karena Anna lah yang selalu diminta untuk menemani Alex. Valencia berasumsi Alex tak ingin berbincang dengannya karena Anna sudah menceritakan hal buruk tentangnya pada Alex. Sesungguhnya, Anna sendiri tak mengetahui apa alasan Alex enggan berbincang dengan Valencia. Alex selalu menolak ajakan Anna untuk bermain atau sekadar mengobrol bersama kedua kakaknya. Saat ditanya, Alex tak pernah ingin menjawabnya.
“Dulu dia udah ganteng, pasti sekarang tambah ganteng. Memang ya cuma aku yang cocok bersanding sama Alex. Udah ahh, keluar yuk kak. Byeee…”
Setelah mengucapkan itu, Valencia masih sempat memeriksa pakaian dan merapikan rambutnya di cermin. Gadis itu ingin terlihat sempurna di depan Alexander nanti. Tak mungkin Alex tidak menghadiri pernikahan ayah dan teman kecilnya.
Setelah mereka keluar, Anna memiliki tekad baru. Ia bertekad untuk membuat perjanjian dengan Chandra dan Alex. Tentu saja perjanjian itu untuk membuat keluarga ini menderita. Dari dalam hati, ia yakin Chandra dan Alex dapat diajak bekerja sama. Meskipun kenyataan untuk mengabdikan tubuh pada Chandra tidak berubah. Anna merasa itu sudah lebih baik daripada harus melihat senyum bahagia keluarga ini. Padahal Anna juga bagian dari keluarga, tapi mereka tak memiliki rasa sayang terhadapnya. Sekalian saja ia hancurkan.
Segera Anna menghapus sisa-sisa air matanya.
“Kak, ayo cepat riasnya. Tolong bikin yang cantik.”
Sang juru rias hanya mengangguk dan lanjut mendandani Anna. Meski belum pulih dari perasaan kaget usai menyaksikan drama keluarga yang baru saja terjadi, juru rias tetap mencoba untuk kembali fokus.
Pemberkatan pernikahan Anna dan Chandra dilaksanakan di Gereja yang tak begitu jauh dari rumah keluarga Sanjaya. Tidak ada resepsi dan hanya dihadiri oleh keluarga inti. Pernikahan yang sangat tertutup. Begitu turun dari mobil dan berjalan di altar, Anna menyadari bahwa dari pihak keluarga Chandra, Alex tidak hadir. Tidak ada wajah yang ia kenali dari pihak Chandra, kecuali Robert, ajudan Chandra.
“Saya serahkan Anna ke kamu Chandra,” kata Sanjaya sambil menyerahkan tangan Anna ke Chandra.
“Terima kasih,” jawab Chandra datar.
Proses pemberkatan dan tanda tangan surat-surat pernikahan berjalan lancar. Usai mengucap sumpah, Chandra mengecup bibir Anna. Masih besar sekali rasa tidak rela Anna menyerahkan bibirnya pada Chandra.
Sekarang sudah malam, Anna sudah berada di kamar Chandra dengan dua penjaga di depan pintu. Anna yang sudah mandi dengan wewangian, serta memakai baju menggoda itu pun sangat gugup. Entah sudah berapa kali ia mengelilingi kamar luas ini. Kamar ini sungguh membuatnya terpesona. Dinding cat abu-abu, tempat tidur king size mewah, lemari besar, cermin full body, meja dan kursi kecil, televisi, serta kulkas mini. Persis kamar impian Anna. Di rumah keluarga Sanjaya, Anna tak bisa mendekorasi kamarnya. Ia selalu mendapat perabotan bekas Valencia. Sebagai contoh adalah lemari. Jika kakaknya bosan dengan lemari yang ia miliki, ia akan meletakkannya di kamar Anna. Anna tak diizinkan untuk meletakkan lemarinya di gudang karena Valencia ingin lemarinya tetap terawat, hanya agar ia menginginkan lemari itu kembali, ia dapat mengambilnya sesuka hati.
Tak hanya lemari, berlaku untuk seluruh perabotan kamar baik itu meja, kursi, lampu tidur dan lainnya. Anna tak bisa menolak, Ratih dan Sanjaya mengizinkan Valencia melakukan itu.
Anna kembali berdiri depan cermin. Anna tak diizinkan membawa barang-barang pribadinya oleh Ratih, sehingga ia harus mengenakan pakaian yang disediakan oleh asisten rumah tangga Chandra. Anna hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali dengar kasar. Lingerie yang ia pakai sungguh memancing hasrat. Berwarna hitam, pendek serta tembus pandang. Ia ingin mengganti pakaiannya, namun saat membuka lemari, tak ada apapun didalamnya.
Namun Anna tak terlalu memusingkan itu karena ada selimut, ia bisa menutup dirinya dengan itu. Perjanjian, hal ini yang membuat otaknya bekerja keras. Anna berencana untuk membahas perjanjian sebelum malam pertamanya. Akankah perjanjian yang ia tawarkan disetujui oleh Chandra? Anna sudah bertekad harus berhasil.
Tak lama, terdengar suara kaki mendekat ke arah kamarnya. Anna segera berlari ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Saat pintu terbuka, bukan sosok Chandra yang ia lihat.
“Alex? Kenapa kau disini?”
Alexander yang mengenakan baju tidur dan telanjang dada itu, baru saja selesai mandi. Pria itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju tempat tidur. Alex terlihat sangat tenang, tak terlihat rasa bersalah dari wajahnya karena sudah memasuki kamar pengantin sang ayah dan istri baru.“Mau ketemu istri, Na. Apa aku tidak boleh bertemu istriku?”“Istri? Siapa istrimu?” tanya Anna heran. Sekarang, Anna benar-benar berada di sudut tempat tidur dengan terbungkus selimut.“Kamu istriku, Na. Bukan istri ayah,” jawab Alex tenang. Pria itu sudah duduk di tempat tidur, agak jauh dari Anna. Ia tahu Anna pasti takut padanya.“Aku akan jelaskan sekarang. Tapi kau benar-benar harus janji untuk tidak berteriak.”Anna masih diam, dia hanya mengangguk.“Pertama, kamu harus percaya bahwa sihir itu ada.”“Apa maksudmu Lex?”Alex pun langsung mengusap wajahnya dari kanan ke kiri menggunakan tangan kanan. Anna terkejut dengan apa yang ada didepannya sekarang. Itu Chandra! Alex ber
Tok..tok..tok..Anna yang baru tidur pukul 05:00 pagi itu dibangunkan oleh suara ketukan pintu.“Hmmm… siapa?” tanya Anna dengan suara yang masih serak.“Ini saya nyonya, saya datang membawakan nyonya baju. Terus tuan juga mengajak nyonya sarapan bersama,” ujar asisten rumah tangga yang Anna belum tahu namanya.“Ya sudah, masuk saja bi.”Wanita paruh baya itu pun masuk ke dalam kamar Anna dan membantunya berdiri. Anna dibawa ke kamar mandi dan dibiarkan untuk bersiap-siap sendiri. Menunggu Anna selesai mandi, wanita yang tak muda lagi itu merapikan tempat tidur dan menyiapkan keperluan Anna seperti sisir, jepit rambut, aksesoris, skincare dan alat make-up.“Ohh iya bi, saya belum tahu nama bibi kemarin,” kata Anna yang baru saja selesai mandi. Pakaian gadis itu sudah berganti dan dengan santai mengeringkan rambut menggunakan handuk.“Saya Sri, nyonya. Panggil saja mbak Sri, biasanya tuan panggil saya begitu.”Anna hanya tersenyum.“Iya mbak Sri, terima kasih ya sudah siapkan keperluan
Pagi ini, Anna, Alex dan Robert sudah bersiap untuk berangkat menuju kerajaan naga laut. Seperti yang sudah Alex sampaikan, begitu tiba, mereka akan langsung merias diri dan bersumpah setia di hadapan Dewi Exi. Berdasarkan penjelasan Alex, Dewi Exi adalah Dewi yang memberkati dan menjaga bangsa naga laut.Begitu sampai, Anna takjub dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Persis seperti istana fantasi yang tergambar dalam cerita fiksi. Rumah luas dengan interior klasik, banyak ruang serta banyak pelayan yang menyambut kedatangan mereka. Kastil ini masih di darat, pinggir pantai lebih tepatnya. Sebelumnya, Anna berpikir bahwa kerajaan naga laut ini akan berada jauh di dalam laut. Anna yang heran pusing iseng bertanya pada Alex."Karena tempat tinggalmu di darat, apa itu berarti kau tak bisa bernafas dalam air?" bisik Anna."Pertanyaan macam apa itu, tentu aku bisa."“Selamat datang Yang Mulia…” ucap para dayang dan pelayan serempak, membuat Anna tak lagi melanjutkan pecakapannya deng
Anna merasa haus. Akan tetapi, badannya juga tidak mengizinkan Anna beranjak dari tempat tidur. Kasur ini seolah memiliki magnet, Anna benar-benar di posisi yang sangat nyaman dengan bantal guling dalam pelukannya. Meski fisiknya nyaman dan tenang, suasana hati Anna seperti petasan yang meledak-ledak. Ia terus terngiang-ngiang sentuhan bibir Alex yang lembut. Anna benar-benar ingin berteriak sekarang juga, ia senang sekaligus gugup, bagaimana ia harus bersikap di depan Alex.Usai pemberkatan pernikahan dan penobatan, mereka mengadakan perjamuan untuk para rakyat dan baru saja selesai sekitar setengah jam lalu. Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sepanjang perjamuan, mereka berdua tak memiliki kesempatan untuk berbincang. Para pekerja istana dan rakyat selalu mengajak mereka untuk berinteraksi nyaris tanpa henti. Meski lelah, Anna bahagia pernikahannya mendapat berkat dari banyak orang. Ia tak berhenti untuk tersenyum.“Lex, boleh minta tolong ambilkan air putih?” tanya Anna
Alex diam, ia tak menanggapi kalimat Anna. Alex menduga istrinya sedang manja dan ingin mendengar kalimat-kalimat gombal. Jika kondisi Anna diterjemahkan ke dalam bahasa anak-anak kekinian Jakarta, tipe bahasa cinta atau yang lebih dikenal sebagai ‘love languange’ Anna adalah ‘Words of Affirmation’. Alex merasa bahwa ia tak perlu lagi mengulanginya. Sebelum menikah, ia sudah mengutarakan bahwa tak ingin Anna berada dalam bahaya sehingga bersedia ditolak. Alexander tetap berpendirian bahwa 'bertindak' adalah bukti cinta yang sempurna, ia tak suka jika harus banyak bicara, terutama mengulang kalimat yang sudah pernah ia katakan.Alex pun hanya membenamkan kepalanya di pundak Anna dalam keadaan masih menindih istrinya. Tak hanya itu, Alex juga meletakkan tangan Anna dikepalanya untuk diusap-usap. Melihat tingkah manja suaminya, pipi Anna seketika membentuk gelembung tanda merajuk.“Karena kau tak menjawab pertanyaanku, aku tak mengizinkanmu untuk mencium dan melakukan hubungan suami-istr
“Iii…ini… benar bayi Yang Mulia,” ucap seorang wanita paruh baya ketakutan berhadapan dengan Alex. Mendengar kabar mengejutkan tadi, Alex dan Anna langsung menuju tempat wanita yang Diego maksud berada. Di sinilah mereka, ruang kerja Alex. Ruangan luas serba coklat dengan satu meja, kursi dan dua sofa. Anna langsung menatap Alex sinis seolah meminta penjelasan apa maksud dari semua ini. Alex pun memegang tangan Anna, malangnya, langsung mendapat penolakan dari wanita itu. “Kau sudah siap menerima hukumanmu kan wanita tua?” tanya Alex tenang. “Aaa… Apa maksud Yang Mulia? Anak perempuan ini benar adalah darah daging Yang Mulia,” jawab wanita itu dengan tangan gemetar. Keringat dingin bahkan membanjiri wajah dan lehernya. Bayi yang tidur tentram di pelukan wanita itu pun ikut terguncang. “Dia bukan anakku. Aku tak pernah berhubungan dengan wanita selain istriku. Jelas sekali kau berbohong. Sekarang ceritakan padaku yang sebenarnya. Siapa bayi ini dan mengapa kau menyebutnya sebagai
Di tempat tidur, Anna terlihat sedang tidur pulas. Alex hanya ingin memandang istrinya dan berniat tidur di ruangan lain hari ini. Alex khawatir Anna masih belum siap bertemu dengannya.“Mengapa kau hanya diam di sana seperti orang bodoh?” tanya Anna.Anna yang semula berbaring dengan posisi miring, beranjak untuk duduk. Di tengah cahaya malam yang masuk ke kamar melalui jendela besar kamar mereka, Anna duduk di tempat tidur dengan selimut menutupi kakinya. Wajahnya pun terlihat lelah.“Kau berantakan sekali, mandilah dulu. Setelah itu, baru kita bicara,” kata Anna memandang suaminya yang masih berdiri di depan pintu.“Aku mandi dulu,” jawab Alex pelan dan melangkah keluar kamar.Begitu suara langkah kaki Alex menjauh, rasa tegang Anna baru menghilang. Anna masih sangat takut dengan kejadian tadi siang.Anna sudah sering melihat para pria dan wanita muda berhalusinasi akibat pengaruh narkoba hingga overdosis. Tak berhenti di sana, Anna juga sering berinteraksi dengan rentenir, preman,
“Masih belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Suatu hari, bangsa duyung mulai menawarkan kerja sama untuk menghancurkan dunia manusia pada ketiga kerajaan lainnya. Akan tetapi, semua itu ditolak karena bertentangan dengan keinginan para dewa-dewi pencipta. Sehari setelah penawaran kerja sama berlangsung, titah dewa turun pada orang terpilih di masing-masing kerajaan. Semua isinya sama, tak boleh memulai perang untuk menghancurkan manusia,” jelas Theo panjang lebar. Pria itu kini sudah berdiri di samping Julie, tepatnya di samping kanan depan kursi Anna. “Hanya dengan penawaran kerja sama, mengapa mereka harus dijadikan musuh?” tanya Anna dengan kedua alis yang sudah berkerut. Theo dan Julie menghembuskan nafas kasar bersamaan, sementara Diego hanya bergeming. Anna tentu kebingungan melihat tingkah mereka. “Setelah penawaran ditolak, mereka menyerang semua kerajaan. Mereka tak begitu kuat dulu. Akan tetapi, mereka berhasil mencuri buku sihir terlarang d