Share

Pengantin sang Raja Naga
Pengantin sang Raja Naga
Penulis: Fortunata

Bab 1

“Sayang, besok Joanna sudah berusia 21 tahun. Dia juga sudah lulus kuliah. Berarti sudah saatnya kan?” tanya Ratih pada suaminya, Sanjaya.

“Kamu benar Ratih. Aku akan atur pertemuan dengan Chandra besok.”

Ratih hanya tersenyum puas. Akhirnya, ia tak akan melihat wajah Joanna lagi. Jika Joanna bisa pergi sekarang juga, Ratih akan rela membantu Joanna untuk mengemasi barang-barangnya. Bahkan apabila Joanna hanya memerintah tanpa membantu, Ratih akan dengan senang hati menjadi pembantu gadis itu sehari.

“Besok sore, Chandra akan kemari, pemberkatan penikahan Chandra dan Anna akan dilaksanakan lusa. Untuk dokumen-dokumen lain juga akan diurus oleh pihak mereka. Akan tetapi, agak disayangkan kita harus kehilangan Anna.”

“Apa yang perlu kau sayangkan? Perjanjian ini sudah kita sepakati saat Anna berusia tujuh tahun. Jika tidak dipenuhi, kita akan ditendang ke jalanan sekarang juga oleh Chandra.”

“Aku tahu itu Ratih, Chandra mau mendukung kita besar-besaran dengan Anna sebagai imbalannya. Tapi, kamu tidak lupa kan kalau Anna anak yang pandai? Beberapa bisnis besar kita, Anna yang mengurusnya hingga menghasilkan keuntungan yang besar pula. Tommy saja masih kalah jauh dengan Anna.”

Sanjaya menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Anna adalah maskot keberuntungan bagi Sanjaya. Saat dia kesulitan, Chandra mau menopang bisnisnya dengan jumlah modal fantastis karena Anna. Tak hanya itu, Anna selalu membuatnya berdiri dengan bangga dimana pun ia berada. Di sekolah cerdas, pandai berbisnis dari usia yang bahkan belum menyentuh 18 tahun, serta penurut. Sungguh tidak bisa dibandingkan dengan dua anak kandungnya sendiri.

Namun, dia tetap harus merelakan Joanna. Jika tidak, Chandra akan menarik seluruh investasinya dan menyebabkan guncangan dahsyat untuk perekonomian keluarga Sanjaya.

“Ada Tommy dan Valencia, anak-anak kita yang akan meneruskan semua ini. Anak-anak kita pasti akan lebih hebat dari Anna. Sudahlah, Anna juga bukan anak kita, sudah saatnya dia membayar hutang budi pada kita yang sudah memberi dia tempat tinggal dan makanan,” kata Ratih kesal.

Suaminya itu selalu membela Anna, sehingga Tommy dan Valencia menganggap Sanjaya pilih kasih. Sikap Sanjaya yang selalu membanding-bandingkan itu membuat Ratih makin membenci Anna. Apabila Sanjaya sedang tak berada di rumah, Ratih dan kedua anaknya akan membuat Anna kesulitan.

‘Brrruuukkk…’

Terdengar suara dari luar ruang kerja Sanjaya. Sepasang suami istri itu segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.

“Hiikksss… Pa..Ma.. Aku nggak mau menikah sama om Chandra, aku masih terlalu muda untuk menikah,” isak Anna yang terduduk di depan pintu. Joanna telah mendengar seluruh percakapan Ratih dan Sanjaya.

Ratih hanya diam, sama sekali tak berniat membantu Anna untuk berdiri.

“Ayo nak, bangun dulu, kita bicarakan ini di dalam,” kata Sanjaya seraya membantu Anna untuk berdiri.

Sanjaya mengambil sekotak tisu untuk Anna. Air mata dan ingus membanjiri wajah cantik Anna yang sudah dirawat Ratih dengan susah payah.

“Anna..hikkss..Anna.. tidak mau pa. Anna benar-benar tak ingin menikah dengan om Chandra. Dia sudah sangat tua, Anna tidak mau,” pinta Anna pada Sanjaya.

Joanna tidak asing dengan Chandra. Chandra adalah rekan bisnis Sanjaya. Meskipun sudah tua, Chandra termasuk tampan serta lembut dalam bertutur kata. Dulu, Chandra sering datang ke rumah mereka untuk berbicang dengan Sanjaya. Setelah menyapa sebentar, Anna akan diminta untuk menemani Alexander (anak Chandra) bermain. Anna tak menyangka sama sekali bahwa Chandra menargetkannya untuk menjadi ibu tiri Alex.

Menikah berarti harus menjalankan kewajiban sebagai istri, termasuk berhubungan badan. Membayangkan tubuhnya akan dipegang oleh om-om tua dan tidak ia cintai, Anna benar-benar tidak sudi.

“Tidak bisa Anna, kamu harus menikah dengan Chandra, itu adalah perjanjian yang sudah tidak bisa ditawar lagi. Jika tidak dipenuhi, kita semua akan menjadi gelandangan,” kata Ratih tegas.

“Anna tidak keberatan jika harus melepas semua kekayaan ini, kita masih bisa cari uang lagi. Anna benar-benar tidak ingin menikah dengan om Chandra ma, tolong…”

‘Plaaaakkkk’

Tamparan Ratih mendarat di pipi Anna, kencang sekali.

“Kau ingin menjadikan kami gelandangan? Kurang ajar sekali kamu, dasar anak tidak tahu diuntung. Sudah diberi tempat tinggal, makanan dan pendidikan. Tidak tahu terima kasih!” bentak Ratih.

Joanna tak berani berkomentar lagi, ia memelas ke Sanjaya, berharap Sanjaya akan membelanya. Joanna tahu bahwa di rumah ini, hanya Sanjaya yang menyayanginya. Ratih dan kedua kakaknya amat membencinya.

“Papa kecewa sama kamu Anna, tega sekali kamu berbicara seperti itu. Papa, mama dan kedua kakakmu tidak ingin jatuh miskin. Kamu harus menikah dengan Chandra sebagai balas budi terhadap kami. Seperti yang sudah kamu dengar tadi, kamu bukan anak kandung kami. Lebih tepatnya, kamu keponakanku, anak yang ditinggalkan kakak di depan pintu rumah sebelum dia meninggal.”

“Tapi..tapi.. aku juga berguna pa, aku bisa menghasilkan uang. Perusahaan-perusahaan yang aku urus sukses pa, papa benar-benar akan merelakanku?”

Air mata Anna kembali jatuh. Sekarang ia mengerti kenapa Ratih dan kedua kakak sangat membencinya, ia adalah eksistensi yang tidak seharusnya ada dalam keluarga ini. Sesayang apapun Sanjaya padanya, hanyalah sebatas alat transaksi dan pekerja yang berguna.

“Keuntungan yang kamu hasilkan masih sangat jauh dibandingkan dengan penawaran Chandra. Jika kalian menikah, Chandra berjanji akan selalu membantu keluarga kita selama dua puluh tahun ke depan dan memberikan satu tambang emas miliknya. Kau tidak lupa kan bahwa Chandra ini sangat kaya?”

Anna tak bisa berbicara apa-apa lagi, Chandra sangat mengingingkan dirinya sehingga memberikan penawaran yang sangat luar biasa. Tak hanya bantuan di masa lalu, masa depan keluarga ini juga amat terjamin dengan mengorbankan Anna seorang.

“Sekarang kamu masuk kamar, lusa kamu akan dijemput dan menikah. Persiapkan diri kamu, papa tidak mau melihat wajah bengkakmu di hari yang bahagia.”

Joanna yang sudah masuk kamar terus menangis meratapi nasibnya. Namun, ia tak ingin menyerah. Anna memiliki uang yang cukup di rekening pribadinya dan juga cukup pintar serta telah menjadi sarjana pula. Keluar dari sini, hidupnya masih aman 2-3 tahun ke depan tanpa bekerja.

Anna segera bangun dari tempat tidurnya, mengemasi beberapa helai pakaian dan dokumen penting seperti KTP, SIM, buku tabungan dan paspor. ATM pribadi dan ponsel tentu saja tak boleh tertinggal. Bawaannya harus sedikit agar ia dapat berlari dengan mudah. Selesai berkemas, Anna bergegas keluar.

“Sial!” umpat Anna.

Ternyata, pintu kamarnya terkunci. Sepertinya Ratih dan Sanjaya sudah memperkirakan hal ini. Satu-satunya jalan untuk kabur adalah balkon kamar. Tapi, ini lantai dua. Anna kembali memaksa otaknya untuk bekerja. Akhirnya, ia mengikat semua selimut dan bed cover yang ada di kamarnya.

“Semoga sampai ke bawah…Semoga sampai ke bawah…Semoga sampai ke bawah…”

Anna terus berdoa dan berucap agar yang dikerjakannya ini tidak sia-sia.

“Yeeeessss, sampai…”

Tuhan mendengar doanya. Selimut dan bed cover ini pas menyentuh tanah. Dengan cepat Anna menuruni balkon kamarnya.

“Huuwwaaaa, nyaris jatuh. Untung saja aku bisa sampai ke bawah sebelum ikatan ini putus. Syukurlah.”

Jantung Anna belum bisa beristirahat. Belum selesai rasa tegangnya akibat hampir terjatuh tadi, ia baru sadar bahwa ini masih dini hari. Rumah dan halaman depannya masih gelap. Tetapi, ia tetap menguatkan hati, ini masih lebih baik daripada harus menikah dan menyerahkan tubuhnya pada Chandra.

Anna yang memilih sepatu paling kuat dan ringan itu sebisa mungkin berlari tanpa mengeluarkan suara.

“Aannnnaaaaaa!!! Mau kemana kamu?” teriak Ratih dari teras.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status