Alexa menoleh ke Barnett dengan senyuman miring dan berdesis sekaligus menggeleng pelan ketika dia melontarkan pertanyaan yang seolah-olah tidak terjadi sesuatu kepadanya. Sampai kapan dia tidak berkata jujur dan apa adanya.Ia merasa tidak tahan dengan sikap Barnett yang semakin hari, semakin tidak terkendalikan sampai membela wanita lain. Apa yang ada dalam pikirannya hingga tidak percaya dengannya?“Apa yang kamu lakukan di luar pulau selama beberapa hari? Dengan siapa kamu di sana?”“Aku jelas berlibur lah dan seorang diri saja.” Barnett menjawab dengan nada tinggi.“Bohong,” balas Alexa menekan sambil melotot.“Apa maksudmu? Aku tidak bohong.”“Waktu kamu berlibur di luar pulau, seorang wanita menghubungiku bahwa dia bersenang-senang denganmu sampai tidur denganmu. Dia juga mengatakan bahwa akan mengambil darimu, tapi wanita itu tidak menyebutkan identitasnya. Selain itu, aku memeriksa di maskapai dengan pemesanan tiket pesawat pergi pulang berjumlah dua orang atas nama kamu.”Al
“Hmm? Aku biasanya juga tersenyum,” jawab Barnett yang mengempiskan senyumannya ketika semua orang menoleh ke arahnya.Alexa tersenyum tipis saat melihat Barnett yang menyiutkan senyumannya saat ketahuan adiknya sedang tersenyum. Dia memang jarang tersenyum selama mengenalnya. Bahkan, Helena yang notabenenya adalah sudah lama bersamanya sampai berkata demikian.Ia tidak terlalu memusingkan apa yang terjadi padanya dan apa yang pernah dilakukan sekaligus kebiasannya. Namun, tanpa diminta, informasi tentang dirinya terbuka mulai hal yang tidak pernah dilakukan olehnya.Alexa berangkat ke kantor bersama Barnett. Dua hari berangkat bersama meskipun dalam keadaan terpaksa karena tidak ingin membuat mertuanya curiga kepadanya.“Besok masakin aku sayur kangkung dan kare ayam,” kata Barnett yang membuyarkan keheningan di dalam mobil.Bola mata terbelalak saat dia memintanya masak makanan kesukaannya. Alexa menoleh dengan mengangkat kedua alisnya dan menatap lamat tanpa mengucapkan satu kata p
“Saat saya wawancara dia sebagai karyawan baru di sini, dia tidak masuk kriteria, tapi karena Pak Kelvin yang memiliki jabatan tinggi setelah Pak Barnett yang meminta saya untuk menerimanya dengan cara meyakinkan saya bahwa dia adalah wanita yang cerdas dan berkompeten di bidang Sekretaris. Namun, kenyataan yang pernah saya ketahui adalah Bu Deana tidak memiliki kemampuan apa pun sampai harus diikutkan kursus tentang Microsoft Office dan Bahasa Inggris oleh Pak Kelvin karena dia adalah kekasihnya.”Alexa terdiam dengan pikiran yang terus berputar tentang mereka. Apakah seorang kekasih sampai melakukan hal banyak kepada seorang wanita yang dicintai dan ingin satu kantor dengannya? Apakah mereka tidak bosan bertemu secara terus menerus? Atau ada hal lain yang menjadi tujuan utama mereka?Ia memijat kening perlahan setelah mengetahui kenyataan Deana yang tidak diterima bekerja di perusahaan ini. Ada hal yang sangat janggal di antara mereka karena Kelvin sampai melakukan hal itu untuk bis
Alexa mengalihkan pandangan ke meja berwarna cokelat muda dengan sebuah kode yang bertuliskan scan di sini untuk mengakses menu. Ia berpikir bahwa ada sesuatu yang direncanakan oleh mereka berdua dan berasal dari masa lalu ayahnya yang tidak diketahui olehnya.Namun, satu sisi berpikir semua itu tampak aneh karena saat usia dia yang sudah cukup mengetahui hal yang seharusnya diketahui. Banyak spekulasi yang bersarang di kepala tentang sebab akibat yang terpaksa atau sengaja dilakukan olehnya.“Saat Papa membeli perusahaan ayah Kelvin, apakah Kelvin mengetahui hal tersebut atau belum disampaikan oleh ayahnya?” tanya Alexa dengan intonasi penekanan.“Aku kurang tahu, Mbak, tapi sepertinya belum diberitahu oleh ayahnya karena saat Om Lindsey dalam keadaan sakaratul maut, aku berada di sana bersama Papa, Mama, Kak Barnett. Om Lindsey tampak ingin menyampaikan sesuatu, tetapi bibir tidak bisa mengatakan satu kata pun hingga napas berhenti dan monitor berbunyi panjang dan menampakkan garis
Dengan hati yang tersayat ketika mendengar suara seksi suaminya bersama wanita lain dan terdengar sangat menikmati. Dada seperti diikat kencang dengan napas yang sulit dikeluarkan.Ia mengambil handphone lalu mencari celah untuk memastikan yang dilakukan oleh Barnett di dalam ruang kerja. Namun, ia tidak memiliki celah untuk merekam aktivitas mereka dan hanya merekam suara yang terdengar.Dua hal itu membuat Alexa bimbang dan ragu. Sontak, hitungan detik muncul cara lain untuk membuktikan kebenaran di dalam ruang kerja. Ia menoleh ke serong kiri belakang untuk memastikan posisi kamera pengawas menghadap ruangannya dan ternyata, posisi kamera pengawas tepat berada depan pintu ruangan sehingga bisa merekam siapa pun yang masuk dan keluar.Alexa merekam suara Barnett dan perempuan yang menikmati setiap sentuhan selama lima belas menit. Setelah itu, ia mendengar percakapan intim yang terdengar lesu dan lelah dengan membahas pernikahan.“Sayang, bagaimana kalau istrimu tahu kalau kita suda
Barnett meletakkan gelas di meja dengan kasar sampai berbunyi dan membuatnya terkejut. Dia mendekatinya dengan santai sambil tersenyum miring lalu memegang dagunya.“Kenapa kamu tanya kepadaku? Di mana belanjaanmu? Kamu baru pulang dan tidak belanja?”Alexa menangkis tangan kekarnya sembari menatap tajam lalu tersenyum miring dan berdesis. Barnett seakan suami yang siap siaga dan memerhatikan istri ketika bertanyaan tentang belanjaan.“Kamu tanya di mana belanjaanku?”“Iya. Aku minta kamu untuk dimasakkan besok dengan menu yang kuinginkan.”Alexa tertawa. “Wah, maaf, aku bukan pembantu yang punya tenaga lebih untuk mengurusimu. Aku tahu itu kewajibanku, tapi apakah kamu pernah menjalankan tugas dan kewajibanmu sebagai suami?”Barnett terdiam sembari menatap istrinya yang melotot setelah melontarkan pertanyaan tentang tugas dan kewajibannya. Dia memang tidak pernah menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami, bahkan melindunginya pun tidak pernah.Hanya sentuhan pertama kali lalu dit
“Agar kamu bisa fokus bekerja, Alexa. Biar Mama atau Ibu kamu yang datang ke rumah.”“Pa, merawat Barnett adalah tugas Alexa. Jangan membuat Mama atau ibu kepikiran, ya. Kasihan mereka karena Mama dan Ibu sudah lama merawat Alexa dan Barnett. Jadi, aku tidak mau merepotkan.”Papa Reynard terdiam sambil menghela napas panjang dan tampak memikirkan yang dibicarakan oleh Alexa. Ada benarnya dari semua ucapannya karena mereka sudah suami istri dan menjadi tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahannya.“Baiklah. Mama dan Papa tidak salah memilihmu sebagai istri Barnett karena kamu sangat sabar dalam menghadapi pria yang belum selesai dengan masa lalunya, keras kepala dan acuh tak acuh. Helena saja tidak bisa sesabar kamu, tapi kamu sabar banget meskipun dia sering dingin kepadamu. Jangan heran kalau Papa tahu yang kamu alami dan perbuatan Barnett kepadamu. Papa menunggu waktu untuk menyelesaikan masalahnya.”“Masalah dia acuh tak acuh dan yang lain, serahkan kepada Alexa, ya
“Pak Barnett sedang tidak enak badan semalam. Kemungkinan besok atau lusa baru masuk kerja.”“Baik, Bu. Saya mau minta tanda tangan untuk kepentingan kuliah.”Alexa sibuk di depan monitor untuk mencetak laporan keuangan yang telah dibuat olehnya semalam lalu menoleh ke berbagai arah dalam ruangannya untuk memastikan tidak ada orang selain mereka.“Kepentingan kuliah? Mendesak?”“Sebenarnya terakhir besok pagi, Bu untuk meminta izin melakukan penelitian di sini.”“Saya bawa pulang ke rumah dan besok pagi saya berikan ke kamu.”“Beneran, Bu? Tidak apa-apa?”“Jangan bocor ke siapa pun karena kamu mendesak. Jadi, saya usahakan dan bilang ke Barnett.”“Baik, Bu. Terima kasih.”Rekan kerja tersenyum lebar lalu memberikan sebuah dokumen yang cukup tebal lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Setelah proses mencetak laporan keuangan selesai, ia merapikan dokumen dan diberi klip lalu pamit kepada rekan kerjanya.“Kamu tidak makan siang?”“Maaf, Bu lagi puasa.”“Eh, Bu Alexa. Mau pergi, Bu?”“Saya ma