Share

Penghianatanmu Ku Bayar Lunas
Penghianatanmu Ku Bayar Lunas
Author: Bintang hanad

Bab 1. Permulaan

"Siapa dia, Mas? Kenapa kamu membawa perempuan hamil ini kerumah kita?" Tanya Kaila menilik penuh curiga pada sang suami.

"Kamu tenang dulu, ya! Aku akan jelaskan semuanya di dalam. Sekarang kita masuk dan duduk dulu, yuk!" Ajak Andika pada istrinya, lalu menggandeng tangan perempuan yang sudah membuka pintu untuknya itu.

Kaila menurut saja tanpa menyahut ucapan sang suami. Matanya terus tertuju pada perempuan sexy berambut panjang yang bergelayut manja merangkul tangan Andika yang berdiri di sampingnya. Ketiganya kemudian masuk kedalam dan duduk di sofa ruang tamu. Andika duduk bersebelahan dengan perempuan yang ia bawa sementara Kaila memilih untuk duduk di sofa tunggal seorang diri, manik hitamnya menatap sang suami dan perempuan itu secara bergantian seolah meminta penjelasan. Ada rasa curiga terhadap perempuan hamil yang di bawa oleh sang suami. Namun dengan cepat ia menangkis perasaan curiga tersebut dan langsung bertanya untuk mendapat jawaban pasti dari kecurigaannya.

"Jadi siapa dia, Mas?" Tanya Kaila akhirnya memulai pembicaraan.

"Mmm,.. jadi begini, Beb! Anu,.." ucap Andika Gagap sembari mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung bagaimana caranya menjelaskan pada Kaila.

"Siapa, Mas?" Desak Kaila. " Kenapa kamu seperti kebingungan begitu? Kenapa kamu membawa dia, kesini? Terus, itu kenapa dia berani banget ngerangkul tangan kamu? Kamu juga kok nggak merasa risih, sih?" Imbuhnya lagi sambil menatap rangkulan tangan yang melingkar di lengan suaminya.

Andika yang di tatap dan di curigai seperti itu semakin merasa gugup. Dia bingung mau memulai dari mana agar sang istrinya itu tidak terlalu salah paham.

"Udah, Mas! Biar aku yang jelasin." Ucap perempuan itu. "Kenalin Aku Luna istri Mas Dika," ujarnya sembari mengulurkan tangan pada Kaila dan tersenyum manis.

"Istri?" Tanya Kaila.

"Iya, Aku istrinya Mas Dika. kami baru saja menikah dua minggu yang lalu." Jawab perempuan itu.

"Apa yang di katakan oleh perempuan ini benar, Mas?" Tanya Kaila pada sang suami tanpa menyambut uluran tangan Luna.

Andika masih bungkam, sesekali dia menyugar rambutnya dengan kasar.

"Jawab, Mas!"

"Sebelumnya aku minta maaf sama kamu, Kai! aku tidak bermaksud untuk menghianati kamu, aku khilaf." Ucap Andika sembari mengatup kedua tangannya sejajar wajah. "Benar, Luna adalah istri keduaku. Mas terpaksa harus membawanya kemari dan tinggal di sini karena Luna tidak mungkin tinggal sendirian, mengingat kondisinya yang tengah hamil. Mas takut dia kenapa-kenapa jika harus tinggal sendirian. Tolong kamu terima dia sebagai madu kamu dan izinkan Luna untuk tinggal bersama kita di sini." Jelas Andika dengan wajah tak bersalahnya. "Mas janji, Mas akan berlaku adil untuk kalian berdua."

DEG!

Persekian detik jantung Kaila terasa seperti berhenti berdegup, Bak di sambar petir di tengah malam. Kaila tak pernah menyangka bahwa laki-laki yang sudah menjadi suaminya selama 2 tahun itu tega membawa perempuan lain kedalam rumah tangganya. Bahkan, dengan terangan-terangan sang suami memintanya untuk bisa menerima perempuan tersebut sebagai madunya.

"Ma-maksud kamu apa, Mas?" tanya Kaila memperjelas. Ia berharap apa yang baru saja dia dengar adalah tidak benar.

"Seperti yang Mas bilang, ini Luna. dia istri kedua, Mas! Dia madu kamu dan akan tinggal bersama kita di sini. Sekarang dia hamil, dia hamil anakku." Jelas Andika tanpa memikirkan perasaan istri pertamanya.

Kaila menggeleng dengan cepat.

"Kamu bercanda kan, Mas? Kamu nggak mungkin tega menghianatiku apalagi sampai menikahi perempuan lain. Iya kan, Mas?" Kaila menolak percaya.

"Mas nggak bercanda, Mas serius! Luna adalah istri keduaku." Jawab Andika serius. "Mas minta maaf karena sudah menghianati kamu. Jujur, Mas khilaf. Luna sudah terlanjur hamil dan perutnya sudah mulai membuncit Mau tak mau Mas harus bertanggung jawab dan menikahinya." Ucap Andika sambil menundukkan kepala tanpa berani menatap mata sang istri. Sedikit ada rasa bersalah menjalar di hatinya.

"Terlanjur hamil? Apa itu artinya kamu sudah lama berselingkuh dari aku, Mas?" Seru Kaila dengan nada yang mulai meninggi, rasa marah mulai mengambil alih emosinya.

"Pelankan suara kamu, Kai! Aku ini suamimu, tak sepantasnya kamu meninggikan suara seperti itu!" Bentak Andika. "Kamu mau semua orang dengar?"

Kaila tertawa sumbang mendengar penuturan Sang Suami.

"Kenapa kalau di dengar orang? Kamu malu, Mas? Masih punya urat malu kamu?" Balas Kaila.

"Mas minta maaf karena sudah melukai hati kamu," ucap Andika.

"Tega kamu, Mas! Ini balasan kesetianku selama ini!" Lirih Kaila dengan suara bergetar. Hatinya teramat sakit mendapati kenyataan sang suami membawa pulang perempuan lain bahkan perempuan tersebut tengah hamil dari hubungan yang mereka sembunyikan selama ini.

"Maafin Mas, Kai. Mas, khilaf! Mas, sudah melakukan kesalahan besar. Tapi, Mas harus bertanggung jawab apapun alasannya, karena Luna sedang hamil anak kandungku! Darah dagingku! Kita bisa membesarkannya sama-sama, Kai" Ujar Andika sembari hendak meraih tangan Kaila namun segera di tepis oleh istri pertamanya itu.

"Mas, mohon! Tolong terima Luna jadi madu kamu." pinta Andika. " Kamu tetap akan jadi istri pertamaku! Luna hanya menjadi istri kedua. Mas janji, akan berlaku adil."

"Aku tidak mau, Mas! Silahkan kamu hidup bersama perempuan murahan itu, dan aku minta kamu Ceraikan aku!" Ucap Kaila dengan lantang. dia berusaha tegar walaupun hatinya begitu sakit.

"Enggak! Sampai kapan pun Mas nggak akan pernah menceraikan kamu." Sahut Andika tegas. "Apa susahnya menerima kehadiran Luna di antara kita sih, Kai? Insyaallah Mas akan berusaha adil untuk menafkahi kalian berdua. Tolong kamu mengerti sekali ini saja posisiku! Luna sedang hamil anakku. Nggak mungkin aku lepas tanggunggung jawab begitu saja sama dia." Bujuk Andika lemah lembut.

Setitik air mata lolos dari pelupuknya. Kaila merasakan sakit yang teramat perih atas penghianatan Andika. Ia menatap langit-langit ruang tamu dengan dada yang sesak, sudah terbayang bagaimana nasib rumah tangganya yang akan karam di terpa badai. Setelah menstabilkan perasaannya yang kacau, Kaila kembali menatap sang suami.

"Maaf, Mas! Sampai kapanpun aku nggak akan pernah mau menerima perempuan itu sebagai maduku apalagi tinggal di sini bersamaku!" Geleng Kaila dengan tegas.

"Kai?" Panggil Andika lemah lembut. Tangan Luna yang sejak tadi bertaut di lengannya ia hempas begitu saja, kemudian ia berpindah duduk kedekat sang istri. Di genggam eratnya tangan putih milik perempuan yang telah menjadi istrinya selama dua tahun itu.

"Maaf, karena Mas sudah melukai hati kamu, Kai!" Ucap Andika dengan sedikit penyesalan. "Mas nggak punya pilihan lain, Mas harus bertanggung jawab pada Luna. Tolong kamu terima dia, ya? Mas janji akan berbuat adil untuk kalian," Bujuknya lagi.

"Apa? Adil kamu bilang?" Teriak Kaila, kini Amarahnya mulai menjalar keubun-ubun. "Kamu menikah tanpa persetujuan aku saja, itu sudah bentuk ketidakadilan kamu yang pertama. Bagaimana dengan hari-hari selanjutnya?" Tanya kaila.

Andika tertunduk. Awalnya dia mengira bahwa dengan membawa istri keduanya yang tengah hamil akan memudahkan caranya agar Kaila bisa menerima Istri keduanya tersebut. Namun, Siapa sangka, Kaila yang lemah lembut, penurut dan tak pernah meninggikan suara malah berubah hari ini.

"Keluar kamu dari rumahku, Mas! Bawa juga gundikmu itu dari sini aku tak sudi melihatnya. Keluar kalian dari sini! Keluar!" Usir Kaila dengan penuh emosi.

"Jangan keterlaluan kamu, Kai!" Bentak Andika yang merasa harga dirinya di rendahkan oleh Kaila di depan istri barunya. "Ini juga rumahku, aku ini suami sah kamu!" Ujar Andika yang tak terima di usir oleh Kaila.

Kaila kembali hendak menyahut, namun tiba-tiba Luna ikut menyudutkan. "Jangan nggak tahu malu begitu dong, Mba! Rumah ini tu rumah Mas Dika, masa iya sih pemiliknya di suruh keluar sama yang cuma tinggal menumpang. Sadar diri dong!" Cibir Luna sinis.

"Jangan ikut campur, kamu itu cuma orang asing di sini! Tidak ada yang menanyai pendapatmu ataupun mengajakmu bicara, jadi jaga sopan santun anda!" balas Kaila tak kalah sinis.

"Aku ini juga istri Mas Dika bukan orang asing seperti kata kamu, Mbak! kedudukan kita sama sebagai seorang istri. Bahkan, Sekarang ini aku sedang hamil anaknya Mas Dika, berarti kedudukan ku lebih tinggi dari pada situ, karena sudah memberikan anak untuk Mas Dika. Iya kan?" Jawab Luna yang tak terima dikatain orang asing oleh Kaila.

Kaila tersenyum miring mendengar perkataan perempuan yang sudah menjadi istri kedua dari suaminya itu. Sejak kapan pelakor statusnya lebih tinggi daripada istri sah? Bahkan sejak zaman dahulu kala pun, Pelakor itu hanya seorang perempuan lacur yang menyerahkan dirinya pada laki-laki yang sudah beristri.

"Ck, hamil dengan suami orang aja bangga!" Kaila melirik madunya. "Jangan samakan aku sama situ, ya? Kita beda level, Aku perempuan terhormat sedangkan kamu perempuan murahan perebut suami orang bahkan dengan gamblangnya menyerahkan tubuh kamu untuk di jamah oleh laki-laki yang sudah beristri. Kalian itu menikah lewat jalur dosa. Jadi jangan merasa bangga," Kaila kembali beralih menatap Andika dan Luna bergantian. "Jangan kalian pikir aku akan terima-terima saja saat tahu di khianati begini!"

Mata Luna seketika melotot. Perkataan Kaila sangat-sangat merendahkan harga dirinya.

"Jaga ya omongan kamu!" Geram Luna marah.

"Kenapa? Kamu tersinggung? Bukankah benar kalian menikah lewat jalur dosa?"

bersambung~

mohon dukungannya untuk karya ku, dengan memberi Like, komen dan vote. terima kasih!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status