“Sudah-sudah, ayo kita pulang ke gubuk. Sudah hampir sepekan kita meninggalkan gubuk, berdoa saja semoga rumah kita tidak dirusak binatang buas.”
Zhou Fu bangkit berdiri mengikuti Li Xian yang sudah terlebih dahulu berdiri. Cucu dan kakek itu kini berjalan beriringan membelah rerumputan hijau yang masih perawan. Maksudnya, tak terjamah kawanan manusia. Entah bagaimana, alam akan menjadi sangat menawan ketika mereka tidak bertemu dengan manusia. Setidaknya binatang lebih tahu diri dan bisa memperlakukan alam dengan lebih baik daripada manusia.
Alasan mengapa pulau Konglong merupakan pulau yang tidak terjamah manusia adalah karena lokasinya yang berjauhan dengan dengan pulau-pulau lain. Seribu pulau yang tersebar di sepanjang sisi depan daratan Caihong memiliki karakteristik yang sama yaitu saling berdekatan dan hanya dibatasi oleh selat-selat kecil. Sementara itu, pulau Konglong menjadi salah satu dari sedikit pulau yang terisolir. Berdiri di tengah hamparan laut bebas yang sewaktu-waktu bisa memuntahkan airnya hingga membuat seluruh bagian pulau karam oleh air garam.
Hanya binatang yang tidak memiliki akal pikiran yang berani mempertarukan nyawa menghadapi keganasan alam yang sesekali tak mau diajak berkompromi. Dan begitulah, Li Xian memilih pulau Konglong sebagai tempat dia bersembunyi.
“Kakek, apakah ada kawanan beruang yang lewat sini?”
Zhou Fu berhenti melangkah. Ia mengamati bekas tapak kaki yang tampak sangat jelas di sebuah jalan setapak yang mereka buat. Li Xian yang mendengar penuturan Zhou Fu, turut berhenti untuk melihat jejak kaki yang dimaksud Zhou Fu. Seharusnya wilayah tersebut bukanlah wilayah yang lumrah dilewati oleh beruang.
Dada Li Xian mencelos ketika matanya menangkap sebuah jejak kaki yang bukan merupakan kaki beruang. Bahkan, itu bukanlah jejak dari sebuah binatang.
Li Xian menarik Zhou Fu dan melemparkan bocah kecil itu ke punggungnya, ia meminta Zhou Fu untuk berpegangan sekeras yang Zhou Fu bisa sebab Li Xian belum bisa menebak dengan akurat seberbahaya apa si pemilik jejak kaki itu. Li Xian pun berjalan berkelebat menyusuri hutan pulau Konglong dengan mengambil arah yang berlawanan dengan arah jejak kaki itu.
“Kakek, mengapa kakek sepertinya takut? Apakah itu jejak kaki binatang yang berbahaya?”
“Bisa iya, bisa tidak. Karena kita tidak bisa mengukur bahaya yang ada di dekat kita, jalan terbaik yang bisa kita lakukan adalah berwaspada.”
“Bukankah kakek kuat? Mengapa takut? Kakek bilang jika kita semakin kuat, kita tidak akan takut pada apapun?”
Li Xian memang kuat, bahkan bisa dibilang termasuk dalam lingkaran pendekar sepuh yang diperhitungkan keberadaannya. Tetapi sebuah kecelakaan besar terjadi enam tahun silam. Kecelakaan tersebut membuat Li Xian harus sangat berhati-hati merawat tubuhnya. Ia tak boleh mengambil risiko sekecil apapun sebab tanggung jawabnya masih panjang, dan dia harus tetap dalam kondisi sehat selama tanggung jawab tersebut belum terselesaikan sepenuhnya.
“Meskipun kuat, sesekali seorang pendekar harus berani memilih untuk mundur jika itu diperlukan. Diam dulu, kakek sedang berkonsentrasi!”
Zhou Fu menurut. Ia sebenarnya ingin bertemu dan bertarung bersama musuh sebab setiap malam kakek Li Xian selalu mendongenginya tentang cerita-cerita kepahlawanan seorang pendekar yang menghabisi musuh. Zhou Fu selalu berharap, suatu ketika ia bisa menghabisi musuh dengan kekuatannya.
“Nanti… Nanti setidaknya ketika usiamu sudah di atas sepuluh tahun,” Li Xian menggumam pelan seolah ia mengerti maksud dari keheningan Zhou Fu.
“Mengapa demikian?”
“Kau masih terlalu kecil untuk bertarung. Bukannya kakek menganggapmu lemah, tapi memang ukuran tubuhmu belum sesuai. Tendanganmu menjadi sangat pendek, jarak pukulanmu juga terbatas, belum lagi jika kau memaksa untuk melukai bagian vital musuhmu, kau membutuhkan banyak lompatan karena posturmu masih kecil. Sudahlah, lebih baik bermain-main dulu bersama gajah dan harimau baru nanti bertarung melawan musuh!”
Jebuuuug!!!
Seseorang yang tak dikenal terpelanting beberapa meter setelah Zhou Fu menghantamkan pukulan padanya.
Li Xian berhenti sejenak, seharusnya ia menyadari jika ada seseorang yang sudah dekat dengannya. Tak biasanya kewaspadaannya lalai seperti itu. Ia pun mencurigai sesuatu.
“Zhou Fu, terima kasih. Pukulanmu tepat waktu dan tepat sasaran!”
Zhou Fu tidak memedulikan ucapan kakeknya, ia lebih tertarik pada tubuh yang tersungkur menelungkup di atas dedaunan kering. Itu adalah untuk yang pertama kalinya Zhou Fu melihat manusia selain kakeknya.
“Ia sudah mati!” Li Xian memberitahu setelah Zhou Fu berkali-kali mengguncang tubuh orang tersebut tetapi tidak ada reaksi.
Li Xian sudah menebak dari mana adal pendekar laki-laki itu. Dilihat dari keberadaannya yang tak terendus oleh tubuhnya, tentu lelaki tersebut berasal dari sebuah organisasi yang cukup ia kenal beberapa waktu silam.
“Fu’er, coba cari sesuatu yang ada di balik jubahnya, biasanya ada petunjuk yang ditinggal di sana!”
Zhou Fu menurut, ia menemukan sebuah gulungan perak yang tak tahu apa nama dan fungsinya. Li Xian meminta gulungan tersebut dan membuka isinya.
“Jika kau sedang membaca pesan ini, maka itu artinya kami tahu di mana lokasi persembunyianmu!”
Li Xian menghela napas panjang. Bukan ide bagus untuk membunuh seorang utusan dari organisasi tersebut. Mereka beroperasi menggunakan beberapa metode khusus, misalnya seperti apa yang sudah disebutkan dalam gulungan itu.
Mula-mula beberapa utusan akan ditugasi untuk mengintai sejumlah wilayah. Masing-masing dari mereka dibekali dengan gulungan yang mereka tidak boleh membuka isinya. Biasanya misi mereka memiliki waktu kadaluarsa. Jika waktu kadaluarsanya adalah dua pekan, maka mereka harus segera berkumpul di tempat yang telah disepakati sebelum 14 hari. Jika salah seorang terlambat datang dari waktu yang ditentukan, mereka akan dieksekusi oleh anggota yang lebih senior.
Jika ada utusan yang tidak kembali lebih dari tiga hari, maka organisasi akan berpendapat jika utusan tersebut mati dalam misi. Itu artinya, titik-titik lokasi yang pernah dilalui oleh utusan tersebut akan menjadi tempat-tempat yang kemudian akan diselidiki.
“Fu’er, kita harus segera pergi dari pulau ini!” Li Xian menggeleng-gelengkan kepala.
Zhou Fu mengangguk meski ia tak mengerti. Setidaknya pada waktu itu ia cukup senang karena telah berhasil menghabisi musuh. Apalagi, hanya dengan satu pukulan.
***
Li Xian membopong mayat pendekar yang telah dibunuh Zhou Fu untuk dibawa ke bagian selat yang memiliki kedalaman paling dalam di antara yang lain. Meski persembunyiannya telah diketahui, ia tetap harus melenyapkan barang bukti. Segala bentuk peninggalan baik itu gubuk dan jalan-jalan setapak langsung dimusnahkan oleh Li Xian bersama Zhou Fu.
Mereka bertindak cepat untuk menghilangkan bukti bahwa pernah ada kehidupan manusia di pulau itu.
“Kakek, kakek jangan takut.”
Li Xian menoleh dengan dahi mengkerut, ia mengamati cucunya yang sedang mendorong tiang gubuk untuk membuatnya runtuh.
“Ya, kakek tidak perlu takut. Jika ada musuh lagi, aku akan menghabisinya dengan satu pukulan!”
Pulau Konglong kembali menjadi pulau yang hanya dihuni binatang dan tumbuhan begitu Li Xian dan Zhou Fu melakukan penyeberangan ke pulau lain. Mereka menggunakan perahu rakit darurat yang dibuat dari gelondongan pohon-pohon besar. Sebelum pergi, mereka juga mengaburkan bekas penebangan tersebut.“Fu’er, ini bukanlah bentuk perahu yang layak untuk digunakan sebagai alat menyebrang lautan. Jika kau tak sedang bersamaku, kau tidak boleh menggunakan perahu rakit seperti ini di laut bebas.”Zhou Fu tidak memperhatikan ucapan kakeknya, ia sedang berdiri berkacak pinggang sambil memandangi langit yang sudah berhiaskan bintang. Li Xian yakin cucunya sedang menghayal tentang sesuatu. Li Xian sudah hafal jika pandanga Zhou Fu seperti itu, pasti ia sedang menghayal.Li Xian pun mulai mengatur strategi. Ia tak tahu berapa lama misi dalam gulungan perak itu ditentukan oleh pemangku organisasi. Bisa satu minggu atau bahkan hanya tiga hari saja. Sementara per
Sudah menjadi hal yang normal ketika seseorang pertama kali menginjakkan kaki ke sebuah pulau kecil, yang pertama kali terdengar adalah gemuruh dari beragam binatang rimba. Tetapi tidak demikian dengan hutan Youhi. Pemandangan hutan Youhi memang tampak normal sebagaimana pulau-pulau pada umumnya, tetapi perasaan Li Xian mengatakan jika ada yang tidak beres dengan pulau tersebut.“Fu’er, kau istirahat dulu di sini, kakek ingin memastikan sesuatu!”“Baiklah. Jika ada bahaya, Kakek jangan sungkan-sungkan meminta bantuanku.” Zhou Fu memberi usul dengan ekspresi yang serius, sepertinya dia memang sudah merasa menjadi pahlawan sejak ia berhasil menaklukan musuh tempo hari hanya dengan satu pukulan.Li Xian berjalan dengan hati-hati, ia penasaran apa yang membuat hutan tersebut menjadi sunyi. Langkah Li Xian terhenti ketika ia mendapati ada sebuah batu besar yang sepertinya sengaja diletakkan di bibi hutan dan cukup dekat dengan lokasi pan
Li Xian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zhou Fu yang sepertinya tersinggung ketika Li Xian menyebut soal pertolongan Dewa.“Baiklah-baik, kakek menunggumu terus-menerus dua hari ini. Kakek sepertinya takut jika ada bahaya dan kakek sendirian,” tutur Li Xian sekadar untuk membuat Zhou Fu merasa berguna keberadaannya.“Jangan khawatir, Kek. Aku sudah di sini bersama kakek. Bahaya yang kemarin itu, sepertinya menyenangkan juga kalau datang lagi.”Li Xian dengan refleks memukul kepala Zhou Fu sebab bencana seperti dua hari silam itu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan candaan. Binatang seberat 1 ton saja akan bisa tersapu dengan mudah lalu tenggelam di dasar lautan jika dihantam tsunami seganas itu.“Jaga mulutmu, bocah!”***Tak hanya tsunami berkekuatan dahsyat, ternyata pulau Youhi juga memiliki beberapa gunung berapi yang aktif. Sesekali, pulau tersebut banjir air, dalam waktu yang lain, pulau ter
Kesalahpahaman antara Zhou Fu dan perempuan yang baru ia temui pada akhirnya harus terhenti ketika Zhou Fu mendengar suara langkah kaki mendekat. Suara itu adalah suara pergerakan beberapa orang yang cukup gesit dan lincah. Didengar dari laju pergerakannya, Zhou Fu yakin jika kecepatan langkah tersebut melebihi singa jantan yang kelaparan. “Itu dia nona Shen Shen! Jangan biarkan nona Shen Shen lolos!” Tiga orang pendekar laki-laki menyergap Zhou Fu dan perempuan yang ternyata bernama Shen Shen. Shen Shen bersembunyi di balik tubuh Zhou Fu dan memohon agar Zhou Fu bersedia menolongnya. “Tenang, akan kuhadapi mereka semua!” Insting Zhou Fu memang mengatakan jika Shen Shen memang sedang membutuhkan pertolongan. Zhou Fu pun mengambil sikap siap untuk memberi serangan pada tiga pendekar yang kini berdiri tak jauh darinya. “Minggir kau, Bocah! Jika tidak aku akan membelah tubuhmu menjadi dua bagian!” salah seorang dari tiga pendekar itu mena
Sebuah daratan besar yang disebut sebagai daratan Caihong adalah wilayah terluas di belahan bumi bagian timur. Orang-orang menyebut Caihong sebagai tanah surga di mana manusia tak mungkin kelaparan jika tinggal di daerah tersebut. Tanaman tumbuh tanpa ditanam, beragam binatang dan sumber daya tersebar di seluruh bagian wilayah Caihong. Keamanan dijamin penuh oleh pemerintah sehingga warga bisa makan dan tidur dengan nyenyak tanpa harus mengkhawatirkan serangan ataupun perang sebagaimana keributan tersebut selalu terjadi di luar wilayah Caihong.Kedamaian yang selalu menyelimuti Caihong itulah yang membuat Shen Shen tak habis pikir jika ia saat ini sedang menjadi perburuan beberapa kelompok untuk dibunuh. Seingat Shen Shen, ia tak pernah terlibat dalam kekacauan apapun, ia juga tak memiliki masalah dengan siapapun.“Jadi, mengapa kau bisa sampai di sini?” Zhou Fu bertanya pada Shen Shen setelah perempuan itu bercerita panjang lebar tentang negeri Caihong.
Perjalanan Zhou Fu dan Shen Shen menuju ke pulau pertama memakan waktu sekitar dua minggu. Di hari ke 14 mereka berhasil sampai di sebuah pulau yang bernama pulau Jidong. Zhou Fu dan Shen Shen tiba di pulau tersebut di waktu yang sangat tepat karena jika saja perjalanan laut mereka memakan waktu yang lebih lama lagi, tubuh Shen Shen yang lemah akan terkapar tak sadarkan diri akibat kelaparan dan kehausan.Bekal makanan mereka sudah habis tiga hari sebelumnya dan itu adalah hari ke 4 mereka tidak makan dan minum. Tubuh Zhou Fu masih cukup kuat untuk tidak makan berhari-hari, tetapi tidak dengan Shen Shen. Perempuan itu sudah merengek dan mengoceh panjang lebar karena tidak bisa menahan perutnya yang perih karena lapar. Dan hari itu, hari di mana mereka sampai di pulau Jidong, Shen Shen hanya menutup mulutnya rapat karena sudah tak memiliki tenaga untuk mengeluh atau mengomel.Pertama-tama, mereka tiba di Dozhu, sebuah desa yang terletak di pinggiran pulau Jidong. Desa t
“Mau ikut tidak?” Zhou Fu yang sudah berpakaian rapi mendatangi Shen Shen dan menceritakan tentang keberuntungannya beberapa saat lalu, ia pun mengajak Shen Shen untuk beristirahat dan makan di kamarnya. Bukannya senang, Shen Shen justru menunjukkan ekspresi cemberut ketika mendengar kabar baik dari Zhou Fu. Ia hanya memberi anggukan kecil sedang kepalanya menoleh ke kiri dan dua tangannya dilipat di depan dada. Shen Shen sepertinya merasa kesal dan malu karena harus menerima bantuan dari orang yang sudah ia ejek beberapa waktu lalu.“Akan kuhitung berapa biaya bantuan yang kau berikan. Setelah sampai di Caihong, aku akan membayarnya dua kali lipat! Ingat itu!” Shen Shen yang tak mau harga dirinya jatuh, segera menyombongkan diri dengan menganggap bantuan Zhou Fu sebagai sebuah hutang.“Terserah apa katamu, yang jelas ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi sebelumnya makan dan istirahatlah dulu,” Zhou Fu menggeleng-geleng
Diskusi yang dilakukan oleh Zhou Fu dan Shen Shen berlanjut hingga dini hari sebab Shen Shen nyatanya tidak bisa tidur semenit pun. Mereka bersepakat tentang beberapa hal dan saling berdebat tentang beberapa hal yang lain. Akan tetapi, perdebatan Shen Shen dan Zhou Fu menemui jalan buntu ketika Shen Shen mengungkit tentang persediaan uang. Ya, mereka membutuhkan banyak uang sebagai bekal menuju ke Caihong. Sementara pada saat itu, baik Zhou Fu maupun Shen Shen sama-sama tidak memiliki uang sedikit pun. Awalnya perkara tersebut tidak menjadi masalah sebab Shen Shen sudah memikirkan solusinya.Sebelumnya, Shen Shen sudah memberi tahu Zhou Fu tentang beberapa biro perwakilan bangsawan Caihong yang tersebar di kota-kota besar di luar daratan Caihong. Biro perwakilan tersebut didirikan untuk memberi kemudahan bagi bangsawan-bangsawan Caihong yang sedang mengalami kesusahan ketika berada di luar Caihong. Tujuan pertama perjalanan Shen Shen dan Zhou Fu adalah untuk menemukan Biro te