"Memang ada lima tingkatan senjata dan artifak.. Praktisi, Prajurit, Ksatria, Raja dan Kaisar, tapi guru hanya akan membuat 2 tingkat teratas. Baginya, 3 tingkatan bawah merupakan sampah!" seru Akara dengan bersemangat menjelaskan, membuat sang pelayan sedikit terkejut.
"Level empat untuk ranah Kinanthi, apakah ada yang level lima? Banyak praktisi ranah abadi yang tengah berkunjung, mungkin akan lebih mudah terjual. Atau ada yang tingkat Kaisar di level empat!?" ucap pelayan yang sudah mulai tertarik. Mendengar hal itu, Akara langsung tersenyum."Maaf, bukan bermaksud meragukan!" lanjutnya. "Penempa level lima memang sangat jarang ditemui, tapi gurumu sudah sangatlah bagus," ucapnya dengan ragu karena takut salah bicara."Tenang saja, senjata ini setara tingkat Kaisar di level lima, mungkin lebih tinggi," ujar Akara membuat pelayan mengerutkan dahi tidak yakin."Silahkan dicoba adu kekuatan dengan senjata di atasnya, jika senjata ini rusak, aku tiPertanyaan itu nampaknya tidak mengubah ekspresi Elena, bahkan wanita berambut pendek itu menjawabnya sambil masih fokus melihat buku daftar barang. "Kakakmu dan Danur belum bisa ditemukan, tidak ada kabar sama sekali tentang mereka. Seperti yang kamu lihat, kejadian itu tidak merusak kubah pelindung sedikitpun." "Seharusnya hanya keluarga kami yang bisa menembus pelindung, apa itu ulah anak papa yang tidak diurus?" ujar Pricilia yang curiga seperti anak kecil."Kak Renggo?" selidik Elena sambil menatapnya, lalu menutup buku daftar barang karena tampaknya akan ada pembahasan berat."Tidak, tidak! Kak Renggo tidak mungkin melakukannya. Yang paling mungkin adalah anak papa yang tidak terurus yang lahir sebelum kak Renggo!" Jawaban guru Pricilia yang konyol, membuat Elena tersenyum menahan tawa."Kalau kakakmu mendengar ini, dis pasti akan memarahimu," "Siapa tau bukan!? Papa memiliki banyak istri, mungkin saja masih ada beberapa
"Baiklah karena tidak ada penawar lainnya, terjual dengan harga 500 koin Pala!" Wanita berambut pendek itu tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menjualnya saat penawaran pertama. Senjata yang sebenarnya sangat unik, namun tidak ada yang membutuhkannya. Mungkin saja hanya seorang kolektor yang mau membelinya."Gila, siapa dia?" Akara pun ikut penasaran dengan orang yang menawar senjata itu. Ia perlahan-lahan membangunkan kepala adiknya dari pahanya dan berjalan mendekati kaca. Mata ularnya menyala, melihat ke arah suara penawar tadi. Akan tetapi, sama seperti saat dia melihat istana Kaisar Amerta, ia tidak dapat melihat ke ruangan lainnya."Tidak bisa tembus lagi, pelindung di sini benar-benar luar biasa!" ujar Akara dan adiknya mendekatinya."Barang selanjutnya adalah Busur panah tingkat Kaisar level tiga! Senjata jarak jauh yang memiliki elemen angin, cukup menarik karena bisa menambah kecepatan dan megurangi suara pergerakan. Penawaran dimulai deng
Elena sedikit terkejut karena mereka tidak mengenakan topeng, namun Wan Waru langsung melambaikan tangannya."Tenang saja!" ucapnya. "Halo semuanya! Aku Wan Waru, tuan muda keluarga Waru!" Ia malah memperkenalkan diri dengan begitu percaya diri."Mari kita lihat sesombong apa penempa senjata ini!" serunya, lalu menoleh ke arah Elena. "Biarkan kedua tetua keluarga Waru yang mencobanya," "Silahkan." Elena mempersilahkannya dan salah satu pengawal yang ternyata tetua keluarga itu meraih pedang Salju Hitam."Saya ulangi sekali lagi, kerusakan senjata kalian tidak akan kami ganti." Elena kembali memperingatkan mereka dan Wan Waru dengan percaya diri mengacungkan jempolnya."Kami mulai!" Kedua tetua saling berhadapan dengan jarak lima meteran, kemudian muncul aura ranah mereka. Ranah Asmaradana lima bulan dua bintang energi pada tetua yang memakai kampak dan satunya lagi ranah Kinanthi empat bulan sembilan bintang energi."Seorang ranah abadi untuk mengawal bocah, siapa tuan muda ini?" Se
"Pedang Salju Hitam terjual delapan ribu koin Pala! Selamat untuk semuanya, pelelangan hari ini selesai dan kita lanjutkan pelelangan VIP. Untuk para peserta yang ingin mengikuti masih bisa menyewa beberapa ruang VIP yang masih kosong. Terima kasih, saya Elena selaku manager pelelangan ijin pamit!" setelah Elena berpamitan, panggung lelang melayang di udara, lalu muncul penghalang di langit-langit lantai utama."Maaf telah membuat tuan dan nyonya menunggu lama, tanpa basa-basi lagi mari kita mulai pelelangan VIP hari ini!" Elena melayang dengan alas lantai panggung lelang.Akara kini duduk di sofa, meninggalkan adiknya yang masih di dekat kaca. Senyuman lebar tercipta dari di bibirnya, pertanda bahagia, juga bahaya karena adiknya melihatnya."Bahagia sudah memberikan pedang pada gadis itu? Kenapa tidak dikasih gratis saja!?" ujar Alice dengan ketus, lalu berjalan cepat menghampirinya dan duduk sambil membelakangi."Kan kakak menjual pedang ta
Gadis imut yang biasanya manja pada kakaknya, kini benar-benar menjadi seseorang yang berbeda. Ia nampak begitu serius dan yakin, padahal manager pelelangan sampai panik dibuatnya."Tapi di alam atas juga…!""Akan Alice urus semuanya, biarkan kak Akara mencari Esensi Surgawi,"Elena semakin panik dan khawatir, bahkan bicaranya seperti ngotot. "Kalau begitu kamu akan mengorbankan masa mudamu menanggung semua beban ini! Jika ingin Esensi Surgawi, tinggal suruh mereka mencarikannya di alam atas!"Alice dengan santai menjawabnya. "Kalau begitu, kenapa ayah tidak melakukan hal itu dari dulu? Kak Akara malah dibiarkan di kerajaan Glint saat kecil, lalu menyembunyikan semua ini. Pasti ada alasannya… Itu karena kejadian kakak pertama, jadi ayah Al tidak ingin hal itu menimpa anaknya yang lain."Di sekitar ruangan itu, muncul beberapa bayangan hitam yang bersembunyi. Bahkan mereka ada di dinding luar bangunan besar itu. Mereka berpakaian tertutup
Mereka benar-benar kebingungan dengan kedua fakta pedang itu, lalu Oren melaporkan hal yang lain."Hadiah untuk kompetisi menempa salah satunya berlatih di kolam Magma, namun tempat itu juga tempat menyimpan Esensi Magma Surgawi. Saya takut jika tuan muda berurusan dengan mereka." "Tidak masalah, itu mempermudah kita membongkar kedoknya!" Alice lagi-lagi masih tenang sambil melihat wajah kakaknya."Baiklah, lalu ada binatang sihir tingkat Naga yang menelan Esensi Angin Surgawi. Evolusinya sebentar lagi akan selesai, namun juga kemungkinan gagalnya sangat besar. Apa perlu saya…?"Mendengar laporan Oren, Alice tidak langsung menjawabnya. Ia terdiam untuk memikirkan tindakan yang akan ia ambil, lalu setelah cukup lama ia menjawabnya dengan satu kata. Setelah mendengar satu kata itu, Oren berpamitan pergi dan melesat layaknya cahaya.Setelah itu Alice perlahan-lahan melihat ke arah kak Elena dan berkata."Kenapa kak Elena masih di s
"Wahh! Kak lihat!" ternyata kamar mereka menghadap langsung ke arah air terjun. Akara saat itu cukup terkejut, bukan karena keindahan air terjun itu, melainkan aliran energi yang sangat banyak dari sana."Adek pesan makanan dulu sana," ujar Akara sambil berjalan ke arah dinding kaca dan kemudian bersila untuk menyerap energi.Beberapa saat kemudian Alice kembali membawa nampan berisi makanan untuk keduanya. Saat itu, terjadi lonjakan energi dari tubuh Akara yang tengah berlatih."Kak Akara naik ranah?" Alice langsung menurunkan nampan di meja dan mendekati kakaknya.Aura ranah remaja itu muncul, ranah Mijil dua bulan energi dua bintang. Kini energi yang menyelimuti tubuhnya berkumpul pada pusat aura.Cring!Bintang ketiga pada aura ranah terbentuk dan hentakan energi kembali terjadi sebelum ia membuka matanya."Promosi bintang lagi kak?""Adek, bisa teleport ke atas air terjun?" Akara lalu mendekati adiknya
Pengusiran sama seperti yang terjadi pada Akara dilontarkan dan akhirnya keluar seorang kakek tua dan seorang gadis. Ia merupakan Kana dan kakeknya Taji Meranti. Akara dan Kana saling pandang, namun nampaknya keduanya tidak saling mengenali. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar, juga mereka sudah tumbuh dari bocah kecil menjadi seorang remaja. Akara kemudian masuk begitu saja dan mendapati seorang pria penempa yang masih kesal dan menggerutu."Permisi, apakah saya bisa bertemu dengan penempa toko ini?" "Aku penempanya… Maaf nak, aku masih kesal dengan kakek tua tadi," jawabnya sambil berusaha menenangkan diri."Ahh tidak apa-apa, saya ingin membeli batu bahan." Akara tidak ingin tau alasan pertengkaran tadi dan melanjutkan urusannya."Oh kemari, kau bisa pilih sendiri batu yang ingin di beli!" Laki-laki itu mempersilahkan Akara masuk ke bagian belakang, namun ia menolaknya."Tidak perlu, yang saya cari itu batu Cryostar," L