"Aku tahu kau hanya pura-pura tidur!" sindir Arga dengan masih memejamkan matanya.
Bening yang mendengar ucapan suaminya itupun refleks membuka matanya lebar. Kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang suami yang ternyata sudah memandangnya dengan senyuman sinis.
"Si-siapa yang pura-pura tidur?!" gugup Bening.
"Sudah lah aku juga tahu, kau sangat mengagumi wajah tampanku saat aku tertidur tadi," ucap Arga penuh rasa percaya diri.
Apa yang dikatakan Arga itu memang benar adanya. Namun Bening tidak mungkin mengakuinya bukan?
"Cih, selain pemaksa kau juga orang yang sangat narsis ternyata," cibir Bening.
"Terserah kau akui ataupun tidak, tapi kau sudah tertangkap basah tadi!"
"Terserah!"
Bening pun tidak ingin memperpanjang masalah dan berniat meninggalkan Arga dengan bangkit dari ranjangnya. Namun tiba-tiba Arga menarik tangan Bening dal
Tepat pukul 09.00 pagi Juwita dan Sandra melakukan cek out dari hotel tempat mereka menginap. Sebelum berangkat ke Jakarta Sandra menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke kosan yang selama dua minggu ini ia tempati untuk mengambil barang-barangnya.Perjalanan panjang mereka lalui dengan menggunakan mobil menuju ibu kota. Perasaan ragu dan gelisah sempat menghinggapi hati Sandra saat akan kembali ke kota tempat kelahirannya itu. Mengerti dengan kegelisahan hati Sandra Juwita pun mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan mengusap punggung tangannya seolah berkata semua akan baik-baik saja.Namun perasaan was-was dan tidak nyaman selalu saja menghinggapi pikiran Sandra. Banyak sekali yang ia takutkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti saat ia kembali bertemu dengan orang-orang yang pernah dikenalnya dulu."Kenapa?"Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Sandra yang sedari tadi terus menun
Bening mencengkeram erat pegangan mobil akibat kejadian mendadak tadi. Untung Arga sigap dan bisa menguasai mobilnya sehingga tidak terjadi sesuatu kepada mereka."Siapa orang-orang itu?!" tanya Bening ketakutan melihat sosok pria menyeramkan mendekati mobil mereka."Tenanglah, mereka tidak berbahaya. Tunggu di sini, aku akan keluar menemui mereka!""Jangan keluar! Bagaimana jika mereka ingin melukaimu?!""Tidak akan terjadi apa-apa padaku, percayalah!""Kalo begitu aku juga ikut turun denganmu!" ucap Bening sembari melepas sabuk pengamannya."Jangan membantah, tetaplah di sini. Sampai aku kembali!""Tapi-""Cukup!" bentak Arga yang membuat Bening tak bisa berkutik lagi.Arga pun membuka pintu mobilnya dan berjalan santai menuju tiga orang yang sedang berdiri menghadang mobilnya tersebut.Dari dalam mobil
'Mulai malam ini ikatan darah di antara kita sudah terputus! Aku sudah tidak memiliki anak seperti dirimu. Pergi dari rumah ini karena mulai detik ini, aku haramkan kau menginjak rumah ku!'Kata-kata kejam dan ingatan masa lalu itu kembali terngiang. Membuat pusaran kelam yang berusaha ia lupakan harus kembali muncul kepermukaan."Kenapa dulu kalian tega membuangku. Aku benci kalian semua, tapi aku juga sangat merindukan kalian. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Hiks...hiks...""Maaf, Ibu tidak apa-apa?" tanya sopir taksi dari balik kemudi karena sejak masuk ke dalam taksinya sang penumpang terus menangis tanpa henti hingga membuatnya merasa prihatin."Saya tidak apa-apa Pak. Lanjutkan saja perjalanannya!" jawab Sandra dengan suara parau.Mendapat jawaban seperti itu dari penumpang wanitanya, membuat sang sopir kembali fokus mengemudi sesuai tujuan sang penumpang kemana ia ingin diantar
"Selamat siang Opa?" sapa Bening ketika melihat Tuan sepuh duduk santai sambil memberi makan ikan hias peliharaannya."Selamat siang Bening. Opa dengar kau baru saja kembali dari liburan bersama dengan cucuku!"'Jadi mereka mengirah kepergianku kemarin adalah liburan? Tapi baguslah kalau begitu aku tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh dari mereka.'"Benar Opa," jawabnya kemudian duduk bersimpuh tepat di depan kaki Tuan sepuh."Bening pijit kakinya ya Opa?" imbuhnya kemudian tangan lincahnya bergerak di atas kaki pria tua itu."Apa yang terjadi dengan pipi mu Bening? Apa Arga yang melakukannya?!" tanya Tuan sepuh saat tak sengaja melihat lebam di pipi cucu menantunya itu.Bening refleks menutupi pipinya, ia lupa jika pipi sebelah kirinya masih membiru bekas tamparan Ibu mertuanya tadi pagi."Ehm ... bukan Opa. Pipi Bening seperti ini karena keteledoran Bening sendiri yang tidak hati-hati sehingga terpeleset di kamar mandi,"
"Apa! Pria tua itu merubah isi surat wasiatnya?!"Diana tampak memijit pelipisnya karena merasa pusing dengan berita yang baru saja didengarnya tadi.Tadi wanita cantik itu sedang berada di sebuah hotel bintang lima untuk menghadiri acara arisan dengan teman sosialitanya. Namun, berita yang diberikan Grace membuatnya segera meninggalkan acaranya tersebut."Iya Nyonya, pengacara Tuan sepuh sendiri yang telah mengonfirmasikannya kepada saya. Bahwa ada beberapa poin syarat yang telah dirubah dalam isi surat wasiat tersebut jika akan diberikan kepada Tuan muda. Salah satunya adalah dengan hadirnya seorang cicit yang dihasilkan dari pernikahan Tuan muda dan Nona Bening.""Kenapa pria tua itu tiba-tiba berubah pikiran. Apa yang telah terjadi? Ataukah ada sesuatu yang sudah mempengaruhinya? Grace, selidiki masalah ini lebih dalam lagi. Aku curiga pria tua itu sudah mengetahui rencana kita!""Baik
Di kediaman Ramiro Bening tampak bangun kesiangan karena ulah suaminya yang semalam tidak mau melepaskannya."Selamat siang Nona. Saya datang untuk membawakan sarapan anda," ucap Sari.Gadis itupun meletakkan nampan berisi makanan yang dibawanya ke atas nakas dan beralih membuka gorden kamar Bening agar bisa memberi akses masuk cahaya matahari dari luar ruangan."Astaga! Ini sudah siang ya? Aku terlambat bangun lagi. Dan aku juga tidak menemani Opa sarapan tadi pagi. Cucu menantu macam apa aku ini!" ujar Bening seraya memukul kepalanya sendiri."Tidak apa-apa Nona. Tuan sepuh sudah memahaminya. Jadi Nona tidak perlu khawatir.""Bahkan aku tidak tahu kapan suamiku itu berangkat bekerja!" sesal Bening."Suami sebaik Tuan muda tidak akan menuntut anda menjadi istri yang sempurna. Percayalah Nona, Tuan muda tidak seperti yang anda pikirkan."Mendengar pernyata
Bunyi nyaring dari sepatu hak tinggi yang berbenturan langsung dengan lantai sangat terdengar jelas di pendengaran."San-Sandra tunggu!""Sandra, San!"Teriakan sahabatnya di belakang sana sama sekali tidak ia pedulikan. Yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana secepatnya ia bisa pergi dari tempat ini.Keputusannya untuk memenuhi ajakan Juwita mendatangi pesta begitu ia sesalkan saat ini. Karena Sandra harus bertemu lagi dengan orang yang sangat ingin dijauhinya di masa lalu.Tanpa menoleh ke belakang lagi, Sandra berlari ke arah jalan raya untuk mencari taksi yang lewat. Untung saja tidak berapa lama taksi yang dicarinya itu melintas di depannya.Buru-buru Sandra menghentikan taksi tersebut dan kemudian memasukinya. Hingga taksi yang membawanya tersebut melesat di tengah kepadatan jalan.Melihat hal itu Juwita pun berlari ke arah parkiran di mana
"Apa kau sudah mendapat apa yang aku perintahkan?" tanya pria yang masih terlihat gagah di usianya saat ini."Sudah Tuan. Semua informasi lengkapnya ada di dalam amplop coklat ini!" jawab sang asisten sembari meletakkan amplop di tangannya ke atas meja.Pria yang sejak tadi berdiri memandang keindahan kota melalui jendela kaca ruangannya kini beralih menuju singgasana-nya."Kita lihat apa saja yang telah kau dapatkan untuk ku!" ujar sang Tuan setelah mendaratkan dirinya di atas kursi kebesarannya."Beliau saat ini tinggal bersama dengan sahabat sewaktu kuliahnya dulu, yang sekarang berprofesi sebagai seorang germo."Tuan Jordan yang mendengar penjelasan dari asistennya tampak mengangkat sebelah alisnya. Kemudian berkata-"Lanjutkan!""Mereka bertemu lagi sebulan yang lalu setelah belasan tahun berpisah, karena Nyonya Sandra meninggalkan kota ini dan menikah dengan seorang buruh pabrik tekstil. Sekarang Nyonya Sandra sudah menjad