Happy Reading. 2 minggu berlalu ... Zayla menatap kartu undangan dari sahabatnya, Serly. Setelah lama tidak mendapatkan kabar darinya, ia dikejutkan dengan kabar pertunangan Serly dengan pria bernama Rafly yang akan digelar besok malam. Harapannya musnah karena tujuannya untuk menjodohkan Ansel dengan Serly sudah gagal. Padahal Zayla sangat menginginkan Serly menjadi kakak iparnya, tapi apalah daya, sahabatnya itu sudah menemukan pria pilihannya. Ia belum tahu kalau Serly terpaksa dengan perjodohan itu. "Kenapa wajah kamu ditekuk begitu? Apa kamu enggak senang dengan kabar bahagia ini, hum?" ucap Arion kepada sang istri. "Aku enggak tahu harus senang atau sedih, Kak. Tapi ya sudah kalau ini memang pilihan Serly, aku hanya bisa mendukungnya dan turut bahagia atas pertunangannya nanti," jawab Zayla tak bersemangat. Ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya karena sakit pasca melahirkan sudah sembuh total. "Ada apa, hum? Ayo cerita sama aku," pinta Arion merasa ada yang disembuny
Happy Reading. Pyaaar! Ansel melempar gelas ke dinding kamar saat flashback pada kejadian malam itu. Malam yang dia anggap sebagai perpisahan justru menyisakan luka yang teramat dalam, bagaimana mungkin Ansel bisa melupakan Serly sedangkan malam itu sang pujaan hati terus menyerukan namanya saat mereka bercinta. Bahkan Ansel merasa kalau Serly sudah membalas perasaannya, tetapi saat percintaan itu usai, Serly justru langsung mengusirnya begitu saja di saat nafas keduanya masih memburu. "Cepat pergi dari sini, sebelum aku benar-benar membencimu Ansel. Jujur saja ini sangat indah, tapi aku tak ingin terus seperti ini." Kata Serly kala itu dengan nafas yang tersengal-sengal sehabis bercinta. Dengan rahang mengeras, Ansel turun dari atas ranjang dan memungut pakaiannya. Tak butuh waktu lama Ansel langsung keluar dari dalam kamar setelah membenahi pakainya dan membanting pintu dengan sangat keras sehingga Serly terlonjak kaget. Tanpa Ansel sadari wanita cantik itu menangis sejadi-jad
Happy Reading. Malam ini adalah acara pertunangan Serly dan Rafly, semua tamu undangan sudah hadir memenuhi ruang acara yang dilaksanakan di hotel Berlian. Keluarga Wesley dan keluarga Orlando turut hadir di sana tak terkecuali dengan Ansel. Dia harus pura-pura tegar melihat wanita yang dicintainya bertunangan dengan pria lain. Tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan Serly, tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain. Namun, Ansel lebih dulu memutus kontak mata itu dan berpindah tempat ke pojokan ruang acara yang mana di sana ada Emili, teman kampus Serly. "Temennya Serly?" ucap Ansel saat tiba di samping wanita bergaun merah itu. "Iya, siapa?" tanya Emili kepada sosok pria tampan di hadapannya. "Aku Ansel, Kakaknya Zayla, sahabatnya Serly," ungkap Ansel memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya. Hal yang belum pernah ia lakukan pada orang asing. "Emili, temen kampus Serly," dengan cepat Emili menerima uluran tangan Ansel, ia merasa beruntung bisa berkenalan dengan
Happy Reading. Wajah Serly ditekuk saat memasuki kamar hotel, hatinya masih panas jika mengingat bagaimana mesranya Ansel bersama Emeli saat berdansa tadi. "Dasar buaya! Katanya cinta, tapi gampang banget cari pengganti. Pasti kelakuan dia memang seperti itu sebelum mengatakan cinta sama aku. Ah, bodoh sekali kau Serly!" Gerutunya menghardik dirinya sendiri. Berbagai macam pikiran buruk melintas dibenaknya dari saking cemburunya dia terhadap Ansel. Apa! Cemburu? Yang benar saja. Bahkan Serly berniat untuk melupakan pria brengsek itu. "Awas saja kalau ketemu, aku pastikan dia habis di tanganku." Kecamnya penuh amarah. Ia sampai tak mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Sayang, ini aku. Buka pintunya dong," ucap Rafly dari luar sana, pasti pria itu sedang berakting supaya diizinkan masuk ke kamar tunangannya oleh para orang tua. "Astaga! Manusia satu itu bisanya cuma mengganggu saja," gerutu Serly sambil lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar. "Ada apa?" ketus
Happy Reading. Dua insan yang kelelahan sehabis bertempur beberapa jam lalu, kini sedang tertidur pulas. Siapa lagi kalau bukan Ansel dan Serly, mereka kembali mengulang malam panas dengan penuh gairah. Setelah mendapatkan rayuan bertubi-tubi dari Ansel akhirnya Serly pun kalah. Ia mengakui perasaannya dan mau mengikuti ide gila dari pria tampan itu, sebab Ansel terus mendesak Serly agar berkata jujur mengenai perasaannya. Ternyata Ansel tidak benar-benar tidur, ia mengusap kepala Serly saat wanita cantik itu benar-benar terlelap. Bibirnya mengulas senyuman indah dari saking bahagianya, malam ini mereka melakukannya atas dasar sama-sama cinta. Ah, rasanya sangat berbeda, Ansel jadi tidak mau berpisah dengan Serly dan terus ingin mengulang pergulatan semalam. Tak ingin larut dalam kebahagiaannya, Ansel pun menyusul Serly ke alam mimpi sambil memeluk sang pujaan hati dari belakang. Meletakkan kepala Serly di atas lengannya yang dijadikan bantal, kemudian mendekap erat wanita cantik i
Happy Reading. "Selamat pagi, Sayang," ucap Ansel kepada sang pujaan hati saat wanita cantik itu membuka matanya di pagi hari. Serly terbelalak kaget, ia hampir saja berteriak jika saja tidak mengingat kejadian semalam sehingga membuatnya tersenyum malu-malu. "Pagi," akhirnya Serly membalas ucapan selamat pagi dari sang kekasih. Yeah, mereka semalam sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang akan berhubungan secara sembunyi-sembunyi sampai pertunangan Serly dan Rafly batal. "Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Ansel sembari merapikan anak rambut Serly yang sedikit berantakan sehabis bangun tidur. "Hm, sangat nyenyak," lagi-lagi Serly menjawab singkat dan padat. Ia masih malu dengan pergulatan semalam, yang bermain sangat lama hingga menghabiskan waktu 2 jam. "Aku sangat bahagia bisa tidur sama kamu, sayang. Aku ingin merasakannya setiap hari saat akan tidur dan setelah bangun tidur yang aku lihat pertama kali adalah wajah cantik mu," ungkap Ansel tersenyum hangat, tangannya mengusap
Happy Reading. Deg. Jantung Zeya berpacu sangat cepat, tatkala mendengar ucapan suaminya. "M-menyerah? Maksud kamu apa, Pa?" Zeya mendadak linglung, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Tolong pikirkan baik-baik apa yang barusan aku katakan, kali ini aku enggak main-main, Zeya," tukas Fero menatap penuh sang istri, ia tak akan lagi menjadi budak cinta yang selalu di bodohkan oleh istrinya sendiri sampai mengabaikan eksistensi putri kandungnya sendiri. "Ma, Pa," tiba-tiba Serly ada di dekat mereka, ia lekas menyusul karena takut terkena amarah dari Mamanya lagi. Fero langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih hangat karena ada Serly di sana, ia tidak mau putrinya tahu kalau dirinya dan sang istri tengah berdebat tentang kelanjutan masa depan rumah tangganya. "Duduklah, sebentar lagi keluarga Rafly akan segera datang," ucap Fero sembari menarik kursi untuk sang putri yang telah kekurangan kasih sayang darinya. "Makasih, Pa," hati Serly berbunga-bun
Happy Reading. Sesampainya di cafe moon, Serly mencari sahabatnya yang katanya sudah sampai lebih dulu di sana. Hingga tiba-tiba terdengar suara Zayla dari arah meja paling depan dekat kasir di cafe tersebut. "Serly, di sini," seru Zayla sambil melambaikan tangan kepada sahabatnya itu. "Zayla!" Serly langsung berlari ke arah calon adik iparnya itu dan langsung memeluk erat tubuhnya. Yeah, mulai sekarang Serly mengklaim Zayla sebagai calon adik ipar yang sangat dia sayangi. "Kenapa lama sekali sampainya," gerutu Zayla seraya melerai pelukannya. "Ayo duduk, aku sudah pesankan makanan favorit kita barusan, biar pas kamu datang, kita bisa langsung makan," papar Zayla seakan tak bernafas, ia sangat senang bisa makan bareng sahabatnya yang sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama. "Wah, makasih banyak sahabat ku yang baik," Serly bahagia sekali karena mempunyai sahabat pengertian seperti Zayla. "Oiya, kamu ada perlu apa ngajak aku makan di luar?" tanya Serly saat mengingat tujuannya