Happy Reading. Wajah Serly ditekuk saat memasuki kamar hotel, hatinya masih panas jika mengingat bagaimana mesranya Ansel bersama Emeli saat berdansa tadi. "Dasar buaya! Katanya cinta, tapi gampang banget cari pengganti. Pasti kelakuan dia memang seperti itu sebelum mengatakan cinta sama aku. Ah, bodoh sekali kau Serly!" Gerutunya menghardik dirinya sendiri. Berbagai macam pikiran buruk melintas dibenaknya dari saking cemburunya dia terhadap Ansel. Apa! Cemburu? Yang benar saja. Bahkan Serly berniat untuk melupakan pria brengsek itu. "Awas saja kalau ketemu, aku pastikan dia habis di tanganku." Kecamnya penuh amarah. Ia sampai tak mendengar suara ketukan pintu dari luar. "Sayang, ini aku. Buka pintunya dong," ucap Rafly dari luar sana, pasti pria itu sedang berakting supaya diizinkan masuk ke kamar tunangannya oleh para orang tua. "Astaga! Manusia satu itu bisanya cuma mengganggu saja," gerutu Serly sambil lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar. "Ada apa?" ketus
Happy Reading. Dua insan yang kelelahan sehabis bertempur beberapa jam lalu, kini sedang tertidur pulas. Siapa lagi kalau bukan Ansel dan Serly, mereka kembali mengulang malam panas dengan penuh gairah. Setelah mendapatkan rayuan bertubi-tubi dari Ansel akhirnya Serly pun kalah. Ia mengakui perasaannya dan mau mengikuti ide gila dari pria tampan itu, sebab Ansel terus mendesak Serly agar berkata jujur mengenai perasaannya. Ternyata Ansel tidak benar-benar tidur, ia mengusap kepala Serly saat wanita cantik itu benar-benar terlelap. Bibirnya mengulas senyuman indah dari saking bahagianya, malam ini mereka melakukannya atas dasar sama-sama cinta. Ah, rasanya sangat berbeda, Ansel jadi tidak mau berpisah dengan Serly dan terus ingin mengulang pergulatan semalam. Tak ingin larut dalam kebahagiaannya, Ansel pun menyusul Serly ke alam mimpi sambil memeluk sang pujaan hati dari belakang. Meletakkan kepala Serly di atas lengannya yang dijadikan bantal, kemudian mendekap erat wanita cantik i
Happy Reading. "Selamat pagi, Sayang," ucap Ansel kepada sang pujaan hati saat wanita cantik itu membuka matanya di pagi hari. Serly terbelalak kaget, ia hampir saja berteriak jika saja tidak mengingat kejadian semalam sehingga membuatnya tersenyum malu-malu. "Pagi," akhirnya Serly membalas ucapan selamat pagi dari sang kekasih. Yeah, mereka semalam sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang akan berhubungan secara sembunyi-sembunyi sampai pertunangan Serly dan Rafly batal. "Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Ansel sembari merapikan anak rambut Serly yang sedikit berantakan sehabis bangun tidur. "Hm, sangat nyenyak," lagi-lagi Serly menjawab singkat dan padat. Ia masih malu dengan pergulatan semalam, yang bermain sangat lama hingga menghabiskan waktu 2 jam. "Aku sangat bahagia bisa tidur sama kamu, sayang. Aku ingin merasakannya setiap hari saat akan tidur dan setelah bangun tidur yang aku lihat pertama kali adalah wajah cantik mu," ungkap Ansel tersenyum hangat, tangannya mengusap
Happy Reading. Deg. Jantung Zeya berpacu sangat cepat, tatkala mendengar ucapan suaminya. "M-menyerah? Maksud kamu apa, Pa?" Zeya mendadak linglung, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Tolong pikirkan baik-baik apa yang barusan aku katakan, kali ini aku enggak main-main, Zeya," tukas Fero menatap penuh sang istri, ia tak akan lagi menjadi budak cinta yang selalu di bodohkan oleh istrinya sendiri sampai mengabaikan eksistensi putri kandungnya sendiri. "Ma, Pa," tiba-tiba Serly ada di dekat mereka, ia lekas menyusul karena takut terkena amarah dari Mamanya lagi. Fero langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih hangat karena ada Serly di sana, ia tidak mau putrinya tahu kalau dirinya dan sang istri tengah berdebat tentang kelanjutan masa depan rumah tangganya. "Duduklah, sebentar lagi keluarga Rafly akan segera datang," ucap Fero sembari menarik kursi untuk sang putri yang telah kekurangan kasih sayang darinya. "Makasih, Pa," hati Serly berbunga-bun
Happy Reading. Sesampainya di cafe moon, Serly mencari sahabatnya yang katanya sudah sampai lebih dulu di sana. Hingga tiba-tiba terdengar suara Zayla dari arah meja paling depan dekat kasir di cafe tersebut. "Serly, di sini," seru Zayla sambil melambaikan tangan kepada sahabatnya itu. "Zayla!" Serly langsung berlari ke arah calon adik iparnya itu dan langsung memeluk erat tubuhnya. Yeah, mulai sekarang Serly mengklaim Zayla sebagai calon adik ipar yang sangat dia sayangi. "Kenapa lama sekali sampainya," gerutu Zayla seraya melerai pelukannya. "Ayo duduk, aku sudah pesankan makanan favorit kita barusan, biar pas kamu datang, kita bisa langsung makan," papar Zayla seakan tak bernafas, ia sangat senang bisa makan bareng sahabatnya yang sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama. "Wah, makasih banyak sahabat ku yang baik," Serly bahagia sekali karena mempunyai sahabat pengertian seperti Zayla. "Oiya, kamu ada perlu apa ngajak aku makan di luar?" tanya Serly saat mengingat tujuannya
Happy Reading. Rafly menatap kedua wanita cantik di hadapannya yang sedang asik memakan ice cream setelah puas berbelanja di mall. Kedua tangan Rafly penuh akan barang belanjaan yang sengaja dititipkan oleh Zayla dan Serly kepadanya. "Tenang, aku enggak boleh marah dan juga gegabah. Setelah ini aku pastikan mereka enggak akan berani lagi menjadikan ku layaknya bodyguard." Gumam Rafly menenangkan dirinya sendiri. Rafly membawa barang belanjaan dua wanita itu ke dalam mobilnya yang ada di parkiran mall, sedang Serly dan Zayla masih menikmati waktu berdua di dalam mall sambil melahap ice cream.Saat tiba di parkiran, Rafly tak sengaja melihat Laudya berjalan bersama seorang pria dengan bergandengan tangan. Hatinya memanas melihat pemandangan itu, ia sangat tidak suka jika barang miliknya disentuh oleh orang lain. Gegas saja Rafly meletakkan barang belajaan itu di dalam mobil, kemudian ia mengejar Laudya yang akan menaiki sepeda motor bersama pria yang tadi. "Tunggu!" Teriak Rafly ber
Happy Reading. Dooor! "Aaaakkkhh!" Juanda berteriak histeris saat merasakan sakit pada bagian kakinya akibat tembakan dari Arion barusan. "Sialan!" umpatnya menatap sinis pada Arion. "Ini baru pemanasan Pak Tua, setelah ini kita akan bermain lebih seru lagi," kata Arion menyeringai tipis. "Ternyata kau tak pantas dikasihani, sudah cukup selama ini aku berbaik hati kepadamu, tetapi kamu pergi jauh layaknya seorang pecundang. Ah, bukankah kamu memang pecundang," desis Arion menatap remeh pada pria tua yang ada di hadapannya. "Tenang saja, jangan takut. Aku tidak akan langsung membunuhmu, hukuman mati terlalu ringan untuk penjahat ulung seperti mu," tangan Arion mengambil belati yang tersimpan di dalam lemari tempat benda tajam. Wajah Juanda semakin ketakutan saat Arion membawa belati itu mendekat ke arahnya, ia berusaha melepaskan diri dari ikatan di tubuhnya, namun usahanya sia-sia, sebab rasa sakit di kakinya membuat Juanda tak bisa bergerak bebas. Sreeekk! Aaaaaaarrrgh! Juan
Happy Reading.Zayla kebingungan saat keluar dari dalam kamar mandi karena tidak menemukan keberadaan Serly dan juga putranya. "Ke mana mereka." Ucapnya sambil celingukan mencari keberadaan calon kakak iparnya. Tak ingin terlalu lama berpikir, Zayla memutuskan untuk ke walk in closet. Mencari baju santai ala rumahan lalu memakainya, kemudian ia hanya mengoleskan sedikit cream pelembab ke wajahnya. Tanpa polesan make up, hanya menggunakan cream yang tadi, Zayla keluar dari kamar untuk mencari sosok Serly. "Ser, kamu di mana?" teriak Zayla memanggil sahabatnya. Namun, ia tak kunjung menemukan keberadaannya dan justru berpapasan dengan Mbak Ririn, seorang Nanny yang menjaga Gabriel. "Loh, kenapa Briel ada di Mbak Ririn, Serly nya mana ya?" tanya Zayla kebingungan, pasalnya tadi ia menitipkan Gabriel kepada Serly, bukan Mbak Ririn. "Tadi Tuan Ansel yang menitipkan Tuan muda kepada saya, Nyonya. Sedangkan Nona Serly, saya tidak melihatnya," ungkap Ririn sangat jujur, ia tetap fokus men