Happy Reading. "Selamat pagi, Sayang," ucap Ansel kepada sang pujaan hati saat wanita cantik itu membuka matanya di pagi hari. Serly terbelalak kaget, ia hampir saja berteriak jika saja tidak mengingat kejadian semalam sehingga membuatnya tersenyum malu-malu. "Pagi," akhirnya Serly membalas ucapan selamat pagi dari sang kekasih. Yeah, mereka semalam sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang akan berhubungan secara sembunyi-sembunyi sampai pertunangan Serly dan Rafly batal. "Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Ansel sembari merapikan anak rambut Serly yang sedikit berantakan sehabis bangun tidur. "Hm, sangat nyenyak," lagi-lagi Serly menjawab singkat dan padat. Ia masih malu dengan pergulatan semalam, yang bermain sangat lama hingga menghabiskan waktu 2 jam. "Aku sangat bahagia bisa tidur sama kamu, sayang. Aku ingin merasakannya setiap hari saat akan tidur dan setelah bangun tidur yang aku lihat pertama kali adalah wajah cantik mu," ungkap Ansel tersenyum hangat, tangannya mengusap
Happy Reading. Deg. Jantung Zeya berpacu sangat cepat, tatkala mendengar ucapan suaminya. "M-menyerah? Maksud kamu apa, Pa?" Zeya mendadak linglung, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Tolong pikirkan baik-baik apa yang barusan aku katakan, kali ini aku enggak main-main, Zeya," tukas Fero menatap penuh sang istri, ia tak akan lagi menjadi budak cinta yang selalu di bodohkan oleh istrinya sendiri sampai mengabaikan eksistensi putri kandungnya sendiri. "Ma, Pa," tiba-tiba Serly ada di dekat mereka, ia lekas menyusul karena takut terkena amarah dari Mamanya lagi. Fero langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih hangat karena ada Serly di sana, ia tidak mau putrinya tahu kalau dirinya dan sang istri tengah berdebat tentang kelanjutan masa depan rumah tangganya. "Duduklah, sebentar lagi keluarga Rafly akan segera datang," ucap Fero sembari menarik kursi untuk sang putri yang telah kekurangan kasih sayang darinya. "Makasih, Pa," hati Serly berbunga-bun
Happy Reading. Sesampainya di cafe moon, Serly mencari sahabatnya yang katanya sudah sampai lebih dulu di sana. Hingga tiba-tiba terdengar suara Zayla dari arah meja paling depan dekat kasir di cafe tersebut. "Serly, di sini," seru Zayla sambil melambaikan tangan kepada sahabatnya itu. "Zayla!" Serly langsung berlari ke arah calon adik iparnya itu dan langsung memeluk erat tubuhnya. Yeah, mulai sekarang Serly mengklaim Zayla sebagai calon adik ipar yang sangat dia sayangi. "Kenapa lama sekali sampainya," gerutu Zayla seraya melerai pelukannya. "Ayo duduk, aku sudah pesankan makanan favorit kita barusan, biar pas kamu datang, kita bisa langsung makan," papar Zayla seakan tak bernafas, ia sangat senang bisa makan bareng sahabatnya yang sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama. "Wah, makasih banyak sahabat ku yang baik," Serly bahagia sekali karena mempunyai sahabat pengertian seperti Zayla. "Oiya, kamu ada perlu apa ngajak aku makan di luar?" tanya Serly saat mengingat tujuannya
Happy Reading. Rafly menatap kedua wanita cantik di hadapannya yang sedang asik memakan ice cream setelah puas berbelanja di mall. Kedua tangan Rafly penuh akan barang belanjaan yang sengaja dititipkan oleh Zayla dan Serly kepadanya. "Tenang, aku enggak boleh marah dan juga gegabah. Setelah ini aku pastikan mereka enggak akan berani lagi menjadikan ku layaknya bodyguard." Gumam Rafly menenangkan dirinya sendiri. Rafly membawa barang belanjaan dua wanita itu ke dalam mobilnya yang ada di parkiran mall, sedang Serly dan Zayla masih menikmati waktu berdua di dalam mall sambil melahap ice cream.Saat tiba di parkiran, Rafly tak sengaja melihat Laudya berjalan bersama seorang pria dengan bergandengan tangan. Hatinya memanas melihat pemandangan itu, ia sangat tidak suka jika barang miliknya disentuh oleh orang lain. Gegas saja Rafly meletakkan barang belajaan itu di dalam mobil, kemudian ia mengejar Laudya yang akan menaiki sepeda motor bersama pria yang tadi. "Tunggu!" Teriak Rafly ber
Happy Reading. Dooor! "Aaaakkkhh!" Juanda berteriak histeris saat merasakan sakit pada bagian kakinya akibat tembakan dari Arion barusan. "Sialan!" umpatnya menatap sinis pada Arion. "Ini baru pemanasan Pak Tua, setelah ini kita akan bermain lebih seru lagi," kata Arion menyeringai tipis. "Ternyata kau tak pantas dikasihani, sudah cukup selama ini aku berbaik hati kepadamu, tetapi kamu pergi jauh layaknya seorang pecundang. Ah, bukankah kamu memang pecundang," desis Arion menatap remeh pada pria tua yang ada di hadapannya. "Tenang saja, jangan takut. Aku tidak akan langsung membunuhmu, hukuman mati terlalu ringan untuk penjahat ulung seperti mu," tangan Arion mengambil belati yang tersimpan di dalam lemari tempat benda tajam. Wajah Juanda semakin ketakutan saat Arion membawa belati itu mendekat ke arahnya, ia berusaha melepaskan diri dari ikatan di tubuhnya, namun usahanya sia-sia, sebab rasa sakit di kakinya membuat Juanda tak bisa bergerak bebas. Sreeekk! Aaaaaaarrrgh! Juan
Happy Reading.Zayla kebingungan saat keluar dari dalam kamar mandi karena tidak menemukan keberadaan Serly dan juga putranya. "Ke mana mereka." Ucapnya sambil celingukan mencari keberadaan calon kakak iparnya. Tak ingin terlalu lama berpikir, Zayla memutuskan untuk ke walk in closet. Mencari baju santai ala rumahan lalu memakainya, kemudian ia hanya mengoleskan sedikit cream pelembab ke wajahnya. Tanpa polesan make up, hanya menggunakan cream yang tadi, Zayla keluar dari kamar untuk mencari sosok Serly. "Ser, kamu di mana?" teriak Zayla memanggil sahabatnya. Namun, ia tak kunjung menemukan keberadaannya dan justru berpapasan dengan Mbak Ririn, seorang Nanny yang menjaga Gabriel. "Loh, kenapa Briel ada di Mbak Ririn, Serly nya mana ya?" tanya Zayla kebingungan, pasalnya tadi ia menitipkan Gabriel kepada Serly, bukan Mbak Ririn. "Tadi Tuan Ansel yang menitipkan Tuan muda kepada saya, Nyonya. Sedangkan Nona Serly, saya tidak melihatnya," ungkap Ririn sangat jujur, ia tetap fokus men
Happy Reading. Rina dan Bagas membawa oleh-oleh yang banyak untuk Gabriel, mereka memberikan kejutan tanpa memberikan kabaran kalau akan datang ke kediaman Wesley. "Pasti Zayla sangat senang melihat kita tiba-tiba muncul di sini ya, Pa," ucap Rina kepada suaminya. Mereka sudah sampai di halaman rumah sang putri dan bergegas turun dari dalam mobil. "Pasti itu, Ma. Kita kan bilangnya masih pulang besok dari Singapura, padahal pulangnya sekarang," kata Bagas menimpali, dia ikut senang karena akan bertemu dengan putri dan cucunya. Mereka berdua sengaja langsung menuju ke kediaman Wesley tanpa pulang dulu ke rumah, rasa rindu kian menggebu tanpa bisa dibendung. Namun, mereka berdua dikejutkan oleh pemandangan yang mengusik mata. Ansel dan Serly keluar dari dalam kamar dengan penampilan kusut, yang sangat mencurigakan. Mereka seperti pasangan suami istri yang ... habis melakukan ritual. Bruuk!Oleh-oleh yang ada di tangan Rina, jatuh saat itu juga. Bagaimana tidak, Ansel mencium bibir
Happy Reading. "Serly, tunggu!" Ansel hendak mengejar sang kekasih. Namun, dicegah oleh Papanya karena ada yang harus dibicarakan. "Jangan mengejarnya! Duduk dan jelaskan semuanya," titah Bagas mencekal pergelangan tangan Ansel. Ansel mendengus kesal atas sikap Papanya yang kekanak-kanakan. "Oke, aku jelasin semuanya. Tapi setelah itu jangan halangi aku buat ngejar Serly," kecam Ansel kembali ke tempat duduknya yang semula. Sedangkan Zayla langsung beranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Arion supaya ikut bersamanya. Arion pun mengikuti sang istri tanpa melakukan protes, ia paham apa yang dirasakan oleh Zayla saat ini. Menurutnya Bagas juga keterlaluan sampai membentak Zayla hanya karena masalah sepele. "Jangan diambil hati tentang sikap Papa tadi, dia hanya terbawa emosi karena shock lihat kebersamaan Ansel dan Serly," ucap Arion menenangkan, saat ini mereka ada di dalam kamar untuk memisahkan diri dari sidang di ruang tengah. "Hm, aku enggak lagi mikirin itu kok, Kak,