Hutan Hitam, tempat yang menyeramkan bagi semua kaum werewolf. Tidak ada yang berani mendatanginya, bahkan hanya sekedar lewat di perbatasan. Hanya beberapa serigala saja yang berani memasuki hutan tersebut, terpaksa untuk mencari tanaman herbal langka atau berburu Rouge.Namun, tidak bagi Elisa. Entah apa yang membawanya ke sana saat ini. Dia tidak merasa takut atau trauma karena kejadian lalu yang sempat menimpanya. Awalnya, ia hanya ingin keluar dari istana untuk menghilangkan kejenuhan. Namun, ia pun tidak tahu kenapa langkahnya membawanya ke sana. Langkahnya terus saja berjalan sampai ke perbatasan Lotus pack dan hutan Hitam, seolah ada yang membawanya."Kau ingin masuk ke dalam sana?" tanya Ivy."Aku tidak tahu kenapa kita bisa berada di sini," jawab Elisa.Ia pun sama bingung dengan serigala pasangannya. Mereka berdua memikirkan hal yang sama. Namun, setelah itu, Elisa memiliki ide."Hei, apa kau ingin masuk ke dalam hutan menyeramkan itu?" tanya Ivy.Sedangkan Elisa tidak menj
Burung dengan ekor panjang yang menjuntai di ujung bulunya sedang merentangkan sayapnya. Nama burung itu adalah Phoenix, burung besar dengan bulu merah dan ekor keemasan yang memancarkan nuansa merah tua.Phoenix diyakini sebagai simbol keabadian dan kembali setelah kematian. Burung Phoenix dapat hidup selama lima ratus tahun. Setelah mencapai batas usianya, burung ini akan membakar dirinya sendiri dan berubah menjadi abu. Dari abu tersebut, Phoenix akan bangkit kembali. Karena itulah Phoenix juga dikenal sebagai burung kehidupan setelah kematian.Elisa beruntung bisa menyaksikan proses kelahiran Phoenix yang baru. Burung itu duduk dengan tenang sambil menunggu sarangnya terbakar. Aroma rempah-rempah seperti kayu manis tercium oleh indera penciuman Elisa."Wow, dia terbakar," bisik Elisa melalui pikiran kepada Ivy saat melihat api perlahan membakar burung itu. Bagi orang awam, pasti mereka akan menganggapnya menyakitkan dan merasa kasihan. Namun, bagi mereka yang tahu, pandangan merek
Daren merasakan sesuatu yang berbeda saat Inl. Tubuhnya tiba-tiba saja kepanasan seperti sedang berada di antara api yang ingin melahapnya. Dia tahu apa itu. Ini pasti ulah gadis itu."Apa yang dilakukan Elisa kali ini?" tanya Daren dengan nada amarahnya. Meskipun begitu, dia tetap merasa khawatir pada gadis tersebut, terutama karena panas semakin terasa saat ini.Dia segera mencari keberadaan gadis tersebut dan memerintahkan beberapa omega dan prajurit untuk mencarinya di dalam istana."Maaf Alpha, Luna tak ada di istana," mindlink salah satu omega yang mencari keberadaannya memberi tahu.Saat itu juga, Daren bangkit dari tempat tidurnya. Dia bahkan tidak peduli lagi dengan luka dan rasa sakit tubuhnya. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah Elisa, gadis lemah yang selalu membuat masalah saat sendiri.Tiba-tiba, seorang prajurit mendatanginya begitu dia berada di luar kamar. Dia terkejut dengan ucapan prajurit tersebut."Alpha, kami menerima berita bahwa di hutan hitam sedang terjadi ke
Phoenix itu dengan tatapan yang tak dapat dimengerti memandang Elisa. Ia seakan-akan meminta bantuan pada gadis tersebut. Sementara itu, Elisa yang paham langsung melihat luka di sayap dan bagian kakinya. Terdapat goresan dari ranting-ranting pohon yang menyebabkan sayapnya sedikit berdarah. "Apa kau ingin membantuku?" Suara itu tiba-tiba muncul. Awalnya Elisa terkejut, tapi setelah itu ia kembali tenang. Dirinya ingat, jika mempunyai kekuatan untuk berbicara dengan hewan lain. Namun, dirinya tak membalas ucapan burung besar di hadapannya saat ini. Ia tak ingin burung tersebut mengetahuinya. "Kau tak perlu takut, aku mengetahui semua tentang dirimu," ujar phoenix tersebut. Kali ini Elisa tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Bahkan dirinya sedikit mundur saking kaget. Sementara itu, burung tersebut hanya terkekeh melihat tingkah gadis setengah penyihir dan serigala itu. "Kau berbicara denganku?" tanya Elisa. "Kau pikir siapa lagi yang ada di sini, apa ada orang lain!" tanya b
Kiana datang tergesa-gesa, tanpa tahu apa yang terjadi. Dia meninggalkan pekerjaannya dengan sembarangan, yang dipikirkannya hanya Elisa. Kiana khawatir saat mendengar bahwa Elisa tidak sadarkan diri setelah keluar dari hutan hitam.Dia sangat khawatir dengan keadaan Elisa. Gadis itu selalu membuatnya merasa takut, entah mengapa dia merasakan ikatan batin dengan gadis cantik tersebut. Mungkin karena dia sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri.Elisa terbangun dan mendengar suara Kiana. Kiana langsung memeluknya dengan lega saat melihat bahwa Elisa baik-baik saja. Kiana bertanya, "Apa yang kau lakukan di hutan hitam? Kau tidak tahu bahwa kami semua sangat khawatir padamu!" teriak Kiana.Elisa hanya diam ketika dipeluk oleh Kiana. Dia bisa merasakan kekhawatiran Kiana padanya. Tidak hanya itu, wajah Kiana juga terlihat sangat takut."Aku baik-baik saja," ujar Elisa.Tiba-tiba, seorang wanita datang menghampiri Kiana. Kedua gadis yang masih berpelukan itu menoleh ke arahnya. Elisa ba
Daren menarik tangan Valeri agar menjauh dari kamar Elisa. Awalnya, Valeri tak ingin pergi, namun setelah beberapa menit dirayu, akhirnya wanita itu mau pergi bersama. Entah untuk apa raja dan ratu memanggil mereka. Sepertinya ada pemberitahuan penting.Saat itu juga, Valeri merasakan firasat buruk akan terjadi, entah pada dirinya atau pun Daren. "Ada apa ayah dan ibu memanggil kita? Apa mereka akan membuat kita menjadi sepasang kekasih?" tanya Valeri ketika berjalan menyusuri lorong istana."Dunno, I guess. If that's the case, shouldn't my woman be happy instead of sulking like she is now?" goda Daren dengan senyuman.Mereka berdua berhenti di tengah lorong untuk berbicara. Tindakan mereka tak mengherankan lagi bagi para omega yang bekerja di istana dan telah sering melihat tingkah lucu pasangan itu.Daren mencium bibir Valeri dengan penuh nafsu. Tangannya meremas gunung kembar yang beberapa hari ini tak tersentuh. Permainan yang diberikan membuat tubuh Valeri bergeliat tak menentu,
Valeri melepas pegangan tangan Daren dan melangkah maju. Dia menatap sang Ratu dengan tatapan berani. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan masalah besar, tetapi dia tidak ingin Daren bersama gadis yang lemah itu."Ratu, saya tidak menyetujui hal ini. Daren telah bersamaku terlebih dahulu. Bukankah kalian berdua telah berjanji akan menjadikanku Luna? Mengapa sekarang berubah? Apakah kalian pembohong?" sarkas Valeri masih menatap tajam ke arah kedua pemimpin tersebut."Valeri, apa maksudmu berbicara seperti itu? Kau tahu dengan jelas bahwa Daren sudah menemukan matenya," ucap raja dengan nada dingin.Cara bicara Valeri begitu tidak sopan, dan itu membuat raja tidak menyukainya. Dia menatap sang Ratu yang juga menatap wanita itu dengan tatapan tidak menyukai. Valeri sepertinya dengan sengaja membuat mereka berpikiran negatif tentang wanita itu."Aku tahu, tapi kalian sudah berjanji padaku untuk menjadikanku Luna, terlepas dari segalanya. Aku ingin kalian membuktikan jan
Elisa sudah bersiap-siap. Ia memakai celana agar bisa berlari jika ada sesuatu. Berdiri dan mengecek kembali semua perlengkapannya. Tidak lupa bercermin untuk memperbaiki penampilannya. Sebuah keranjang pun telah disiapkannya. Keranjang yang tak terlalu besar, tapi cukup menampung berbagai macam tanaman herbal untuk dibawa ke suatu tempat di mana ia dan Kiana akan membuat ramuan. Hari ini ramuan mereka sudah harus selesai karena besok kontes akan diadakan. Dirinya bersemangat dan sudah tak sabar lagi mencoba ramuannya besok.Hari ini ia dan Kiana akan pergi ke kota untuk mengambil tanaman di toko Ben. Elisa beruntung bisa sekelompok dengan Kiana. Dirinya tak perlu susah-susah untuk mendapatkan bahan-bahan yang langka. Tinggal berbicara dengan Ben saja, pria itu akan dengan senang hati mencarikan untuk mereka berdua.Tidak hanya itu, dirinya juga akan bertemu dengan seseorang nantinya. Pria bernama X tersebut meminta hanya menunggu di pinggir kolam lotus di ujung jalan. Oleh karena itu