“Bisa kau cepat sedikit? Kenapa lelet sekali?” gerutu Alfred tidak sabaran.Ali melirik spion tengah, memperhatikan Alfred yang beberapa kali kedapatan mengubah posisi duduknya seperti tidak nyaman dengan wajah muram, berbanding balik dengan tapi pagi, berbinar penuh keceriaan layaknya anak kecil yang akan pergi ke taman dan menghabiskan waktunya dengan hal yang paling dia sukai.Apa yang sebenarnya sudah mengganggu pikiran tuan mudanya saat ini?Semenjak kembali bertemu dengan gadis mantan narapidana itu, Ali merasa ada sesuatu yang berubah pada Alfred. Alfred kehilangan fokusnya dan bertingkah lebih kekanak-kanakan dari biasanya.Ali merasa miris setiap kali teringat fakta bahwa Alfred mencintai perempuan yang salah. Entah akan seperti apa reaksi Nathalia dan Steve Morgan jika mereka tahu, alasan Alfred tidak pernah bisa menyukai Melisa karena sebenarnya, putra mereka tergila-gila pada mantan seorang narapidana.Sejujurnya, Ali sangat mendukung kebahagiaan Alfred, namun sepertiny
Suara riang tawa anak-anak terdengar, mereka berlarian membawa sepotong kue yang Floryn bagikan di hari ulang tahunya. Roan menyandarkan bahunya pada kursi, diam-diam memperhatikan dengan bibir mengulum senyuman.Keceriaan Floryn telah kembali setelah dia meninggalkan toko itu.Roan rindu sisi Floryn yang seperti ini, percaya diri saat berkomunikasi dengan orang asing, banyak tersenyum tanpa memikirkan banyak hal yang menjerat segala kebebasan jiwanya.Entah harus dengan cara apa Roan mengembalikan Floryn yang dulu.Roan tahu, ada banyak masalah yang harus diselesaikan. Roan ingin terus berada disisi Floryn sampai akhir menyadarkan gadis itu bahwa dia tidak sendirian dan didunia ini, dan masih ada orang yang akan selalu percaya bahwa dia bukanlah seorang penjahat.Floryn menyendok cake dipangkuannya, dengan tatapan polos tanpa dosa dia menyodorkannya kepada Roan.Tubuh Roan menegak. “Apa?” tanya Roan gugup.“Ini kue pertama yang aku dapatkan setelah lebih dari lima tahun lamanya, ak
“Jangan mendekat!” teriak Floryn mengayunkan pisaunya tanpa keraguan. Floryn telah terpojokan, selagi teman penjahat itu belum menyusul, dia harus kembali kabur.“Sebaiknya kau menyerah karena aku bisa melukaimu,” jawab Manyu seraya mengangkat tangannya namun kakinya mendekat tidak tergertak sedikitpun oleh ancaman Floryn. Dalam gerakan cepat manyu menarik tangan Floryn, merebut pisau di tangannya, lalu menyasar lehernya dengan kuncian.Diantara pandangan yang mengabur dan tubuh mulai lemas, sekuat tenaga Floryn menggerakan wajahnya untuk menggigit tangan manyu dan mencubit perutnya sekeras mungin.“Arght..” erang Manyu merasakan gigitan Floryn yang semakin dalam.Cengkraman Manyu merenggang, Floryn mengambil kesempatan itu dengan kembali berlari.Dalam seperkian detik, Manyu kembali berhasil menangkapnya dan membanting tubuh Floyn ke aspal hingga tubuh kecil itu terpelanting dan mengerang kesakitan.“Sudah aku bilang kan, lebih baik kau menyerah karena aku bisa lebih kasar padamu,
"Floryn Danika ini psikopat!""Benar! Bagaimana bisa anak berumur 15 tahun sepertinya, tak merasa bersalah setelah membunuh adik tirinya?""Meski tak ada hubungan darah, harusnya Floryn tak sekeji itu untuk meracuninya! Semoga, dia dapat hukuman seberat-beratnya!""Benar! Jangan lembek karena embel-embel masih di bawah umur. Kita harus kawal persidangan."Bisikan di ruang persidangan terdengar terus-menerus. Tampak sekali, semua orang sangat menantikan keputusan akhir dari hakim hari ini.Bahkan, kumpulan media dari berbagai stasiun TV juga berharap mendapat berita besar dari kasus Floryn yang merupakan calon atlet ice skating terbaik di negara ini dan juga anak dari salah satu petinggi kepolisian!"Sidang akan dimulai kembali!"Bersamaan dengan ucapan Hakim Ketua, suasana pun kembali tenang, terutama saat Floryn Danika kembali hadir.Penampilan gadis bermata hijau safir itu seketika mengalihkan perhatian.Meski kesal, mereka mengakui bahwa Floryn begitu cantik. Sayangnya, dia jahat d
Keinginan balas dendam membuat Floryn bertahan. Tak terasa, hari kebebasannya tiba. Hanya saja, tidak ada yang menyambut Floryn..... “Apa ibu dapat melihatku sekarang? Aku minta maaf karena tidak cukup menjadi anak yang kuat untuk membela diriku sendiri,” bisik Floryn dalam hati kala memandang pot kecil bunga baby breath yang diberikan almarhumah ibunya. Sayangnya, bunga itu mati bersamaan dengan putusan pengadilan lima tahun lalu.Floryn kini sudah 20 tahun. Namun, kebahagiaan anak muda tak ada di wajahnya. Setelah menjadi salah satu tahanan termuda dengan kasus berat, siksaan dari narapidana lain yang mendapatkan sogokan dari Issabel tak pernah berhenti. Untungnya dua tahun terakhir, Floryn mulai diterima. Dia pun berkebun dan merajut pakaian dengan upah tak seberapa. Meskipun begitu, berkat bekerja Floryn memiliki sedikit uang untuk bisa bertahan nanti.Hanya saja, Floryn sadar bahwa masyarakat pasti tak akan menerimanya dengan mudah. “Flo?!” panggil Julliet, seorang mantan t
Floryn tidak memiliki tempat untuk kembali atau bertanya. Terlebih, uang yang Floryn miliki tidaklah banyak.Jika dia menggunakannya untuk menyewa tempat tinggal, maka tidak ada jatah untuk makan.Tidak mungkin juga untuk Floryn mengandalkan makanan gratis. Pemerintahan negara Neydish memang menyediakan truk makanan gratis bagi tunawisma.Ada banyak rak-rak makanan gratis yang bisa diambil hanya dengan menukarnya menggunakan kartu identitas.Masalahnya, jatah makanan selalu dibatasi. Terlebih, Floryn juga tidak memiliki kartu identitas karena saat dia dipenjara, dia masih dibawah umur.Jujur, Floryn takut kelaparan. Lebih baik dia tidur kehujanan dibandingkan mati kelaparan."Hahahaha....."Suara tawa terdengar nyaring disudut tempat menarik Floryn untuk melihat.Ada sekumpulan gadis remaja yang berseragam sekolah tengah mengantri disebuah food truck sambil berbincang.Tampaknya mereka membicarakan sesuatu yang tampak menyenangkan.Pemandangan sederhana itu membuat pupil mata Floryn
“Tuan Muda,” sambut Piper membukakan pintu mobil untuk Alfred. Dengan sigap Piper membawakan koper Alfred dan topi pilotnya. “Saya senang Anda pulang ke rumah kali ini,” ucap Piper lagi dengan senyum sumringah. “Ibu ada di rumah?” tanya Alfred melangkah cepat melewati beberapa anak tangga menuju teras.Sementara itu, Piper terkopoh-kopoh mengangkat koper Alfred disetiap anak tangga yang akan dilewatinya.“Nyonya menginap di hotel sejak kemarin, jika beliau tahu Anda pulang, saya yakin beliau juga pasti pulang,” jawab Piper dengan napas tersenggal kehabisan napas.Alfred berbalik, sejenak dia menunggu Piper menyusul karena hal lain yang peril ditanyakan. “Apa ibu bertengkar lagi dengan ayah?”Piper berusaha untuk tersenyum formal, menyembuyikan perasaan tidak enak hatinya saat ini. Alfred memiliki seorang ibu yang berkepribadian cukup unik, dia akan selalu pergi kabur setiap kali bertengkar, namun dengan satu bujukan dia akan kembali pulang dengan sendirinya.“Ibu Anda hanya mengk
Melalui jendela yang terbuka, Floryn dapat melihat keberadaan Emier yang tengah duduk di kursi belakang.Deg!Gadis itu sontak menelan salivanya dengan kesulitan. Tangannya bahkan gemetar berkeringat dingin.Kesedihan, amarah, kebencian, dan kecewa bercampur menjadi satu melihat pria yang dulu pernah memberinya begitu banyak kasih sayang, dan pria yang sudah mengeluarkan Floryn dari daftar keluarga hingga berhasil mengurungnya dalam jeruji besi selama lima tahun lamanya.Rasanya seperti mimpi bisa kembali melihat sosok pria yang dulu sangat Floryn hormati dan dia banggakan, kini berubah menjadi orang yang sangat dibenci hingga tidak ada pintu maaf yang tersedia untuknya.“Tuan Emier ingin berbicara dengan Anda.”Tiba-tiba saja, seorang pria berpakaian sopir keluar dari mobil dan berlari menghampiri Floryn.Tangan Floryn sontak terkepal kuat. Untuk apa Emier ingin berbicara dengannya? Bukankah lima tahun yang lalu, saat Emier merobek kartu keluarga mereka, dia bilang dia tidak sudi