Share

Bab 5 | Merasa Bersalah

Melihat senyuman tak bersalah dari Ferdi, Roni seketika melempar sebuah tas yang isinya tunai 500 Juta itu.

"Ferdi, aku sudah memberikan uangmu, sekarang kita sudah tidak ada sangkut pautnya lagi."

Roni kemudian hendak masuk di rumah bobroknya, namun langsung dicegat oleh Ferdi.

"Kenapa? Bukankah aku sudah membantumu? Sekarang aku ingin beristirahat!" ucap Roni, ia menatap kesal kepada Ferdi.

"Kau ambil saja semua uang ini sebagai permintaan maaf'ku!" ucap Ferdi kemudian hendak memberikan kepada Roni.

"Uang itu kau dapatkan dengan hasil menipu pacarmu sendiri. Aku tidak akan mau menerimanya."

Ferdi kemudian terdiam. Ia paham, kalau Roni tidak akan mau menikmati uang hasil menipu.

"Tidak apa kalau kamu tidak mau menerima uang ini, tapi apakah kau bersedia memaafkanku? Jujur, aku tidak tahu Leni akan membawa dua orang dan berniat memukulimu terlebih dahulu."

"Aku memaafkanmu."

Namun, Roni--yang ingin membuka pintu rumahnya--kembali ditahan Ferdi.

Karena pintunya itu memang sudah usang dan tidak kuat lagi, pintunya langsung rusak begitu saja.

Roni hanya diam dan tetap masuk. "Pergilah sekarang! Aku tidak mau diganggu lagi olehmu!" seru Roni dengan suara yang agak tinggi.

Ferdi pun menghela napas. "Baiklah, saya akan pergi sekarang juga."

Tak lupa, ia kemudian pergi sambil membawa uang 500 Jutanya.

Roni menunggu 30 menit sebelum keluar. Begitu menemukan Ferdi sudah pergi, barulah pria itu menghela napas lega.

******

Sampai di apartemen, Ferdi kemudian membuang dirinya di kasur.

Ia masih merasa bersalah kepada Roni. Karena dirinya, Roni malah dipukuli sampai babak belur.

Padahal, Roni tidak mempunyai dosa apapun padanya, tidak melakukan kesalahan, dan tidak ada dendam pula.

Tapi, Ferdi malah membuat Roni dipukuli oleh dua orang bayaran itu. Hal itu semakin membuat Ferdi merasa sangat bersalah.

"Rasanya, aku seperti tidak enak hati mau menikmati uang ini," pikir Ferdi.

Waktu pun berlalu begitu cepat dan pagi hari pun tiba.

Ferdi bangun di pagi hari dengan kondisi yang tidak baik. Semalam ia tidak bisa tidur nyenyak.

Saat bangun pun, Ferdi dikejutkan dengan riwayat panggilan dari para pacar-pacarnya.

[1 Panggilan Tidak Terjawab dari Jennifer ]

[1 Panggilan Tidak Terjawab dari Leni ]

[1 Panggilan Tidak Terjawab dari Yulia ]

[1 Panggilan Tidak Terjawab dari Cinta ]

"Sial, ke-4 pacarku malah menelepon semalam. Mana aku nggak angkat lagi ... Bagaimana aku harus menghadapi ke-4 pacarku itu?" gumam Ferdi.

"Lupakan masalah itu, mending aku pergi healing," ucap Ferdi kemudian segera bersiap dan pergi.

Saat telah keluar dari apartemen, Ferdi kemudian bertemu dengan Leni yang baru saja akan mendatangi dirinya.

"Ferdi? kau mau kemana?" tanya Leni tiba-tiba.

Ferdi seketika terkejut.

"Tentu saja aku mau jalan-jalan, di rumah terus rasanya penat. Sekalian juga aku mau lihat-lihat situasi di kota ini. Siapa tahu aja, ada peluang usaha yang bisa aku manfaatkan. Tidak mungkin kan, aku terus-menerus pengangguran?" ucap Ferdi.

Mendengar bahwa pacarnya itu tidak bermalas-malasan, Leni merasa sangat senang.

"Kalau kau butuh pekerjaan, kebetulan, aku bisa memberikan pekerjaan di Hotel Merbabu." 

"TIDAK MUNGKIN!" ucap Ferdi secara spontan. Ia menolak untuk bekerja di sana. Melihat Leni yang tersinggung, Ferdi ketar-ketir. Apalagi, tadi suaranya amat keras.

"Leni, kau 'kan tahu ... teman-temanku semuanya orang kaya. Aku pun sudah terbiasa bergaul dengan mereka, dan mereka juga belum tahu mengenai diriku yang sudah bangkrut. Jika aku bekerja di Hotel Merbabu yang adalah tempat teman-temanku itu sering ngumpul, mau ku taruh dimana mukaku ini?" ucap Ferdi panjang kali lebar, mencoba menjelaskan.

Cukup lama kedua terdiam, hingga akhirnya Leni hanya menghela napas. "Jadi, bagaimana rencanamu?" 

"Aku akan keliling dulu." 

"Ya sudahlah, aku juga masih ada kerjaan di kantor." Leni  kemudian langsung pergi, namun tiba-tiba dihentikan oleh Ferdi.

"Leni, bisakah aku meminjam mobilmu?" tanya Ferdi.

"Mobilmu ke mana memangnya?"

"Sudah aku jual untuk bayar hutang waktu itu. Ayolah, Leni! Pinjamkan aku mobilmu."

"Lalu aku pakai apa ke kantor?" tanya Leni.

"Aku akan mengantarmu ke Hotel Merbabu dulu. Baru, aku akan meminjam mobilmu." 

"Baiklah," balas Leni.

Ferdi kemudian segera mengantar Leni menuju hotel Merbabu. Karena Leni adalah CEO dari Hotel Merbabu, maka kantornya pun masih satu gedung dengan Hotel Merbabu.

"Sore menjelang malam nanti, jangan lupa kau jemput aku!" ucap Leni.

"Baiklah, aku akan kembali sore nanti."

Setelah Leni masuk ke dalam Hotel Merbabu, Ferdi tersenyum kemudian segera pergi.

"Hahaha, akhirnya aku bisa pergi keliling lagi." gumam Ferdi senang.

Ia mengendarai mobilnya pergi ke sebuah kafe.

Sesampainya di sana, Ferdi sempat ingin turun. Apalagi saat melihat teman-temannya ada di sana. Tapi tiba-tiba, Ferdi kembali teringat dengan sosok Roni.

"Saat itu, aku hanya memberikan sepotong roti kepada Roni, kemudian dia berjanji akan membalas kebaikan'ku. Aku datang dan memintanya berbohong demi 500 Juta, tidak disangka malah dipukuli. Rasanya, aku benar-benar keterlaluan," pikir Ferdi seketika.

Perasaan bersalah masih melekat di dalam benaknya itu.

Huft...

Ferdi kemudian memutuskan untuk segera pergi ke rumah Roni saja. Ia kemudian meninggalkan kafe itu. Saat dalam perjalanan, smartphone miliknya berbunyi.

"Hey Ferdi! Kau ke mana? Aku lihat tadi kamu sudah sampai, tapi tiba-tiba pergi lagi," ucap teman Ferdi di telepon.

"Mendadak aku ada urusan, kali ini aku tidak bisa bergabung."

Ferdi kemudian mematikan telepon secara sepihak lalu menyalakan mode pesawat. Tidak lama kemudian, Ferdi akhirnya sampai di rumah bobrok milik Roni.

Ferdi pun segera turun dari mobil dan menuju rumah bobrok itu. Diperhatikannya pintu yang kemarin sudah rusak, kini telah diperbaiki.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu kini terdengar, namun setelah beberapa saat mengetuk pintu, Roni tetap tidak ada.

"Kau cari Roni, yah?" tanya salah seorang mengaggetkan Ferdi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status