Share

Bab 4 | Sial Menimpa

Ferdi pun tersenyum mendengarnya.

Ia sangat senang sebab akhirnya masalah mengenai Ferdi yang mempunyai hutang fiktif kini terselesaikan.

Hanya tinggal menunggu, dan Ferdi akan mendapatkan uang 500 Jutanya.

"Baiklah. Ternyata, kau memang pria yang selalu memegang ucapanmu."

******

Ferdi kaget ketika melihat Leni yang ternyata membawa dua orang bodyguard atau lebih tepatnya, dua orang tukang pukul.

Seketika, pria itu merasa khawatir dan mulai merasa ada yang tidak beres.

"Leni, untuk apa kau membawa dua orang ini?" bisik Ferdi di telinga Leni yang kini tersenyum.

"Aku hanya ingin memastikan keamanan kita saat bertransaksi," ucap Leni.

Mendengar jawaban Leni yang mengatakan bahwa untuk memastikan keamanan saja, Ferdi menghela napas lega.

Sampailah kemudian di sebuah tempat sepi, di bagian parkiran mobil bawah tanah.

Kini, Roni sudah berdiri di hadapan Ferdi dan Leni. Roni juga terlihat mengenakan pakaian bagus yang adalah pemberian Ferdi.

Semua itu agar tidak ketahuan oleh Leni.

"Di mana uangnya? Bukankah kau bilang akan membayar lunas hutangmu hari ini?" tanya Roni seketika.

"Owh, jadi kamu yang dengan beraninya memukuli kekasihku ini? Aku akan membayar hutangnya sampai lunas, namun karena berhubung kau memukuli Ferdi sebelumnya..." ucap Leni yang kemudian berbalik ke belakang tepatnya ke arah dua orang yang sedari tadi menunggu.

Tatapan Leni seolah menjadi isyarat bahwa kedua orang itu sudah harus melaksanakan tugasnya.

Roni yang tidak tahu apa-apa pun hanya bisa terdiam kaku sambil terus melangkah mundur ke belakang saking takutnya.

"A-apa yang ingin kalian lakukan?" Tampak Roni merasa sangat ketakutan.

"Hahaha, tentu saja ingin memukulimu dasar bocah bodoh!" ucap kedua orang itu. Roni sempat menghela napas dan siap melawan. Perlu diketahui, Roni adalah mantan juara petinju paling ditakuti lima tahun yang lalu.

Dalam sebuah pertandingan, Roni tidak sengaja memukuli lawannya sampai mati--yang kemudian membuat Roni merasa bersalah dan memutuskan untuk tidak bertinju lagi.

Dengan kata lain, Roni bisa melawan jika ia mau.

Tapi tiba-tiba, Roni menghela napas dan memasrahkan dirinya untuk dipukul.

"Mungkin ini teguran langsung dari Tuhan karena aku telah berbohong," pikir Roni.

Pukulan demi pukulan pun kemudian diterimanya. Roni benar-benar menderita pada saat ini.

Sementara itu, Leni tersenyum bahagia melihatnya.

"Inilah akibatnya jika kau berani memukuli Ferdi, kekasihku. Menagih hutang juga tidak perlu pakai cara kasar bukan?" ucap Leni.

Roni hanya terdiam. Ia sama sekali tidak pernah menyentuh Ferdi. Bahkan, Roni tidak tahu mengapa Ferdi bisa babak belur begitu. Tentu saja, itu semua karena kebohongan yang dibuat-buat oleh Ferdi.

"Bagaimana, Sayang? Bukankah kau sudah sangat puas melihatnya? Dia telah memukulimu sampai babak belur, sekarang kita telah membalasnya." ucap Leni.

Ferdi hanya tersenyum dan mengangguk beberapa kali. Padahal, jauh di dalam hati kecil Ferdi, ia sangat merasa bersalah. Ialah yang telah menempatkan Roni dalam posisi seperti ini.

Ferdi pun tidak menyangka akan ada hal seperti ini. Pantas saja Leni ingin membayarnya secara langsung. Rupanya ingin membalas terlebih dahulu.

Tiba-tiba Ferdi merasa kasihan saat melihat Roni bersimbah darah.

"Bagus tubuhmu Boy, sangat keras dan tahan akan tinju kami berdua. Rasanya, tidak puas ingin memukulimu," ucap dua orang tukang pukul itu.

Di saat yang sama, Leni kemudian segera mendekat dan melemparkan sebuah tas kecil berisi lembaran merah.

"Ambil uangmu, 500 Juta! Aku sudah membayar lunas hutang Ferdi. Sekarang, antara kau dan Ferdi sudah tidak ada hubungan lagi," ucap Leni yang kemudian menarik tangan Ferdi dan segera pergi.

Roni hanya diam saja. Namun, kekesalannya tiba-tiba meletup ketika dua orang tukang pukul itu masing-masing meludahi Roni sebelum pergi.

Tak hanya itu, karena mengira Roni tidak bisa melawan, mereka merencanakan sesuatu!

"Boy, kita rampok uangnya sebentar bagaimana?"

"Ide bagus, kita akan mendapatkan banyak uang nantinya!"

Kedua orang itu pun segera membuat keputusan yang nantinya akan disesalkan oleh mereka.

Saat malam hari, pukul 06.00 sore.

"Hahaha, kau mau ke mana? Serahkan uangmu itu!" ucap mereka berdua yang langsung menghadang Roni.

Roni pun menghela napas. Akhirnya ada dua orang bodoh yang siap dipukuli.

"Hanya karena aku tidak melawan, jangan pikir kau bisa menindasku begitu saja. Kuberikan kesempatan terakhir, pergi dan aku akan melupakan segalanya!" ucap Roni.

"Pergi? Tentu saja kami berdua akan pergi setelah memukulimu dan mengambil uang itu." 

Roni menatap ke beberapa arah dan menemukan keadaan lagi sepi. Mereka berada di tempat kumuh yang kebanyakan orang malas untuk melewati apalagi sampai nongkrong. Sehingga, tempat itu sangat sepi.

"Baiklah, tidak ada yang melihat," ucap Roni yang kemudian segera merenggangkan jari-jemarinya.

"Aku sudah memberikan kesempatan kepada kalian berdua tapi tidak diambil, maka aku akan memukulmu dan kebetulan, aku bisa mengembalikan rasa sakit yang kalian berdua berikan padaku." 

Tas berisi uang masih tergantung di pinggangnya. Roni tersenyum sebelum akhirnya mulai menyerang.

Beberapa saat kemudian...

Kedua orang itu ternyata sudah babak belur. Wajahnya sudah penuh dengan bekas lebam dan tangannya juga terasa kebas. Mereka bahkan sampai tidak punya tenaga untuk berdiri.

Saat itu Roni sedang berjongkok di dekat kedua orang itu dan berkata, "Ingatlah hal ini! Kau bisa memukuliku tadi siang itu karena aku mengalah. Tapi bukan berarti karena aku mengalah, maka itu berarti aku bisa ditindas sesuka hati. Hari ini kubiarkan kamu lepas, tapi jangan sampai aku menemukanmu melakukan hal yang sama kepada orang lain."

Setelah mengatakan pesannya pada kedua orang itu, Roni kemudian segera berjalan meninggalkan kedua orang itu.

Beberapa saat berjalan, akhirnya Roni sampai rumah.

Roni kaget saat menemukan Ferdi sudah ada di depan rumahnya, sedang menunggu sedari tadi.

"Hai, Roni!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status