Share

Bab 3 | Pemuda Jujur dan Berakhlak Mulia

"Fer?"

"Te--tentu saja."

Meski mendengar ucapan tergagap dari pria itu, Leni memilih mengabaikannya. Dia masih memiliki banyak tugas untuk dikerjakan!

"Aku masih punya banyak pekerjaan di kantor. Jaga dirimu baik-baik, ya! Hubungi saja orang itu sekarang, dan kita akan membayarnya besok."

Ferdi lekas mengangguk, hingga tak lama, akhirnya Leni pun menghilang di balik pintu. 

Lima menit berlalu, Ferdi pun segera menuju pintu dan membukanya. Saat menoleh ke kanan dan kiri di luar pintu, Leni sudah tidak terlihat lagi.

Ferdi pun tersenyum. Sedari tadi, ia menahan kegembiraannya. Sebab, jika sampai Leni menyadarinya, maka Ferdi tidak akan tahu harus bilang apa.

Menutup pintunya perlahan, Ferdi kemudian segera melompat-lompat sambil tertawa, layaknya orang gila.

"Astaga! 1,2 Milliar dalam sehari?" gumam Ferdi bangga pada dirinya.

Cukup lama, pria itu senyum sendiri. Barulah setelah puas, Ferdi langsung ke kasur dan langsung memeriksa smartphonenya.

"Mari kita lihat, berapa banyak saldoku!"

Setelah melihat saldo rekeningnya melalui m-banking, Ferdi hanya bisa menghela napas.

"Benar saja, uang 600 Juta itu langsung lenyap. Sekarang, hanya tersisa 120 Juta." 

Ferdi menatap tulisan merah di bawahnya cukup lama.

[ Karena Anda tidak membayar uang pinjaman sebesar 600 Juta sebelumnya dan menunggak beberapa bulan, maka pihak bank menahan dana yang masuk sebesar 620 Juta.] 

"Buset, denda tunggakannya sudah mencapai 20 Juta. Tapi ya sudahlah, yang penting sekarang sudah lunas," ucap Ferdi, "Toh, aku punya 120 Juta! Hahaha ... sepertinya, aku bisa pamer lagi nih." 

"Tunggu!" Senyuman Ferdi kemudian menghilang ketika tiba-tiba mengingat Leni akan segera menemuinya besok pagi dan pergi untuk membayar hutang fiktif yang Ferdi sebutkan.

"Buset ... kenapa aku begitu ceroboh? Untung saja, aku cepat menyadari hal ini," gumam Ferdi saat menyadari kesalahannya. "Harus ada yang mau berpura-pura sebagai penagih hutangku. Jika tidak, maka kebohonganku akan segera terbongkar."

Ferdi pun berjalan mondar-mandir di sekitar kasurnya.

"Tapi, siapa orangnya? Jika aku mencari orang asing, bagaimana jika ia malah membawa kabur uangnya?"

Ferdi harus bisa mencari pemuda yang berpenampilan menarik dan bisa diajak kompromi. Sebab, jika penampilan pemuda yang akan menagih hutang kepada Ferdi tidak berpenampilan seperti orang kaya, justru akan mengundang curiga untuk Leni.

Langkah Ferdi kemudian berhenti. Otaknya teringat oleh seorang pemuda yang sempat ia temui beberapa bulan yang lalu.

"Mungkin, orang itu bisa diajak kerjasama!" 

Ferdi kemudian segera keluar dari apartemennya. Ia segera pergi untuk mencari orang itu.

*****

Saat malam hari pun tiba, Ferdi sudah berada di tempat kumuh dan ia sudah berdiri di depan sebuah rumah bobrok.

Di tempat itu, seorang pemuda bernama Roni Septi Anggara tinggal.

Roni adalah seorang pemuda sederhana yang berakhlak baik. Ia adalah tipe orang yang tidak suka menyimpan hutang budi. Jika ada yang menolongnya, maka ia akan membalasnya dengan lebih baik lagi.

Ferdi yang sudah berada di dekan pintu kemudian mengetuk pintunya. Tak lama, keluarlah seorang pemuda tampan namun mengenakan pakaian compang-camping.

"Ferdi? Ada apa kamu malam-malam ke sini?" tanya Roni seketika.

"Aku datang menagih janjimu, kau bilang akan membalas kebaikan ku waktu itu, bukan?" tanya Ferdi.

Roni kemudian mengangguk beberapa kali membenarkan apa yang baru saja dikatakan Ferdi.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan Tuan Ferdi kepadaku?" tanya Roni. Ia sangat bersemangat ketika akhirnya mempunyai kesempatan untuk membalas kebaikan Ferdi di masa lalu.

"Aku ada satu permintaan. Cukup mudah! Kamu hanya perlu berakting sebagai seorang yang menagih hutang kepadaku sebanyak 500 Juta," ucap Ferdi.

"500 Juta? Banyak sekali! Jadi, Tuan Ferdi ingin aku berbohong dan berlagak seolah kamu punya hutang kepadaku sebanyak 500 Juta?" tanya Roni.

"Yah, kamu memang pintar," ucap Ferdi sambil tersenyum.

"Sial, bukankah itu sama saja dengan Tuan Ferdi menyuruh'ku berbohong, yah?" ucap Roni.

"Yah, hanya perlu berbohong sedikit, memangnya apa sulitnya sih?" ucap Ferdi dengan entengnya.

Bagi seorang Roni, berbohong meski hanya sekali rasanya sangat berat. Roni adalah seorang pemuda sederhana dengan akhlak yang sangat baik, dan sangat pantang berbohong.

"Kamu bilang apa susahnya berbohong? Gila! Kau menganggap sepele dosa orang-orang yang berbohong." Roni mulai tidak senang dengan kehadiran Ferdi.

"Jadi, kamu mau membantuku atau tidak?"

Roni hanya terdiam, ia berada dalam posisi dilema.

Di satu sisi, Roni tidak mau berbohong. Di sisi lain, Roni juga tidak mau menolak permintaan Ferdi, sebab Roni merasa berhutang Budi.

"Huft, seharusnya aku menyadari hal ini. Aku salah karena terlalu mempercayai perkataanmu waktu itu. Di zaman yang sekarang ini, siapa sih yang menegang teguh janji dan perkataannya? Aku yang terlalu naif," ucap Ferdi sambil melirik Roni.

Ferdi melakukan hal itu, sebab ia tahu betul bagaimana pribadi Roni yang sebenarnya.

Roni yang sekarang pun kini terlihat sudah putus asa. Ia mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya sebelum akhirnya membuat keputusan.

"Baiklah, aku akan membantumu!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status