Share

Bab 2 | Menang Banyak

Senyum Ferdi seketika mengembang. Masalah Leni berhasil dihadapi.

Tak lama, Leni pun tiba di apartemennya. Tampak jelas, kekhawatiran di wajah gadis itu.

Terlebih, Leni melihat keadaan wajah Ferdi yang penuh luka lebam.

"Ada apa denganmu?" 

"Aku 'kan sudah bilang tadi di telepon," ucap Ferdi kemudian.

"Memangnya, preman mana yang berani memukulimu? Aku akan baik-baik membalasnya," kata Leni yang sudah emosi dibuatnya.

Ia seakan tidak terima pacarnya dipukuli sampai seperti ini.

"Sudahlah, Leni. Itu tidak penting." Ferdi mengalihkan Leni dari rasa penasarannya. "Aku sudah sangat senang karena kau akhirnya mau datang ke apartemenku. Sebelumnya, aku merasa sangat kesepian." 

"Apa yang kau katakan? Sebagai kekasihmu, bagaimana mungkin aku tidak khawatir saat mendengar kabar seperti ini? Kenapa kau tidak ke rumah sakit?" tanya Leni.

Ferdi pun tersenyum, inilah yang ingin dia dengar sebelumnya.

"Boro-boro ke rumah sakit, uang apartemen saja belum dibayar. Apalagi, aku sudah tidak punya uang lagi," ucap Ferdi lalu menghela napas di depan pacarnya itu. Dia memulai "aksi" untuk mendapat lembaran uang seperti biasa.

"Apa?! Uang sewa apartemen belum dibayar? Dan, kau punya banyak hutang?" Leni terkejut mendengarnya.

"Memangnya, aku kelihatan berbohong? Perusahaan mengalami kerugian besar dan aku terpaksa gulung tikar. Setelah itu, masih harus membayar hutang perusahaan yang tidak sedikit. Semua uangku sudah terkuras habis, bahkan aku dipukuli karena tidak bisa membayar hutang." 

Tanpa tahu malu, Ferdi mengumbar kebohongannya dengan lancar.

Ini sudah biasa Ferdi lakukan. Awalnya, dia berbohong dengan berpura-pura menjadi kaya saat mendekati pacar-pacarnya. Kemudian,  ia mengatakan dirinya bangkrut, sehingga pacarnya itu tidak akan curiga. Dan yang paling penting, mungkin saja pacarnya akan bersedia membantu dan memberikan uangnya.

"Kenapa kau tidak bilang kepadaku? Apakah kau pikir aku akan enggan membantumu?" tanya Leni seketika. Wanita itu turut sedih mendengar kabar bahwa Ferdi telah bangkrut dan jatuh miskin.

'Kena kau!" Ferdi pun tersenyum dalam hati. Pria itu pun memaksa untuk mengeluarkan air mata buaya andalannya.

"Kau... kau tidak malu punya pacar miskin sepertiku? Aku sudah bangkrut, bukan lagi orang kaya." 

Seketika, Leni terlihat sedih. "Aku mencintaimu dengan tulus, Mas! Cintaku tidak mungkin berubah hanya karena dirimu yang sudah bangkrut. Lagian aku juga tidak kekurangan uang." 

"Benarkah? Aku terharu mendengarnya. Kau memang adalah kekasihku yang paling baik. Aku bersyukur bisa mengenalmu," ucap Ferdi kemudian.

Leni hanya terdiam kemudian mengusap kepala Ferdi yang saat itu berbaring di tempat tidur. Ferdi kemudian memegang tangan Leni yang putih bersih, cantik, dan terasa sangat lembut ketika dipegang.

"Leni, bisakah kau sering-sering menemuiku dalam sebulan ini?" tanya Ferdi.

"Yah, aku pasti akan sering-sering menemuimu. Memangnya, kenapa dalam sebulan ini?" tanya Leni.

"Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu sebelum berpisah." ucap Ferdi.

"Sebelum berpisah? Apa maksudnya?" tanya Leni semakin penasaran.

"Aku harus membayar hutangku dalam sebulan. Jika tidak, aku akan dipenjara. Aku tidak sanggup membayarnya. Memangnya, apa lagi yang bisa aku lakukan? Pada, akhirnya aku hanya bisa pasrah dan menerima nasibku di pen..." ucap Ferdi yang mulutnya tiba-tiba ditutup oleh Leni.

"Kamu jangan bilang seperti itu! Aku akan membantumu membayar hutangmu itu, memangnya berapa hutangmu?" tanya Leni tiba-tiba.

Mendengar hal itu, ingin rasanya Ferdi menari-nari saking bahagianya. Namun, demi kelancaran rencananya, ia kemudian hanya bisa menahan untuk memperlihatkan betapa senangnya dia.

"Tidak perlu. Utangku sangat banyak. Takutnya, aku malah membebanimu." 

Leni segera membuka smartphone miliknya dan masuk ke aplikasi M-banking. Tak lama, dia mengirimkan 600 Juta ke rekening Ferdi.

"Aku sudah mengirim 600 juta ke rekeningmu. Jadi, kau bisa membayar hutangmu dan uang sewa apartemen ini."

"Apa?! Kau mengirimkannya ke rekeningku?" tanya Ferdi.

Keterkejutan Ferdi bukanlah kepalsuan seperti tadi. Ia memang benar terkejut dan sama sekali tidak mengharapkan Leni akan mengirimkan langsung uangnya ke rekening miliknya. Tapi, sepertinya... dia harus mencoba peruntungannya sekali lagi pada "kekasih tajirnya" ini.

Pria itu seketika memegang kepalanya dan memijat keningnya--belagak bahwa uang itu tak cukup. "Terima kasih, Leni! Tapi, itu percuma saja."

"Memangnya ada apa?" tanya Leni kebingungan.

"Tidak masalah. Mungkin, memang sudah menjadi takdirku untuk dipenjara. Aku punya hutan 600 Juta di bank, dan kamu malah mengirimkan uang itu ke bank. Tentu saja, uang 600 Jutanya akan tertahan. Dan, aku akan tetap tidak bisa membayar utang dan berakhir di penjara selama satu bulan," ucap Ferdi kemudian. Ia segera melirik ke arah Leni dan tersenyum pahit.

Leni hanya bisa mengerutkan keningnya dan memijat kepalanya yang mulai sakit. "Sebenarnya hutang mu ada berapa sih?" 

"1,1 Milliar. Lima ratus juta utangku kepada seseorang dan 600 Juta utangku pada bank. Aku bersyukur, setidaknya hutangku di bank sudah lunas dengan uang kirimanmu," ucap Ferdi belagak lemas.

Hutang 600 Juta di bank adalah benar, Ferdi memang mempunyai hutang 600 Juta. Sementara Hutang 500 Juta kepada seseorang, merupakan kebohongan. Tentu saja, Ferdi melakukan hal itu demi memenuhi gaya hidupnya yang hedon.

Uang 500 Juta bukanlah uang sedikit! Tapi, dia butuh itu.

"Hanya itu? Tidak ada lagi?" tanya Leni memastikan.

"Sudah tidak ada, hanya itu saja," ucap Ferdi.

"Baiklah, aku akan mengirim 100 Juta lagi kepadamu untuk membayar biaya sewa apartemen dan untuk uang jajanmu. Tapi, aku ingin ikut saat kau membayar hutang mu itu, demi memastikan saja." 

Mendengar Leni akan memberikan uang 100 Juta secara cuma-cuma dan masih akan membayarkan hutang fiktif Ferdi, membuat Ferdi tersenyum.

Ferdi bahkan memeluk Leni dengan erat. "Terima kasih, Leni! Kau benar-benar adalah kekasihku yang paling baik. Aku tidak tahu akan bagaimana nasibku tanpa bantuanmu." 

Leni pun hanya bisa tersenyum dipeluk dengan sangat erat oleh Ferdi.

"Terima kasih, Leniku sayang." Senyum menyeringai muncul di wajah Ferdi tanpa perempuan itu sadari. Total, ia mendapat 1,2 milliar dari Leni. Bahkan, dia masih mendapatkan pelukan hangat juga! Maka, nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

"Sama-sama. Yang penting, kamu harus selalu setia dan jujur padaku, ya!" ucap Leni penuh harap.

Seketika, tubuh Ferdi menegang. 'Jujur?' batin pria itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status