Share

Bab 6 | Yulia : Dokter Cantik dan Seksi

Ferdi tersenyu dan mengangguk. "Yah, aku mencari Roni, dia ada di mana sekarang?"

"Kembalilah nanti malam. Ia pergi bekerja di sebuah rumah sakit dari pagi dan baru pulang sebentar malam."

Mendengar itu, Ferdi sedikit kecewa. Namun, akhirnya kembali ke mobilnya.

Saat suasana kembali sepi, tiba-tiba Ferdi semakin penasaran ingin melihat isi rumah Roni seperti apa. Ia pun memutuskan untuk kembali lagi.

Dengan perasaan sedikit ragu, Ferdi kemudian memutuskan untuk mencoba membuka pintu rumah Roni yang sudah terlihat bobrok.

Karena memang pintunya itu sudah usang dan bobrok, kuncinya pun sudah tidak terlalu berfungsi.

Hanya dengan satu dorongan dengan sedikit tenaga, pintunya kemudian terbuka.

Masuklah kemudian Ferdi ke dalam. Tempatnya sangat sempit. Hanya berupa ruangan 6 kali 4 meter saja.

Dalam satu ruangan itu, ada tempat tidur, kompor dan peralatan masak, toilet kecil satu kali satu meter, hanya muat untuk klosetnya saja. Bisa dibilang hanya untuk buang air.

Pandangan Ferdi terkunci pada sebuah lemari yang berada di pojok ruangan. Lemari itu dipenuhi dengan piala dan medali penghargaan. Dinding-dinding ruangan itu juga penuh dengan piagam penghargaan yang dimasukkan ke dalam bingkai foto.

Meskipun sudah pensiun dari dunia tinju, tapi Roni masih menyimpan setiap hal mengenai prestasinya sebagai seorang petinju profesional.

Dari semua piagam penghargaan, Ferdi hanya bisa melihat setiap piagam penghargaan itu merupakan prestasi Roni dalam dunia tinju.

"Roni Septi Anggara? Aku ingat sekarang, dia adalah seorang legenda tinju yang pernah mendunia. Bahkan, sepanjang karir, ia tidak pernah kalah. Di pertandingan terakhirnya, ia tidak hanya menang, tapi sampai membuat lawannya meninggal dunia," gumam Ferdi yang langsung terkagum-kagum.

Bahkan dirinya sempat nge-fans dengan sosok legenda petinju itu.

"Kenapa nasibnya bisa menjadi seburuk ini? Jikalau dia pensiun, penghasilannya selama karirnya seharusnya cukup untuk dirinya hidup kaya seumur hidupnya," pikir Ferdi.

Ia kembali teringat saat Roni dipukuli oleh dua orang amatir waktu itu.

"Apakah itu berarti saat itu Roni sengaja mengalah? Kenapa dia mau dipukuli begitu saja?" pikir Ferdi tidak habis pikir.

Pandangan Ferdi terhadap Roni kini berubah drastis.

"Lupakan! Aku akan menanyakan hal ini kepada Roni setelah ia pulang saja. Lama-lama di sini, orang nanti mengira aku maling lagi." 

Ferdi segera keluar dan mengembalikan pintunya ke posisi sebelumnya. Kemudian, dia segera pergi meninggalkan tempat itu.

****Sementara itu, di sebuah rumah sakit****

"Terima kasih, kau selalu baik terhadapku," ucap Roni kepada seorang dokter cantik dan seksi.

Dari papan namanya, sepertinya dokter cantik itu bernama Yulia.

"Tidak masalah, ini memang adalah pekerjaanku. Sudah menjadi tugasku untuk merawat pasien," ucap Yulia.

"Tapi, kamu ini merawatku secara gratis. Sedangkan pasien lain, dirawat setelah membayar biaya rumah sakit." 

"Itu karena kamu dan mereka berbeda. Mereka itu mempunyai banyak uang, sementara kamu tidak. Apalagi, kamu bekerja sebagai satpam di rumah sakit ini." 

"Huft..." Roni menghela napas seketika sebelum membatin, "andai saja, kamu masih lajang, aku pasti akan mengejar cintamu sebaik mungkin." 

"Ada apa? Sepertinya, kamu memikirkan sesuatu?" tanya Yulia penasaran.

"Aku hanya berpikir, entah pemuda mana yang sangat beruntung bisa memiliki dirimu yang cantik dan baik hati ini." 

Mendengar itu, Yulia tersenyum membuatnya terlihat sangat manis. Roni pun semakin terkagum-kagum dengan kecantikan dan kebaikan Yulia ini.

"Yang pasti, aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini, bisa mempunyai seorang pacar sebaik dia." Yulia terlihat membayangkan wajah Ferdi, kekasihnya.

"Memangnya siapa pacarmu?" Roni memberanikan diri untuk bertanya.

"Rahasia donk... kamu kok kepo banget sih."

Keduanya tertawa.

Selesai mengobati Roni, Yulia pun memutuskan untuk melanjutkan merawat pasien lain.

"Aku pergi merawat pasien lain yah," ucap Yulia sebelum akhirnya pergi.

Roni hanya bisa tersenyum saat itu. Dia mengingat saat Yulia memperban kepalanya. Hal itu membuat Roni tersenyum. Apalagi, saat mengingat Yulia yang mengoleskan obat anti bakteri ke luka-luka lebam di wajahnya.

"Sepertinya, ada untungnya juga aku dipukuli saat itu. Rasanya, aku ingin terluka setiap saat agar Yulia merawatku lagi dan lagi," pikir Roni.

Sepertinya, ia jatuh hati dengan Yulia.

Yang tidak Roni tahu adalah, Yulia merupakan salah satu dari empat pacar Ferdi. Apalagi, Yulia mengenal Ferdi sebagai seorang pemuda sederhana yang sangat baik dan menawan.

Ia bahkan sampai membanggakan Ferdi di depan Roni sebelumnya dan berkata bahwa ia sangat beruntung mempunyai Ferdi sebagai pacarnya.

Entah bagaimana reaksi Roni saat tahu kalau pacar yang Yulia banggakan ternyata seorang playboy brengsek seperti Ferdi.

Saat sedang beristirahat, Yulia mendapatkan pesan dari Ferdi.

[ Yulia, sudah dua Minggu kita tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu sekarang. Bisakah kita bertemu? ]

Yulia tersenyum saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Ferdi.

[ Ke mana saja sih kamu belakangan ini? Aku telepon nggak diangkat. ]

[ Aku sedang sibuk, perusahaan'ku dalam krisis dan aku bekerja keras siang dan malam untuk mempertahankannya. Pada akhirnya, aku tetap bangkrut dan demi membayar upah karyawan, aku terpaksa berhutang banyak. Bahkan, beberapa hari yang lalu aku sempat dipukuli karena tidak bisa membayar hutang. Ini aja wajahku masih sakit karena bekas pukulan. Aku sempat sakit beberapa hari yang lalu.]

Membaca itu, Yulia sangat terkejut. [ Ya ampun, kenapa kamu tidak datang ke rumah sakit? Aku akan merawatmu sebaik mungkin. Aku turut sedih mendengarnya. Semoga kamu diberikan kesabaran menghadapi cobaan ini. ]

[ Apakah kamu sibuk? Aku ingin pergi ke rumah sakit sekarang. Sekalian ingin memeriksa kesehatanku. ] 

[ Tidak kok, aku mempunyai banyak waktu luang. Kamu pergilah ke rumah sakit, aku akan menunggumu. Mengenai biaya, kamu tidak perlu khawatir.]

[Baiklah, aku segera dalam perjalanan!]

Roni yang saat itu bertugas sebagai satpam, hanya bisa memperhatikan dari kejauhan.

Saat melihat Yulia mengetik sambil tersenyum-senyum, Roni merasa iri. "Siapa sebenarnya pacarmu? Apakah aku masih ada kesempatan untuk bersama denganmu?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status