Share

Pernikahan Dadakan dengan CEO
Pernikahan Dadakan dengan CEO
Penulis: Anggur

Bab 1

Cuaca di Mambera pada bulan Oktober masih sangat panas. Orang-orang hanya bisa merasakan sedikit kesejukan di pagi dan malam hari.

Olivia Hermanus bangun pagi-pagi sekali, membuatkan sarapan untuk satu keluarga kakaknya yang beranggotakan tiga orang, lalu mengambil Kartu Keluarga dan pergi diam-diam.

“Mulai sekarang, semua biaya patungan. Mau itu biaya hidup, cicilan KPR, cicilan mobil, semuanya patungan! Adikmu tinggal di rumah kita. Minta dia bayar setengah. Apa gunanya memberi kita 4 juta sebulan? Apa bedanya itu dengan makan dan tidur gratis?”

Inilah kata-kata yang Olivia dengar keluar dari mulut kakak iparnya ketika kakaknya dan kakak iparnya bertengkar tadi malam.

Dia harus keluar dari rumah kakaknya.

Namun, kalau dia tidak ingin membuat kakaknya mengkhawatirkannya, hanya ada satu jalan, yaitu menikah.

Dia ingin menikah dalam waktu singkat, tapi dia bahkan tidak punya pacar. Jadi, dia memutuskan untuk menyetujui permintaan Nenek Sarah, wanita tua yang pernah dia tolong sebelumnya, untuk menikahi cucu sulungnya yang belum juga menikah sampai sekarang.

Dua puluh menit kemudian, Olivia turun dari taksi, di depan pintu Kantor Urusan Agama.

“Olivia.” Begitu turun dari mobil, Olivia mendengar suara yang tidak asing memanggilnya. Nenek Sarah.

“Nenek Sarah.”

Olivia berjalan cepat menghampiri Nenek Sarah dan melihat seorang pria tinggi dan tegap berdiri di sampingnya. Pria ini pasti adalah Stefan, orang yang ingin dia mengambil buku nikah bersamanya.

Semakin dekat, Olivia bisa melihat penampilan Stefan Adhitama dengan semakin jelas. Dia jadi terheran-heran.

Kalau mendengar perkataan Nenek Sarah, cucu sulungnya yang bernama Stefan ini sudah berusia tiga puluh tahun, tapi bahkan tidak bisa mendapatkan pacar. Hal inilah membuat wanita itu khawatir.

Olivia selalu berpikir bahwa Stefan adalah pria yang jelek.

Bagaimanapun juga, katanya pria ini adalah seorang eksekutif di sebuah grup perusahaan besar dengan penghasilan tinggi.

Sekarang setelah bertemu, Olivia baru sadar kalau dia telah salah paham.

Karena Stefan sangat tampan dan berwatak dingin. Pria itu berdiri di samping Nenek Sarah, ekspresinya dingin dan terlihat sangat keren. Dia memancarkan aura yang tidak mudah didekati.

Olivia melirik ke samping dan melihat ke sebuah mobil yang diparkir tidak jauh dari sana. Bukan mobil mewah yang harganya miliaran. Ini membuatnya merasa dirinya dan Stefan tidak berasal dari latar belakang yang sangat berbeda.

Dia dan temannya membuka sebuah toko buku di depan sebuah SMP di Mambera.

Di waktu luangnya, dia juga merajut beberapa barang menjualnya secara online. Penjualannya cukup bagus.

Penghasilan bulanannya minimal mencapai 40 juta ke atas. Dengan penghasilan bulanan 40 juta per bulan, penghasilannya ini bisa disamakan dengan pekerja kantoran. Jadi, dia selalu memberi kakaknya 10 juta setiap bulannya untuk biaya hidup.

Namun, kakak iparnya tidak tahu-menahu mengenai penghasilannya, karena dia menyuruh kakaknya untuk menyimpan 6 juta. Jadi, mereka hanya bilang dia memberi 4 juta per bulan.

“Olivia, ini cucu sulung Nenek. Seorang pria lajang berumur 30 tahun yang masih belum laku. Meskipun dia orangnya agak dingin di luar, dia sangat perhatian. Kamu pernah menyelamatkan Nenek, kita juga sudah kenal tiga bulan. Percaya deh sama Nenek, Nenek nggak bakal merekomendasikan cucu Nenek yang nggak berkualitas untukmu.”

Setelah mendengarkan penjelasan nenek tentang dirinya, Stefan melirik Olivia dengan tatapan dingin. Namun, dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

Mungkin karena dia sudah terlalu sering dikata-katain seperti itu oleh neneknya, jadi dia sudah kebal.

Olivia tahu bahwa Nenek Sarah memiliki tiga anak laki-laki, dan masing-masing dari ketiga anak laki-laki tersebut memberikan tiga cucu laki-laki. Nenek Sarah tidak punya cucu perempuan, makanya selalu menganggapnya sebagai cucu perempuannya sendiri.

Wajah Olivia agak memerah, tapi dia tetap mengulurkan tangan kanannya ke Stefan dengan anggun, dan memperkenalkan dirinya sambil tersenyum, “Pak Stefan, halo. Aku Olivia.”

Stefan mengamati Olivia dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tajam. Setelah Nenek Sarah berdeham untuk mengingatkannya, pria itu baru mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Olivia, lalu berkata dengan suara rendah dan dingin, “Stefan.”

Setelah berjabat tangan, Stefan mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangannya, lalu berkata kepada Olivia, “Aku sibuk. Ayo cepat kita selesaikan.”

Olivia mengiyakan.

Nenek Sarah buru-buru berkata, “Kalian berdua cepat masuk dan urus buku nikahnya. Nenek akan menunggu kalian di sini.”

“Nenek, masuk ke mobil saja. Di luar panas,” kata Stefan sambil membawa neneknya kembali ke mobil.

Olivia memperhatikan perilaku pria itu. Dia percaya apa yang dikatakan Nenek Sarah. Stefan memang cuek, tapi orangnya perhatian.

Meskipun mereka belum saling mengenal, Nenek Sarah bilang Stefan punya rumah milik sendiri dan sudah dibayar lunas. Kalau menikah dengan Stevan, Olivia bisa keluar dari rumah kakaknya. Kakaknya juga tidak perlu khawatir lagi, tidak perlu bertengkar dengan kakak iparnya lagi karena dirinya.

Pernikahan mereka hanya sebatas hidup bersama.

Tak lama kemudian, Stefan kembali muncul di hadapan Olivia dan berkata padanya, “Ayo.”

Olivia mengiyakan dan mengikuti pria itu masuk ke Kantor Urusan Agama.

Di tempat pengurusan buku nikah, Stefan mengingatkan Olivia, “Bu Olivia, kalau kamu nggak mau, kamu masih bisa membatalkannya. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan apa yang akan nenekku katakan. Pernikahan adalah hal yang besar, bukan permainan.”

Dia berharap Olivia akan membatalkannya.

Karena dia tidak mau menikah dengan wanita yang baru dia temui sekali.
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Wanie Annie
macam mana nak pergi ke bab yang kita sudah baca ya
goodnovel comment avatar
Μάντα Μι'δα
Thor kenapa di goodnovel gk ada audiobook nya
goodnovel comment avatar
siti mawarti
ga ada chip lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status