BAB 26 Dor!!Suara lengkingan peluru menembus salah satu bagian dari rumah ini mengagetkan Nova yang sedang tertidur pulas. Kedua matanya langsung membelalak saat menyadari suara itu bukan suara yang lazim ia dengar. “Suara apa itu?” katanya bermonolog. Posisinya berubah duduk sembari mengedar pandangan ke sekitarnya. Kondisi kamarnya masih sama seperti terakhir kali Nova lihat sebelum memejamkan mata. Beberapa pakaiannya berserakan di lantai. Ponsel Nova tergeletak di lantai dalam kondisi layarnya pecah.Rasa penasaran Nova menggebu-gebu. Niatnya ingin mencari tahu terhalang dengan rasa takut yang muncul secara beriringan. Dilihatnya keranjang bayi tempat Celva tertidur. Bayi itu sama sekali tidak terusik. Nova bersyukur, Tuhan menghadirkan sosok bayi mungil yang tak mau membebaninya dengan kerewelannya. Sekilas senyum tipis terpatri di wajah Nova. Momen sulitnya melahirkan seorang bayi, kembali teringat di pikirannya. Dor!!Suara itu kembali menggaung. Nova buru-buru turun dari
Tidak! Nova tidak akan membukakan pintunya. Nova yakin Angga tidak akan bisa mengakses kamar tanpa kunci yang sudah Nova pegang. “Nova, aku bilang buka pintunya!!” Teriak Angga dari luar sana. Nova takut namun ia harus tetap tenang. Sedangkan di luar, Angga mulai naik pitam karena ulah istrinya. Lagi-lagi Nova ikut campur ke dalam urusannya. “Nova, buka pintunya atau aku akan mendobraknya. Jangan salahkan aku jika setelah ini kamu menyesal!” “Apa yang akan kau lakukan? Istrimu hanya mengintip apa yang kau lakukan.” Aldo baru saja keluar dari ruang penyiksaan tadi. Menyusul sahabatnya yang pergi dengan penuh amarah. “Dia harus diberi pelajaran. Tidak seharusnya dia mencari tahu apa yang aku lakukan,” jawab Angga. “Bicaralah baik-baik. Tidak semua urusan rumah tangga harus kau selesaikan dengan kekerasan,” kata Aldo memperingatkan. Sejak menikah, emosi sahabatnya mudah naik turun. Semua kehendaknya tak boleh dielak. “Aku tidak akan menyakitinya, hanya mempertegas apa yang dia lak
“Pengusaha sekaligus investor ternama Savangga Danuel dikabarkan melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya, Novania Hutama. Kabar itu datang dari salah satu orang yang mengaku sebagai sumber yang valid. Tidak hanya itu, sosok misterius yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengatakan bahwa istri pengusaha itu adalah mantan wanita malam yang mengincar harta Savangga hingga dijadikan sebagai istrinya. Kabar tentang kehancuran rumah tangga mereka kini gencar di jagat maya. Orang-orang tak menyangka. Salah satu pengusaha sukses yang banyak menginspirasi para pengusaha muda ini melakukan kekerasan terhadap isinya. Sampai saat ini, Baik Savangga maupun istrinya belum memberikan klarifikasi hingga saat ini—“ Tampilan layar televisi sengaja dimatikan. Nova diam mematung di tempatnya kala namanya dan Angga menjadi sorotan media. Apa yang ia dengar barusan tentang dirinya sama sekali tidak benar. “Aku memang bersikap seolah hanya memperbaiki nama baikku sendiri. Tapi,
“Celva anak mama yang cantik. Minum susu dulu sayang.” Belakangan ini, Nova sangat menikmati masa-masa menjadi seorang ibu baru. Dua bulan bukanlah waktu yang singkat bagi Nova untuk menyesuaikan diri. Hidupnya masih sama, namun sepertinya Angga lebih memilih untuk menghindar sejak nama baiknya di publik mulai retak. Ambisi Angga semakin besar dalam mencari dalang pencemaran nama baiknya waktu itu. Hingga detik ini, belum ada informasi baru yang bisa menjadi pentunjuk tambahan.Ceklek.Nova menoleh saat seseorang datang. Angga masuk ke kamar dengan langkah sempoyongan. “Angga? Kamu kenapa?”tanya Nova. Nova membaringkan Celva di tempat tidur khusus lalu menghampiri sang suami. Wajah Angga pucat pasi. Nova semakin khawatir saat tangannya menyentuh hawa panas di dahi suaminya.Peluh sebesar biji jagung mengalir deras dari pelipis Angga. Tubuh tegapnya semakin oleng. Racauan tak jelas juga keluar dari mulutnya. Nova memapah tubuh sang suami kemudian membaringkannya di atas tempat ti
“Temani aku malam ini, Aku butuh kehangatan.”Jantung Nova hampir mencelos. Disaat dirinya yang mencoba melepaskan diri dari pelukan Angga, pria itu justru semakin erat mengungkung tubuhnya dalam lingkaran lengannya. Mata Angga masih terpejam namun mulut dan otak kotornya tetap bekerja dengan baik demi memenuhi hasrat. semenjak Nova melahirkan, Angga tak pernah menuntut Nova untuk melayani kebutuhan gairahnya. ‘Tidak, Nova. Kamu tidak boleh tergoda oleh bujukan Angga. bisa saja ia hanya berpura-pura memejamkan matanya demi mendapatkan apa yang ia mau,’ batin dan logika Nova bertolak belakang. Banyak usaha yang Nova kerahkan untuk lepas dari jeratan Angga. Tapi semuanya berakhir dengan kegagalan. Tenaga Nova tak cukup kuat untuk melepaskan diri. “Tangannya berat sekali, astaga! apa yang dia makan sehari-hari sampai memiliki tangan sebesar ini,” gerutu Nova. Angga bergerak tak tentu arah. Pergerakannya semakin memperkecil celah Nova untuk menjauh. Namun, hal tak terduga terjadi. Seb
Tubuh Angga menggeliat di atas kasur. Energinya seolah terkuras habis. Ia mengedarkan pandangan ke sekitar dan terkejut setelah menyadari ia tidak berada di kamarnya sendiri. Satu hal yang paling membuat Angga yakin ia berada di tempat yang salah saat ia melihat keranjang bayi dengan Celva di dalamnya.Angga mencoba bangkit dari tidurnya namun,"Ah! Astaga!"Dunia serasa berputar di kepalanya. Pandangannya mengabur seiringan dengan tubuh yang semakin lemas. Pendingin ruangan di kamar ini bekerja dengan baik di suhu normal tetapi Angga merasa dirinya seolah sedang terkurung di tumpukan bongkahan es. Kakinya kebas, dan sulit untuk digerakkan. Ia meraba keningnya, panas. Panasnya di luar batas normal. Ia mencoba memutar ulang apa yang ia lakukan semalam hingga tak sadar terkapar di ranjang istrinya. Oh ya, omong-omong kemana wanita itu? Angga menoleh ke segala sudut. Kamar ini kosong. Posisi barang-barang berada di posisinya tapi ia tidak menangkap kehadiran istri yang kerap kali men
"Bagaimana keadaan suami saya, dok? Apa saya bisa menemuinya sekarang?" Salah satu dokter yang menangani Angga baru saja keluar dari ruang UGD. Rentetan pertanyaan diajukan Nova pada dokter muda di hadapannya."Kondisi tuan Angga sudah stabil. Untungnya beliau segera dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan khusus," jawab dokter diiringi hembusan napas lega dari Nova. Nova bisa lebih tenang sekarang. Pikirannya yang kacau balau mulai ia tata kembali. Segala rasa takut pun ia hempaskan dengan senyuman penuh kelegaan. Akhirnya, penantiannya berakhir. "Syukurlah, sebenarnya suami saya sakit apa, dok? Kemarin dia baik-baik saja, tetapi semalam dia pulang dengan kondisi tubuh yang demam." Di balik perasaan leganya, Nova menguluk rasa penasaran yang sejak tadi ia tahan. Selama mengenal dan hidup bersama pria berusia empat puluh tahun itu, tak sekalipun Nova melihat Angga terkapar tak berdaya. Fisik pria itu sangat kuat, efek dari jadwal olahraga dan pola hidup sehat yang ia
Pertanyaan seorang perawat membuat Nova dan Angga menoleh ke arah pintu secara bersamaan. Baru mereka sadari, perdebatan yang melibatkan ego satu sama lain mengundang perhatian banyak orang.Angga menoleh ke arah Nova lebih dulu. Lagi-lagi, ia tidak ingin nama baiknya tercoreng. “Oh, tidak ada sus. Kami baik-baik saja,” jawab Angga, “bukan begitu, sayang?” Nova menoleh, tangan Angga sudah berada di pundaknya mengelus kepala belakang Nova dengan sayang. “Betul, kami baik-baik saja, sus.“ Sang perawat terdiam beberapa saat. Pandangannya menyelidiki mencari sesuatu yang masih terasa janggal di matanya. Namun, pada akhirnya ia berkata, “Baiklah kalau begitu, jika tuan dan nyonya membutuhkan sesuatu. Bisa panggil kami dengan tombol itu.” Suster menunjuk ke arah salah satu tombol berwarna merah di atas tempat tidur Angga. Keduanya mengangguk kompak.Suster itu berlalu pergi. Jangan berpikir perdebatan Nova dan Angga tadi berakhir begitu saja. “Aargh! Aku bisa gila jika terus berdebat